Wednesday, October 25, 2006

Persistence

Dari tujuh mata kuliah yang kuambil dua blok ini, ada satu yang paling aku ga ngerti. Diktatnya susah dibaca, penuh dengan notasi matematik yang kurang penjelasan kenapa bisa gitu. Contoh soal juga kurang, padahal manusia paling mudah belajar dari contoh. Dosen yang ngajar juga membosankan. Suara monoton dan emphasis kurang banget tentang mana yang paling pokok dari materi kuliah dan mana yang merupakan turunan. Dosen juga ga ngasih gambaran aplikasinya ini nanti gimana, atau contoh real penggunaannya supaya kita ngerti tujuannya belajar ini apa biar semangat. Lengkap deh pokoknya, kecuali satu: dosen kasih soft copy soal2 ujian tahun2 lalu, tapi solusinya ga ada hehe. Sama aja, wong soalnya aja susah2 dan mengerikan: satu ujian ada 9 soal (dengan anak2nya, a, b, c, ...) dan waktu mengerjakan cuma TIGA JAM! Tantangannya adalah ini kuliah WAJIB buatku heheh.

Meski begitu, aku jadi ingat sama kata2ku sendiri sama mahasiswaku di Del dulu. Aku bilang, "kalian ga bisa ngubah cara dosen kalian ngajar, kalian bisa aja malas2an, tapi satu yang pasti kalau itu kuliah wajib buat kalian so suka atau tidak kalian akan ujian untuk lulus. So, terima aja kondisinya, diri kalian sendirilah yang kalian atur, never blame others." Well, it is speaking to me now. Aku setuju sih kalau peran dosen besar dalam proses belajar di kelas, tapi faktor yang paling menentukan adalah mahasiswanya sendiri. Aku bisa bilang gitu juga dari pengalamanku selama di Bandung dulu hehehe. Dari sekian dosen yang mengajarku dulu di departemen, kayaknya cuma ada TIGA orang yang aku hormati dedikasi dan kepeduliannya sama kualitas pengajaran. My apologies to all my professors, but please accept that true sincere words from your one former student. By doing that, you even have burned in me a desire to be a lecturer and showed you that I can do BETTER than you (selain yang tiga itu).

Ayo Ritz, kau telah memilih untuk tiba di "pulau" TUE dan membakar "kapal" untuk pulang. Tak ada jalan lain selain maju terus, apa pun ceritanya, kecuali kau mau buktikan sama dunia bahwa ternyata kau hanya seorang berjiwa kecil dan pengecut, yang tak mau membayar harga untuk kebesaran dan kemuliaan hidup. Kapal untuk pulang akan datang dua tahun lagi. Pastikan saat itu kau kembali ke pantai tempat kau datang dengan kemenangan manis di tanganmu. Saat itu, segala kerja keras dan perjuanganmu akan sirna oleh nikmatnya mencapai tujuan. Bersama-Ku, tak ada yang perlu kau takutkan.

Seperti kata2 yang kutulis di halaman depan buku tugas akhirku dulu:

“Nothing in this world can take the place of persistence. Talent will not; nothing is more common than unsuccessful people with talent. Genius will not; unrewarded genius is almost a proverb. Education will not; the world is full of educated derelicts. Persistence and determination alone are omnipotent.”
Calvin Coolidge (American 30th President of the United States, 1872-1933)

No comments: