Selama masa internship ku di Philips Research, aku tidak hanya belajar banyak tentang topik yang kukerjakan, tapi juga banyak hal lainnya yang tak kalah menarik dan berguna untukku. Aku belajar sedikit gimana lika-liku kehidupan di perusahaan besar seperti Philips. Aku juga belajar mengenal orang dari berbagai latar belakang negara dan budaya. Wah, banyak lah pokoknya, ga sempat aku ceritain satu2. Seperti hari ini, aku menyaksikan sendiri gimana perubahan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja dan gimana kita harus siap untuk itu.
Tadi siang aku ikut group meeting yang dihadiri semua anggota group, sekitar 30 orang. Banyak dari mereka yang udah PhD, minimal udah master dengan pengalaman kerja yang cukup lama. Setelah sesi presentasi dari seorang mahasiswa yang sedang tugas akhir, ketua group memberitahukan satu pengumuman yang mengejutkan. Katanya, mulai Oktober nanti, pihak manajemen akan memindahkan empat orang dari group ke group lain, dan kebetulan mereka itu orang2 yang bekerja dalam bidang yang kukerjain sekarang di group. Yang bikin aku terkejut adalah ternyata mereka yang akan dipindahkan itu baru tahu hal itu satu hari sebelumnya! Mereka memang akan pindah ke group yang bidangnya masih sama demi alasan fokus, jadi basically that's not a really big change. Anyway, meski begitu, terus terang aku heran juga kok bisa mereka ga dilibatkan manajemen dalam pembuatan keputusan seperti ini, apalagi di perusahaan yang udah mature ini. Okelah, mending dilibatin, ini bahkan mereka tahunya sehari sebelumnya.
Satu kata yang langsung muncul dalam pikiranku hari ini abis meeting itu yaitu CHANGE. Bicara soal change, aku jadi ingat satu buku tipis yang diterbitin beberapa tahun lalu tentang change, yang judulnya Who Moved My Cheese? Aku selesai kok baca buku itu dan menurutku itu buku bagus, ringan tapi menginspirasi. Aku belajar hari ini bahwa change is inevitable in our life, perubahan itu ga bisa dihindari dalam hidup ini. Kayanya tak ada area dalam hidup ini yang aman dari perubahan, apalagi jaman sekarang dimana perubahan terjadi semakin cepat. Cuma sekarang, yang menjadi pertanyaan, gimana seorang Kristen harus hidup di dalam fakta itu?
Aku mungkin aja salah, tapi dariku sendiri, ada beberapa prinsip penting yang bisa dipegang, yang ga ada sama sekali di buku Who Moved My Cheese. Pertama, fakta bahwa change is inevitable itu ga berlaku sepenuhnya. Bagi orang percaya, kita bersyukur punya Allah yang tidak berubah, meski dunia ini dan termasuk kita berubah. Kasih-Nya, keadilan-Nya, kekudusan-Nya, kesetiaan-Nya, semua itu tak akan pernah berubah dari diri-Nya. Bukankah melegakan memiliki sesuatu yang tetap dan tak berubah di tengah dunia yang demikian cepat berubah? Ibarat seseorang yang terombang-ambing di tengah lautan, namun menemukan batu karang tempat berpijak... Kebalikannya, betapa menyedihkannya hidup ini ketika segala sesuatu dalam hidup menjadi relatif, serba ikut2an, dan tanpa titik referensi yang stasioner.
Kedua, pengetahuan dan iman baha Allah kita itu hidup, mahatahu, punya rencana terindah bagi setiap anak-Nya, dan ingin sekali kita hidup di dalam rencana-Nya itu akan jadi penghiburan besar bagi kita. Menurutku, perubahan dalam hidup bisa dikelompokkan jadi empat: perubahan yang disebabkan oleh orang lain, disebabkan oleh kita sendiri, disebabkan oleh orang lain dan kita, dan perubahan yang diakibatkan oleh alam yang sering diluar kendali manusia. Keputusan dalam group meeting tadi satu contoh keputusan yang disebabkan orang lain, yaitu pihak manajemen. Tapi kerap kali kita sendirilah yang harus membuat perubahan itu, misalnya pindah kerja, menyatakan cinta kepada seorang lawan jenis yang dikasihi, studi lanjut, memilih kuliah apa dan dimana, banyak lagi. Kalo alam ya udah jelas pasti. Tapi dalam semua itu, entah perubahan apa pun yang terjadi, biarlah firman-Nya ini terus menghibur dan memimpin kita, bahwa "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Roma 8:28). Kebenaran yang luar biasa bukan?
Ketiga, ya dengan ayat tadi, bagi orang percaya, khususnya ketika harus membuat perubahan, masalahnya tinggal dalam mencari, mengetahui dan taat melakukan pimpinan-Nya saja. Bukankah selalu kesalahan yang kita buat dalam keputusan yang kita ambil karena tidak setia dalam sebagian atau ketiga langkah tadi? Aku tak perlu kasih contoh orang lain, karena aku sendiri contoh yang baik hehe... Ada saat dalam hidupku ketika aku harusnya melangkah, eh aku diam aja dan akhirnya kehilangan kesempatan. Ada saat ketika aku harusnya menunggu hingga waktu yang tepat, eh aku tak sabar dan terus aja maju hanya untuk menyadari aku sudah bertindak bodoh. Tapi, dalam setiap kesalahan itu, kembali kesetiaan dan kasih Sang Gembala Agung yang kekal untuk membawa pulang dombanya yang tersesat selalu terbukti... Kata orang sih, domba itu makhluk bodoh, jadi rasanya bukan sengaja kita disebut domba dan Dia gembala hehehe... Thank God. Btw, rasanya kali ini aku ga salah deh heheh...
--
My sheep listen to my voice; I know them, and they follow me. I give them eternal life, and they shall never perish; no one can snatch them out of my hand. My Father, who has given them to me, is greater than all; no one can snatch them out of my Father's hand. I and the Father are one.
- Jesus Christ (John 10:27-30)
Wednesday, August 22, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment