Monday, September 17, 2007

Domba Returns

Dalam renungannya kemarin, karena berasal dari New Zealand, yang memiliki 2 juta penduduk dan 10 juta ekor domba, Francis (pendeta di gerejaku) memberi informasi menarik kenapa domba bisa tersesat. Dia bilang, cara domba makan beda dengan cara sapi ato kerbo makan. Sapi waktu makan mencerabut rumput cukup banyak dan sesekali dia akan mengangkat kepalanya, sementara domba kalo makan ambil rumputnya dikit2 sambil terus ngunyah dan kepalanya terus aja nengok ke bawah, ke rumput di hadapannya. Nah, karena si domba asik makan terus, dia akan maju selangkah demi selangkah tiap kali rumput di depannya udah sukses dia pindahin ke perutnya. Begitu terus lah dia makan sambil terus nengok ke bawah, sampe dia ga awas udah mengambil arah yang salah atau udah berpisah terlalu jauh dari gembala atau kelompoknya. Karena itu domba jadi riskan tersesat di daerah yang berbukit dan berlembah, bukan kaya di Belanda yang serba datar ini. Satu lagi yang menarik tentang domba, kalo udah sadar (lebih tepatnya, disadarkan, misalnya udah masuk lobang atau mendengar geraman serigala di depannya) bahwa dirinya tersesat ato dalam bahaya, dia PANIK.

Di satu blog ku yang dulu (click here, hence the title, masak cuma Superman ama Batman aja yang bisa returns...), aku pernah nulis kalo domba itu dijadiin gambaran tentang manusia emang karena bodohnya. Informasi menarik ini bikin domba itu ilustrasi makin pas buat orang kebanyakan yang begitu asik melihat ke ‘bawah’, ke mencari 'sesuap nasi dan sebutir berlian', ke kesibukannya tiap hari, ke hidupnya sendiri, segala sesuatu yang membuatnya lupa untuk mengangkat wajah dan matanya untuk melihat ke ‘sekeliling’ (sesama) dan terutama ingat sama yang di ‘atas’ (jadi ingat satu jawaban standar seleb2 Indonesia yang ketahuan pacaran kalo ditanya kapan merit hehe…). Satu statement Francis kemarin yang aku ingat banget adalah BEING LOST IS A GRADUAL PROCESS. Sama seperti domba itu, ga ada orang yang tersesat tiba2 kan? (kecuali di cerita sinetron Indonesia kali... males ah) Pasti dia tersesatnya pelan2, apalagi kalo proses tersesatnya itu enak (yang biasanya atau emang selalu terjadi).

Aku jadi ingat ini semua waktu pas break aku baca satu portal berita Indonesia sore ini tentang seorang mantan orang paling top di bank paling gede di Indonesia yang akhirnya harus menghabiskan bertahun2 di penjara. Berita ini menarik buatku karena aku pernah ketemu langsung sama orang ini dan mendengar ceramahnya. Aku masih ingat, waktu itu jarakku sama dia paling 10 meter dan aku salut sama dia karena di ceramahnya itu dia ingatin kami2 yang masih muda2 ini (sekarang juga masih muda kok hehe.. coz being young is a state of mind, not face, hair or muscle) tentang pentingnya kerja keras, walk another mile, integritas, kejujuran, dan hidup takut akan Tuhan, meski super sibuk seperti dia. Belum lagi dia cerita tentang proyek sosial yang sedang dia kerjakan dan dia bantu secara finansial dari koceknya sendiri. Mantap banget, pikirku, di masa tuanya, dia udah mencapai puncak karir, kaya, terkenal, punya pengaruh tapi kelihatannya rendah hati, hidup dalam Tuhan, berbuat baik bagi banyak orang, what a life! Sayang itu semua hanya bertahan sebentar, karena tak lama setelah itu aku dengar dia ditahan karena dugaan korupsi hingga hari ini aku baca vonisnya yang terkini. Sedih ya, udah tua begitu seharusnya tinggal menikmati hidup bersama keluarga, kasih nasihat sama generasi yang lebih muda, tapi ini malah harus menghabiskan beribu malam di sel dingin dan sempit. Sepi, sendiri, dah gitu sedih lagi, hiks…

Yah, semoga lah kita bisa menarik pelajaran berharga dari si domba dan bapak tua malang itu soalnya kan ga ada seorang pun yang bisa ngejamin sejarah seperti itu takkan terulang dalam hidup kita, cepat atau lambat. Jangan sampai lah kita kaya kapal karam di bawah. Kalau pun tidak sampai sekarang, bagiku itu semua karena kasih karunia dari yang di ‘atas’… (Bah, ngomongmu itu fuang, nunga gabe songon seleb ho Ritz…)

1 comment:

Unknown said...

Aku baru tahu soal domba itu :p hehehe... Thank you for sharing.

Regarding the warning sentence in the picture, that our life's purpose may only serve as a warning for others, hm... menakutkan ya! Indeed, we should live our lives carefully before Him.