Saturday, October 28, 2006

5 euro itu

Tadi aku belanja di satu supermarket besar di NL. Waktu aku terima kembalian, aku dapat 5 euro uang kertas dan beberapa uang koin. Memang aku ga cek uangnya dan langsung kumasukin kantong celana sebelum keluar karena aku percaya sama mereka.

Setelah itu aku beli buah di pasar lalu pergi ke satu toko lain. Nah, pas aku mau bayar di toko ini, aku merasa punya cukup uang. Lalu kukeluarkanlah uang 5 euro dari kantongku itu dan aku dapati uang kertas itu ternyata terpotong setengah. Aku sampai cari2 di segala kantongku apa potongan yang lainnya. Si kasir tentu tidak terima uang kaya gini. Aku sampai malu karena ada yang ngantri di belakangku. Aku akhirnya permisi sama si kasir dan kembali ke supermarket tadi untuk bikin perhitungan.

Aku sampai dan komplain sama si kasir di supermarket tempat aku bayar. Dia ga terima dan ngaku dia sudah kasih uang yang lengkap. Cukup alot, lalu dia tanya temannya dan mereka bicara dalam bahasa Belanda. Temannya telpon manajer dan setelah itu bilang kalau mereka tidak bisa berbuat apa2. Aku jawab, "So then, the message I get from you is that you don't trust me. This means you're telling me I just come here wasting my time only to tell you lies, right?" Dia menolak itu. Lalu aku jawab, "OK, but I want to tell you that it is YOUR responsibility to provide your customers money in good shape, not like this!" Dia defensif dan senyum sekali pun tidak. Akhirnya aku bilang ke dia, "Well, today I am losing my trust of you and you may lose one of your customers today" sambil aku langsung keluar.

Marah, kesal... Dasar orang ga mau rugi. Mereka lebih perduli tidak mau kehilangan 5 euro daripada kehilangan pelanggan. Dia pikir aku orang miskin, apa?! Bagiku juga bukan 5 euro itu yang paling penting sehingga aku harus datang lagi ke toko itu. Yang terpenting bagiku adalah HAK-ku sebagai pembeli dan sebagai manusia untuk bertanya dan menyatakan pendapat. Itu tidak ternilai harganya.

Friday, October 27, 2006

Apa tujuan semua ini?

Aku teringat saat aku masih kuliah, aku pulang kampung dari Bandung ke Medan naik kapal dari Tanjung Priuk. Waktu itu, perjalanan jauh dari rumah, aku dapat tiket tanpa tempat (non-seat) sehingga harus tidur entah dimana di kapal selama tiga hari dua malam. Melelahkan. Lebih enak tinggal di rumah di Bandung dan main2. Tapi aku tetap pergi karena aku tahu jelas tujuanku. Tujuan memberi arti kepada perjalanan dan perjalanan memberi wujud kepada tujuan. Sebab apa arti perjalanan tanpa tujuan dan bagaimana tujuan terwujud tanpa perjalanan/usaha?

Saat2 kuliah semakin berat seperti ini, saat2 tenang tengah malam seperti sekarang, aku ingin kembali memaknai perjalananku di tanah asing ini dengan mengingat kembali apa tujuanku ke sini. Untuk apa aku datang ke sini jauh2? Untuk apa aku harus belajar lagi segala matematika yang bikin kepala pusing? Untuk apa aku harus ikuti kuliah yang rumit2 dan sulit2? Untuk apa aku harus bangun pagi2 untuk kuliah dan menghabiskan waktu di perpustakaan buat belajar dan mengerjakan tugas? Kalau semua ini bagiku tak jelas jawabannya, lalu kenapa aku masih di sini?

Bagiku, aku memilih kuliah s2 teknik yang jelas ga mudah ini karena aku dosen dan memang ingin jadi dosen. Aku yakin itu pula yang membuat panitia seleksi beasiswa itu memilihku. Coba kalau aku bekerja untuk perusahaan asing, rasanya aku ga akan terpilih. Kalau aku akhirnya akan bekerja di perusahaan di Indonesia, rasanya aku ga perlu sekolah s2 teknik. Lebih baik waktuku 2 tahun itu kupakai buat ambil MM atau MBA.

Jadi Ritz, kalau kau sudah tahu tujuanmu dengan jelas dan kau memutuskannya dengan pertimbangan matang, seharusnya kau tak perlu lagi mempertanyakan alasan dan tujuan eksistensimu di sini, kecuali mungkin kau mulai lupa lagi. Kau punya alasan kuat kenapa kau melakukan semua ini. Dan untuk tujuan yang kau pilih itu, memang tidak ada jalan lain selain jalan ini.

Sampai jumpa di tujuan dan jangan bingung kalau jumpa persimpangan, ya bung. Kalau pun kau bingung, tanyakan lagi pertanyaan2 tadi. Mereka adalah penasihat2 yang baik. Selamat mencapai tujuan.

Soe Hok Gie dan aku

Malam ini aku rada suntuk nulis tugas. Rasanya inspirasi ga keluar. Akhirnya aku putuskan aku akan nulis besok aja. Kata orang, "everything looks better in the morning." Jadi, malam ini aku putuskan nonton film dan malam ini aku berkenalan lebih dalam dengan Soe Hok Gie.

Aku tulis ini setelah nonton film-nya. Film bagus. Satu yang paling kusuka dari sebuah film adalah skenario-nya. Bagiku, film bagus tidak cukup hanya menghibur. Film bagus seharusnya membuat orang berfikir. Mentransformasi.

Orang juga seperti film. Seorang bisa berumur panjang tapi hidupnya tak punya dampak. Tapi orang bisa mati muda, tapi pengaruhnya tetap terasa atau malah makin kuat ketika dia sudah tidak ada. Gie mati muda, umur 27 tahun, tapi meninggalkan pengaruh kepada banyak orang, termasuk aku. Well, bukankah hidup kita ini juga adalah sebuah film dan kita adalah sutradara sekaligus aktor utamanya? Sebuah film yang mungkin akan kita tonton ulang semuanya saat hari penghakiman terakhir nanti.

Gie, kau mati umur 27. Saat itu kau sebaya denganku dan aku belum mati. Gie, memang yang paling enak itu mati muda, tak perlu bersusah payah jadi manusia. Tapi kalau orang2 hebat sepertimu mati muda semua dan semua orang2 korup mati tua, gimana jadinya dunia ini? Atau mungkin orang2 korup itu mati tua karena Tuhan masih baik memberi mereka perpanjangan waktu untuk bertobat? Entahlah. Yang pasti, hidup hanya sekali dan setelah itu mati.

Kalau aku coba bandingkan diriku dengan kau, aku merasa belum berbuat apa2. Aku memang ga berani menulis seperti kau, meski aku suatu saat ingin mempengaruhi lebih banyak orang lewat tulisanku. Aku ga berani karena menurutku aku belum teruji oleh waktu. Aku bangga dengan orang2 muda hebat sepertimu yang begitu berani menulis. Sebagai sesama teman seperjalanan, aku berharap kita dan semua orang2 muda hebat itu dapat bertahan melalui ujian sang waktu. Sayang, aku tidak bisa lakukan itu sekarang buatmu. Buat apa aku berharap untuk debumu yang terbang bersama angin di Gunung Pangrango? Ketika ujian itu lewat dan waktunya sudah tiba, aku akan menulis. Sebab tulisan juga seperti film. Tulisan yang bagus adalah tulisan yang mentranformasi, mempengaruhi. Dan tulisan yang kuat lahir dari hati dan pikiran penulis yang menghidupi apa yang ditulisnya. Sebab ia akan menulis apa yang dia hidupi.

Gie, aku hanya seorang dosen kecil yang membantu geliat sebuah perguruan di tanah indah nun jauh di seberang. Seorang Indonesia yang sedang kuliah lagi di negeri yang pasti Ibu Pertiwiku kenal baik, meski pahit. Rasanya aku belum berbuat banyak bagi Indonesia. Aku tidak bisa dan tidak mau bicara banyak karena aku rasa aku belum layak meski setidaknya aku mengabdikan baru sebagian kecil hidupku bagi kemajuan anak2 bangsa sendiri dan belum pernah menyerahkan diriku hanya untuk akhirnya menambah kekayaan para pemegang saham dan pemodal multinasional asing.

Indonesia butuh banyak orang muda sepertimu yang tak peduli apa suku, agama, rasnya, yang mempersembahkan hidup bagi bangsa. Semoga aku salah satu di antaranya. Semoga kami bertahan melalui ujian waktu. Sebab apakah artinya seorang memiliki seluruh dunia ini jika ia kehilangan nyawanya?

Kuatir

Di sini, umumnya nilai tiap kuliah hanya ditentukan di ujian akhir. Tidak ada mid test sejauh ini. Terus di sini sistem penilaian absolut, dari 0 sampe 10. Katanya sih di NL dapat 7 itu udah bagus, dapat 8 susah, apalagi di atas 8, jarang yang bisa.

Tinggal tiga minggu lagi aku ujian. Aku merasa belum siap. Aku merasa masih banyak yang harus kubenahi. Kadang2 muncul rasa kuatir apa aku bisa melalui semester ini dengan baik. Mungkin itu muncul karena baru pertama kali ini aku akan alami ujian di NL. Mungkin juga itu muncul karena aku rasa temen2ku di sini pinter2. Tapi kalo grading system ujiannya absolut dan bukan pakai statistik kelas, aku ga perlu pikirkan itu. Mungkin juga aku kadang kuatir karena aku merasa punya tanggung jawab besar di pundakku. Salah satunya karena aku sekolah bukan dari biaya sendiri tapi dari beasiswa. Intinya, aku memang ga mau gagal dan ingin beri yang aku bisa.

Sekali lagi, aku sadar semua hasil ini ditentukan oleh aku sendiri juga. Tinggal bagaimana aku menggunakan waktu yang masih ada dengan baik. Prioritas dan determinasi kembali menjadi penasihat dan teman sejati.

Ah, kadang ga ada gunanya terlalu mikirin masa depan. Aku harus arahkan diriku kepada saat ini, ya hari ini. Ga papa aku berpikir masa depan, tapi itu cukup dan tinggal kuserahkan sama Tuhan. Yang penting, gimana aku memulai, menjalani dan mengakiri setiap hari dengan memberi yang terbaik yang kubisa. Masa depan akan memikirkan dirinya sendiri dan masa lalu sudah pasti. Kalau orang lain bisa, aku harus bisa juga. Kalau aku sudah bisa lalui UMPTN dan keluar dari Elektro ITB lewat Sabuga, aku harus bisa juga di sini.

Ruangan ICTheek tempat aku menulis ini dan perpustakaan akan menjadi salah satu tempat yang paling berkesan dalam hidupku. Sudah saatnya pulang dan makan malam... O God, help me.

Wednesday, October 25, 2006

Some good quotes on persistence

Satu yang aku sangat suka dan menurutku sangat bermanfaat mengajarku tentang hidup adalah pengalaman orang lain. Itu sebabnya aku suka baca biografi orang hebat dan setidaknya membaca dan mengingat beberapa quote mereka. Bagiku, quote yang baik itu sangat berharga, karena itulah intisari dan kristalisasi pelajaran2 hidup ini dari sesama teman seperjalanan hidup yang telah lebih dulu menjalaninya.

Some good quotes on persistence, especially to me these days :)

Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent perspiration.
Thomas Alva Edison

Many of life's failures are people who did not realize how close they were to success when they gave up.
Thomas Alva Edison

Being busy does not always mean real work. The object of all work is production or accomplishment and to either of these ends there must be forethought, system, planning, intelligence, and honest purpose, as well as perspiration. Seeming to do is not doing.
Thomas Alva Edison

Let me tell you the secret that has led me to my goal: my strength lies solely in my tenacity.
Louis Pasteur

The secret of success is constancy to purpose.
Benjamin Disraeli

Most of the important things in the world have been accomplished by people who have kept on trying when there seemed to be no hope at all.
Dale Carnegie

I know the price of success: dedication, hard work, and an unremitting devotion to the things you want to see happen.
Frank Lloyd Wright

The heights by great men reached and kept were not attained by sudden flight, but they, while their companions slept, were toiling upward in the night.
Henry Wadsworth Longfellow

“What do you first do when you learn to swim? You make mistakes, do you not? And what happens? You make other mistakes, and when you have made all the mistakes you possibly can without drowning - and some of them many times over - what do you find? That you can swim? Well - life is just the same as learning to swim! Do not be afraid of making mistakes, for there is no other way of learning how to live!”
Alfred Adler quotes (Austrian psychiatrist whose influential system of individual psychology introduced the term inferiority feeling, later widely and often inaccurately called inferiority complex, 1870-1937)

“Permanence, perseverance and persistence in spite of all obstacles, discouragement, and impossibilities: It is this, that in all things distinguishes the strong soul from the weak”
Thomas Carlyle (Scottish Historian and Essayist, leading figure in the Victorian era. 1795-1881)

“Persistence is to the character of man as carbon is to steel.”
Napoleon Hill quotes (American author, 1883-1970)

“This is the highest wisdom that I own; freedom and life are earned by those alone who conquer them each day anew.”
Johann Wolfgang von Goethe quotes (German Playwright, Poet, Novelist and Dramatist. 1749-1832)

“When life knocks you down you have two choices- stay down or get up.”
Tom Krause ( motivational speaker, Teacher and Coach, b.1934)

“No great achievement is possible without persistent work.”
Bertrand Russell (English Logician and Philosopher 1872-1970)

Your persistence is your measure of faith in yourself.
Source Unknown

Thoughts mixed with definiteness of purpose, persistence, and a burning desire are powerful things.
Napoleon Hill 1883-1970, American Speaker, Motivational Writer, ''Think and Grow Rich''

Patience, persistence and perspiration make an unbeatable combination for success.
Napoleon Hill 1883-1970, American Speaker, Motivational Writer, ''Think and Grow Rich''

Success is almost totally dependent upon drive and persistence. The extra energy required to make another effort or try another approach is the secret of winning.
Denis Waitley 1933-, American Author, Speaker, Trainer, Peak Performance Expert

Energy and persistence alter all things.
Benjamin Franklin 1706-1790, American Scientist, Publisher, Diplomat

Flaming enthusiasm, backed up by horse sense and persistence, is the quality that most frequently makes for success.
Dale Carnegie 1888-1955, American Author, Trainer

Failure is only postponed success as long as courage ''coaches'' ambition. The habit of persistence is the habit of victory.
Herbert Kaufman

Failure is the path of least persistence
Source Unknown

Defeat may test you; it need not stop you. If at first you don't succeed, try another way. For every obstacle there is a solution. Nothing in the world can take the place of persistence. The greatest mistake is giving up.
Source Unknown

My greatest point is my persistence. I never give up in a match. However down I am, I fight until the last ball. My list of matches shows that I have turned a great many so-called irretrievable defeats into victories.
Bjorn Borg 1956-, Swedish Tennis Player

Permanence, perseverance and persistence in spite of all obstacle s, discouragement s, and impossibilities: It is this, that in all things distinguishes the strong soul from the weak.
Thomas Carlyle 1795-1881, Scottish Philosopher, Author

If I had to select one quality, one personal characteristic that I regard as being most highly correlated with success, whatever the field, I would pick the trait of persistence. Determination. The will to endure to the end, to get knocked down seventy times and get up off the floor saying, ''Here comes number seventy-one!''
Richard M. DeVos 1926-, American Businessman, Co-founder of Amway Corp.

Persistence

Dari tujuh mata kuliah yang kuambil dua blok ini, ada satu yang paling aku ga ngerti. Diktatnya susah dibaca, penuh dengan notasi matematik yang kurang penjelasan kenapa bisa gitu. Contoh soal juga kurang, padahal manusia paling mudah belajar dari contoh. Dosen yang ngajar juga membosankan. Suara monoton dan emphasis kurang banget tentang mana yang paling pokok dari materi kuliah dan mana yang merupakan turunan. Dosen juga ga ngasih gambaran aplikasinya ini nanti gimana, atau contoh real penggunaannya supaya kita ngerti tujuannya belajar ini apa biar semangat. Lengkap deh pokoknya, kecuali satu: dosen kasih soft copy soal2 ujian tahun2 lalu, tapi solusinya ga ada hehe. Sama aja, wong soalnya aja susah2 dan mengerikan: satu ujian ada 9 soal (dengan anak2nya, a, b, c, ...) dan waktu mengerjakan cuma TIGA JAM! Tantangannya adalah ini kuliah WAJIB buatku heheh.

Meski begitu, aku jadi ingat sama kata2ku sendiri sama mahasiswaku di Del dulu. Aku bilang, "kalian ga bisa ngubah cara dosen kalian ngajar, kalian bisa aja malas2an, tapi satu yang pasti kalau itu kuliah wajib buat kalian so suka atau tidak kalian akan ujian untuk lulus. So, terima aja kondisinya, diri kalian sendirilah yang kalian atur, never blame others." Well, it is speaking to me now. Aku setuju sih kalau peran dosen besar dalam proses belajar di kelas, tapi faktor yang paling menentukan adalah mahasiswanya sendiri. Aku bisa bilang gitu juga dari pengalamanku selama di Bandung dulu hehehe. Dari sekian dosen yang mengajarku dulu di departemen, kayaknya cuma ada TIGA orang yang aku hormati dedikasi dan kepeduliannya sama kualitas pengajaran. My apologies to all my professors, but please accept that true sincere words from your one former student. By doing that, you even have burned in me a desire to be a lecturer and showed you that I can do BETTER than you (selain yang tiga itu).

Ayo Ritz, kau telah memilih untuk tiba di "pulau" TUE dan membakar "kapal" untuk pulang. Tak ada jalan lain selain maju terus, apa pun ceritanya, kecuali kau mau buktikan sama dunia bahwa ternyata kau hanya seorang berjiwa kecil dan pengecut, yang tak mau membayar harga untuk kebesaran dan kemuliaan hidup. Kapal untuk pulang akan datang dua tahun lagi. Pastikan saat itu kau kembali ke pantai tempat kau datang dengan kemenangan manis di tanganmu. Saat itu, segala kerja keras dan perjuanganmu akan sirna oleh nikmatnya mencapai tujuan. Bersama-Ku, tak ada yang perlu kau takutkan.

Seperti kata2 yang kutulis di halaman depan buku tugas akhirku dulu:

“Nothing in this world can take the place of persistence. Talent will not; nothing is more common than unsuccessful people with talent. Genius will not; unrewarded genius is almost a proverb. Education will not; the world is full of educated derelicts. Persistence and determination alone are omnipotent.”
Calvin Coolidge (American 30th President of the United States, 1872-1933)

Friday, October 20, 2006

Spacebox

Di NL ini susah cari akomodasi. Jadi pas diterima di TUE, mereka nawarin apa aku mau pake service mereka cariin akomodasi buatku. Ini servis standar buat semua mahasiswa internasional, tapi ga semua univ di NL punya servis ini. Susahnya adalah ini kaya blind date, aku ga bisa lihat tempatnya gimana sebelum deal. Trus kalo deal, kontraknya langsung untuk setahun.

Mereka tawarkan student house atau spacebox. Kalo student house, aku punya kamar privat, tapi kamar mandi atau dapur sharing sama yang lain. Kalo spacebox bener2 private, kamar mandi dan dapur juga privat, di dalam kamar, cuma cukup mahal. Aku terima offer mereka dan aku pilih student house. Anehnya, akhirnya aku dapat spacebox dan terpaksa aku terima, daripada datang ke NL dan ga ada tempat tinggal. Tapi setelah sampe di sini dan lihat spacebox itu kaya apa, aku merasa cukup beruntung karena lokasi dalam kampus, meski menurutku terlalu mewah buatku. Jatuh juga nyampe ke kampus. Banyak temen mahasiswa master internasional pesan spacebox tapi malah dapet student house. So I am minority hehe. Katanya sih aku akan makin bersyukur tinggal di spacebox pas winter datang hehehe. Yah, nikmati sajalah berkat Tuhan ini, a little luxury in life paid by someone else.

Some photos of my spacebox...





Take a look at my palace...



My mailbox, literally...



Spacebox from space (thanks Google Earth!)



Kurusan

Beberapa hari yang lalu aku ketemu teman, si Wanda, dosen Petra, sama master's student 2006. Trus pas kami ngobrol, tiba2 dia bilang, "Hei Ritz, kau kurusan yah." Kata2nya terngiang di telingaku selama jalan pulang ke rumah. Memang, kayaknya aku kurusan dibandingkan pas aku berangkat Agustus lalu. Ga tahu turun berapa kilo.

Kenapa kurus? Well, menurutku belajar itu butuh energi banyak. Aku juga usahakan ga makan kebanyakan seperti biasa dulu pas di Bandung (waktu itu di sana nasi gratis hehe). Kadang2 kuperhatikan, kalo lapar bodo kalo kekenyangan bodo. Kalo lapar, susah belajar, kalo kekenyangan susah belajar juga karena asupan oksigen ke otak kurang gara2 dipake buat bakar makanan di perut.

Ga papa lah kurusan, asal jangan keterusan. Yang penting ga sakit.

Friday, October 13, 2006

Quotes from William Barclay: John 4:31–34

THE MOST SATISFYING FOOD

John 4:31–34

The great keynote of Jesus’s life is submission to the will of God. His uniqueness lies in the very fact that he was the only person who ever was or who ever will be perfectly obedient to God’s will. It can be truly said that Jesus is the only person in all the world who never did what he liked but always what God liked.

It is his great desire that we should be as he was.
(i) To do the will of God is the only way to peace. There can be no peace when we are at variance with the king of the universe.
(ii) To do the will of God is the only way to happiness. There can be no happiness when we set our human ignorance against the divine wisdom of God.
(iii) To do the will of God is the only way to power. When we go our own way, we have nothing to call on but our own power, and therefore collapse is inevitable. When we go God’s way, we go in his power, and therefore victory is secure.

Barclay, William, Daily Study Bible Series: The Gospel of John - Volume 1 Chapters 1-7 (Revised Edition), (Louisville, KY: Westminster John Knox Press) 2000, c1975.

Sunday, October 08, 2006

Nonton konser Hillsong

Salah satu jawaban Tuhan bagi doaku adalah aku akhirnya menemukan gereja dan tempat bersekutu yang sehat dan baik. Aku dibawa teman pada hari Minggu pertama aku di Belanda. Bahkan tidak hanya menemukan tempat bersekutu, aku juga udah ikut cell group pada hari Minggu itu. Aku senang dengan teman2 gereja dan cell group-ku. Aku belajar banyak dari mereka. Bagiku ini semua kebaikan Tuhan bagiku karena aku ga bisa bayang gimana bisa bertumbuh di negeri seperti ini tanpa persekutuan yang baik. Oya, website gerejaku ada di sini.

Hari Sabtu kemarin (07/10), cell group kami bikin acara kebersamaan dengan bareng2 nonton konser Hillsong dengan Darlene Zschech di Arnhem. Yang ikut ada sebelas, ada juga yang bukan anggota cell group. Kami jalan2 bareng di Arnhem, makan Chinese foot buffet sampe kenyang, dan nonton konser. Well, that day is history karena baru kali itu aku nonton konser kaya gitu.

Hari itu aku belajar sesuatu tentang worship. Menyanyi hanyalah satu bentuk dari menyembah Allah. Dan cara orang menyanyi dan merespon kepada praise and worship beda2. It's personal and individual. Aku lihat banyak yang angkat tangan, menari, bahkan lompat2. Aku memang ga biasa lompat2 atau menari atau angkat tangan. Bagiku, aku lebih melihat dan meresapi lirik lagu daripada melodi dan musiknya. Aku ingin melibatkan seluruh akal budi dan perasaanku. Aku sih ga masalah sama cara orang seperti apa karena cara orang itu urusan pribadi. Ga masalah bagiku juga karena orang kan menyembah Tuhan, bukan manusia. Apakah aku ga angkat tangan? Ya, aku angkat tangan juga sekali, ketika memang aku tahu kenapa aku harus angkat tangan saat itu. Yang pasti bukan karena orang lain di sekitarku angkat tangan.

Yang kusesalkan adalah sikap sebagian penonton yang malah ngobrol2, main2 dan bukannya serius terlibat dalam praise and worship. Yah, ini juga terserah mereka. Orang bisa datang dengan tujuan macam2. Mungkin sebagian mereka bingung gimana cara buat ngabisin uangnya. Atau orang datang cuma buat have fun atau buat lihat artisnya. Lha kalo aku, kenapa aku datang? Aku datang kesana memang karena tujuanku yang utama bukan konsernya itu sendiri, tapi buat kebersamaan dengan temen2. Tujuan lainnya yah pengen liat juga Hillsong itu gimana sih, trus aku mo testing foto-foto sana sini sama kamera SLR Canon-ku. Sayang aku ga bisa datang lebih dekat buat motret...


Darlene Zschech and Hillsong in action



Some of my friends

Friday, October 06, 2006

well done

Waktu masuk kelas sore tadi, ternyata tugas yang minggu lalu dikumpul sudah selesai dinilai dosen dan akan dikembalikan ke kami saat itu juga. Terus terang, aku agak gelisah waktu akan terima kerjaan kami (aku dan temanku) dan lihat nilainya akan dapat berapa. Aku ga tahu, hanya bisa duga2 aja. Yang kutahu, kami sudah kerjakan semaksimal mungkin dan itulah yang terbaik yang bisa kami berikan.

Akhirnya datanglah sang dosen ke meja kami. Dia tanya namaku siapa. Kujawab, "Panggabean, Sir." "So this is your work, WELL DONE", kata si dosen sambil tersenyum dan menyerahkan tugas kami dengan nilai kami tertulis jelas di sana. Aku ga nyangka nilai pertamaku di Belanda ini ternyata jauh lebih baik dari yang kuharapkan. Bagiku, ini semua karena Tuhan, sumber hikmat dan kekuatan. Yang pasti ini menjadi pemacu semangat dan awal yang baik bagiku. Tugasku tak perlu pikirin nilaiku bakal berapa. Tugasku adalah memastikan aku ngerti kuliahnya dan mengerjakan segala tugas sebaik yang kubisa. Nilai urusan dosen dan Tuhan.

Waktu kurenungkan kata2 dosenku itu, aku jadi kepikiran mencoba membayangkan gimana rasanya kalau aku akhirnya berdiri di depan Tuhan Yesus dan Dia berkata "Well done, good and faithful servant." Waktu itu, di hadapan-Nya, tidak ada hal materi yang akan kita bawa dari dunia ini. Uang, rumah, mobil, anything you can name, semua binasa dan tak ada lagi. Rasanya, waktu itu, tak ada yang lebih menggetarkan hati kita kecuali apa ucapan Tuhan buat kita. Ucapannya menentukan dimana kita harus jalani kekekalan yang tak terbatas: "sharing the master's happiness" atau "in the darkness, where there will be weeping and gnashing of teeth."

"Well done, good and faithful servant."

Thursday, October 05, 2006

Mark Foley dan integritas

Selama hampir dua minggu ini aku nonton CNN dari TV kecil di kamarku, satu berita yang lagi heboh di Amrik sana adalah tentang anggota kongres Amerika namanya Mark Foley yang ketahuan melakukan tindak kejahatan kriminal seksual sama remaja yang kerja di Capitol Hill. Jadi dia chatting sama remaja2 ini, dan isinya gak pantas. Semua terbongkar gara2 satu anak remaja ksaih tahu sama pihak berwenang. Mark Foley akhirnya mengundurkan diri dan karirnya yang gemilang sebagai politisi hancur dalam sekejap. Sekarang kasus ini sedang diselidiki. Terakhir, pengacara Foley bilang bahwa kliennya adalah gay dan pernah di-abused sexually sama clergyman waktu remaja!

Menonton cerita hancurnya hidup seseorang karena hal kecil ini membuatku berpikir tentang integritas. Aku yakin bahwa aku bukan orang yang sungguh punya otoritas kalo bicara tentang topik ini. Aku masih terus berbenah dan itu semua hanya bisa karena Tuhan yang menolong.

Apa itu integritas? Bagiku definisi sederhana tapi lengkap datang dari bagian syair satu lagu rohani yang kudengar sekitar tahun 2003. Aku lupa judulnya tapi bait ini aku tak kan lupa:

May we be a people, a people of integrity
being who we say we are and doing what we say

Kadang orang jatuh bukan karena batu besar, tapi oleh batu kecil.

Membangun dan memelihara reputasi butuh seumur hidup.
Menghancurkannya bisa sekejap mata.

May God help us all.

Eric Weisstein, Creator of MathWorld

MathWorld mungkin adalah referensi online terbaik untuk matematika. Orang hebat yang ada di balik karya hebat ini adalah Eric Weisstein. Aku tertarik mengenal lebih baik orang hebat ini lewat websitenya. Yang ingin kutulis di sini adalah bahwa di balik the making of a great person, ada orang2 yang mungkin dianggap biasa atau kurang hebat darinya. Tapi tanpa mereka, mungkin tak akan ada orang hebat seperti Eric Weisstein.

Bagaimana aku bisa tahu? Aku kutip bagian di bawah ini dari bagian acknowledgement pada disertasinya di Caltech saat dia umur 27.

"First and foremost, thanks to my parents. Although you may not have shared in my fondness for math and science, you have supported me in everything I have done. Thanks for all the trips to science museums (when I'm sure you would have much rather been somewhere else), for allowing me the freedom to choose my own direction while at the same time providing just the right amount of guidance, and for instilling in me a love of learning. You spared no effort to provide me with the best education possible, and for that I am eternally grateful."

"To Martin Burkhead of the astronomy department at Indiana University, who agreed to let a lowly high school student take his introductory astronomy course, thanks for your engaging teaching style, cheerfulness and, above all, enthusiasm. Just look where Astro 110 has taken me!"

Dari sekian banyak orang yang telah memberi pengaruh, aku tertarik dengan dua kelompok ini: ORANGTUA dan GURU (termasuk dosen). Kenapa? Yah, satu karena aku pernah dan ingin jadi yang kedua dan juga ingin jadi yang pertama, ga tahu kapan. Kedua, karena minimal tiap orang kemungkinan suatu saat jadi orangtua. See, you and I may not be the most influential persons in the world, but you and I CAN and SHOULD be the MOST INFLUENTIAL person in the worlds of some people God deliberately bring to us: children, students, friends.

If I can see further than anyone else, it is only because I am standing on the shoulders of giants.
-Sir Isaac Newton

tentang nulis, baca dan nanggapi email

kembali lagi aku melakukannya. aku memutuskan mengakhiri ikut diskusi untuk satu topik di satu milis. aku ga tahu apa orang lain tahu hal ini, tapi selama ini aku belajar untuk membangun prinsipku sendiri saat menulis, membaca dan menanggapi email.

- email adalah bentuk komunikasi tertulis dan nonverbal. karenanya email sangat rentan dengan kesalahpahaman. karena komunikasi tujuannya supaya pesan yang ada di kepala kita itu juga yang sampai di pembaca, so menulis email perlu usaha ekstra. seperti halnya menulis apa pun, menulis email perlu editing beberapa kali sebelum dikirim apa memang pesan kita jelas lewat apa yang kita tulis. bagiku kadang ini butuh waktu banyak hanya untuk satu email. trus, permudah pembaca memahami dengan paragrafing dan pemilihan kata yang tidak ambigu. aku merasa email yang ga ditulis dengan hati2 yang bikin diskusi jadi panjang.

- kalo nanggapi email orang lain, biasanya aku baca beberapa kali email orang tersebut sebelum kubalas. tujuannya ya supaya aku bener2 nangkap maksudnya apa dari yang dia tulis dan ga salah paham. dengan itu, aku bisa nulis dengan tepat sasaran, sambil merujuk kepada yang dia tulis. inilah yang bikin aku cukup lama untuk nulis email buat kasih tanggapan. inilah yang bikin ku kadang jadi jengkel: tidak sedikit orang yang nanggapi email orang tapi salah paham. ini melahirkan klarifikasi dan diskusi panjang, hanya karena salah paham. kalo udah kayak gini, biasanya aku udah malas aja nanggapi. lebih baik stop aja deh. kalo aku serius mencoba mengerti maksud emailnya, ya wajar dong aku minta orang itu juga baca baik2 postingku. trus, kalo aku bilang dia salah paham, ntar pesannya aku ngajarin lagi dan kesannya dia jadi seperti orang bodoh. ah, ngapain. udah bisa bikin orang berdosa, habis waktu lagi. so, stop aja deh. semoga ybs nangkap maksudnya apa.

- yang terakhir (untuk kali ini), pastikan kita punya tesis dan argumen yang kuat kalo mo posting atau kasi tanggapan. trus kemasan penting. yah, kalimat boleh to the point, tegas, jelas, tapi tetap hormat dan ga kasar. atau bisa aja kalimatnya menusuk sebenernya, tapi dikemas dengan cara yang ringan dan lucu. mungkin istilahnya ironis atau satir, gitu.

kira2 itulah yang kucoba latih tiap kali menulis email. karena itulah aku salut banget sama mereka yang sering nulis artikel / posting panjang dan bagus di milis. aku perlu banyak belajar dari mereka. so, pastikan kita punya cukup waktu buat nulis email yang baik, kecuali kita mo cari masalah dan memulai debat kusir. nee...

Monday, October 02, 2006

kalo dosen kuliah lagi

pengalamanku berdiri di depan mahasiswa dan mengajar sebelum kuliah lagi dan keinginanku untuk kembali jadi dosen ternyata punya pengaruh pas aku di sini. satu hal yang biasanya kulakukan setiap kali aku ikut kuliah adalah aku memperhatikan cara dosennya ngajar. aku belajar banyak tentang cara dan gaya ngajar, ada yang baik dan ada yang kurang. aku coba tulis yang baiknya dan yang kurang baiknya untuk sementara nanti aja dulu, hehe.

hal-hal baik yang kupelajari dari dosen2 di sini sejauh ini:
- hampir selalu tepat waktu. sejauh ini sih mahasiswa yang telat dibiarin masuk, meski ga ada yang keterlaluan telatnya. belum ada yang kasih maksimal telat.
- kuliah di sini per sesi 45 menit, trus break 15 menit. mereka hampir selalu ingat break dan menurutku break penting buat menyegarkan pikiran buat sesi berikutnya. selama break, dosen dan mahasiswa boleh keluar dan istirahat.
- umumnya mereka mempersiapkan kuliah dengan baik. ini kelihatan dari slide, silabus, kemampuan si dosen ngejelasin dan pas ngejawab pertanyaan.
- ini yang sip. mereka siap melayani pertanyaan mahasiswa waktu kuliah dan setelah kuliah. pernah dosen melayani pertanyaan kami selesai kuliah selama satu jam.
- dosen ga memaksakan pendapat. mahasiswa boleh aja ga setuju asal punya argumen kuat. kadang2 terjadi diskusi atau mirip kaya debat di kelas antara dosen-mahasiswa, tapi ya itu wajar.

selain gaya dan cara ngajar, aku sering perhatiin gimana caranya ngajar dalam bahasa inggris yang baik, apalagi kalo udah harus ngejelasin persamaan dan notasi2 matematika yang banyak. ga mudah kalo dicoba memang, tapi kalo ga mo jadi mediocre, ya harus bisa.

mens agitat molem

sudah seminggu ini aku mencari2 ide buat dijadiin topik report sama presentasi kuliah sebagai tugas. aku merasakan ternyata ga gampang menemukan ide yang tepat, yang pas. kemarin malam aku putuskan satu ide dari sekian alternatif. tapi, sepanjang pagi sampai sekarang aku pertimbangkan lagi, sambil browsing internet buat cari inspirasi. akhirnya, baru aja aku menemukan ide yang menurutku paling pas dan tepat.

ide itu unik. dia bisa datang di saat2 yang ga kita duga. Newton dapat ide tentang gravitasi waktu dia duduk santai dan melihat apel jatuh. Archimedes dapat ide tentang massa jenis waktu sedang berendam di bathtub. Feynman menemukan ide yang menjadi awal nanoteknologi waktu dia makan di kantin dan melihat orang melemparkan tempat makan. tapi ada satu yang sama dari ketiganya dan semua orang yang menemukan ide di saat yang tak terduga. mereka sedang berpikir, ya berpikir tentang masalah yang dihadapi. berpikir dengan melihat apa yang terjadi, berpikir dengan pikiran terbuka. ide inilah yang kemudian menjadi motor dan energi untuk tubuh ini bergerak untuk mewujudkan ide itu. seperti mottonya TU Eindhoven: MENS AGITAT MOLEM, The mind moves the matter.

baik, sekarang saatnya bekerja dan menulis (ulang) tugasku, hehehe.