Wednesday, September 12, 2007

Bulumu warna apa?

Satu beda paling besar kuliah di TUE (dan kayanya di kampus2 lain di Belanda) dengan di Indonesia adalah kemerdekaan individu yang besar sekali namun bertanggung jawab. Di sini kuliah itu adalah urusan pribadi dan tiap mahasiswa memang bener2 kaya MAHAsiswa. Selama aku kuliah di sini, ga pernah ada daftar absen waktu kuliah (lecture). Di sini mahasiswa punya kebebasan mau datang atau tidak datang kuliah, yang penting waktu dia ambil ujian lulus. Lulus tidaknya dan lulus dengan nilai berapa juga urusan masing2 sebab di sini sejauh pengalamanku nilai mahasiswa di kelas jarang sekali diumumkan ke umum. Jadi, bagiku di sini memang tempat belajar. Mau belajar apa aja boleh, ga ada larangan, tak ada paksaan (kecuali itu memang kuliah wajib dari programnya). Dengan kebebasan besar seperti itu, tanggung jawab penuh memang ada di pundak mahasiswa sendiri sebab faktor2 lainnya yang menunjang keberhasilan studi udah dilengkapi universitas.

Coba, apalagi yang kurang dari yang udah disediakan TUE:
- Dosen2 yang bener2 kompeten dan ahli, hampir semua udah doktor, aktif dalam riset dan punya koneksi kuat ke industri, banyak yang udah dapat penghargaan internasional, jadi fellow atau dapat award, ngajar juga committed (tepat waktu, ga pernah bolos, pasti udah persiapan, trus bersedia melayani mahasiswa yang minta waktu private buat diskusi, ga pernah menjatuhkan moral mahasiswa kalo menjawab pertanyaan), transparan dalam ujian (grading scheme jelas, mahasiswa bisa protes dan nanya jawaban ke dosen kalo ga puas), pokoknya kayanya dari sisi dosen bagus banget lah.

- Buku tersedia di tujuh perpus di kampus, meski kadang buat textbook terbatas jumlahnya. yah dalam hal ini mahasiswa harus cerdik dikit. entah itu scan bagian yang perlu dan print, yang penting ada buku buat belajar.

- Akses gratis buat student dan employee (dosen, postdoc, PhD dan postmaster students) ke publikasi ilmiah dan jurnal internasional dari berbagai disiplin ilmu. Gile bener, ga tahu tuh TUE harus bayar berapa buat kasi fasilitas ini buat warganya.

- Fasilitas alat2nya juga oke, cukup lengkap kok, setidaknya di departemen elektro. Apalagi tiap mahasiswa pasti udah punya laptop, karena ada program subsidi laptop TUE. Two thumbs up deh!

- Akses internet di kampus yang supercepat, pakai wifi lagi. Yang pakai kabel seperti yang kupakai sekarang speednya 1 Gbps (mantabh!)

- Akses dan kesempatan riset di industri dan perusahaan kelas dunia. Yah, minimal di Philips, ASML, Oce, Shell, DSM, dmbl (dan masih banyak lagi).

Dengan semua itu, di sini memang keberhasilan studi hampir sepenuhnya di tangan si mahasiswa itu sendiri, selama dia bayar tuition fee and follow the rules. Beda banget dengan di Indo dimana faktor keberhasilan mahasiswa sering ditentukan bukan oleh mahasiswanya, seperti dosen yang ngaco, peralatan atau buku serba kurang, biaya, dll. Di sini juga orang belajar ga kenal umur, selama dia mau belajar, bayar tuition fee dan ikut aturan.

Jangan kaya seperti yang kubaca barusan di satu portal berita tentang seorang pejabat tinggi negara yang berusaha dengan segala cara supaya bisa dapat gelar master yang udah ditinggalinnya bertahun2 lalu, bahkan sampe nyogok dan melakukan lobi2 busuk for bending the rules. Harusnya sih dia sadar, di universitas semua orang itu diperlakukan sama, entah itu dia pejabat atau orang biasa. Tak pandang bulu sebab tak ada orang yang bertanya, "bulumu warna apa?" Dasar ga tau malu, trus malu2in lagi.

- yang makin ga respect dan ga percaya sama yang namanya pejabat di Indonesia

2 comments:

D. S. said...

fasilitasnya ada yang kurang ritz, minimal buat loe kurang fasilitas CALON ISTRI ........ huehehehehehehhehehe .....

mauritz panggabean said...

ember pren, loe tau aja ya fasilitas yang kurang buat loe, cuma koq loe bilangnya jadi buat gw sih... hehehe... keep the faith, man!