Saturday, January 17, 2009

Sekarang ia berbicara begitu kuat kepadaku...

Hari kedua aku tiba di Trondheim, aku disambut selamat datang oleh seorang rekan yang ingat aku karena tulisanku di bawah ini yang kukirim ke sebuah milis beberapa waktu yang lalu. Aku ga nyangka postingku itu ternyata masih diingatnya dan sekarang tulisanku itu berbicara begitu kuat kepadaku. Terimakasih untuk rekan yang sudah mengingatkan. Saya masih ingat dan saya mendengar. Semoga Tuhan menolong dan menguatkanku untuk tetap setia pada apa kata-kataku yang keluar dari mulut dan lidahku sendiri. Sebab sudah terlalu banyak orang lupa dan terlalu banyak pula orang yang terlalu banyak bicara.

--

Dear all,

Dari pengamatan dan pengalaman saya selama ini, tidak banyak cara untuk berkontribusi bagi kemajuan republik, setidaknya ada dua:

1. Langsung serahkan diri untuk menjadi solusi bagi persoalan bangsa di bidang2 yang perlu banyak dibenahi, dan konsisten lah berkarya hingga akhir sesuai dengan kapasitas masing2. Contoh:
Kalau geram sama korupsi di birokrasi, serahkan dari jadi PNS yang berdedikasi dan siap hidup sederhana.
Kalau prihatin dengan buruknya pendidikan di Indonesia, serahkan diri jadi guru dan dosen yang berdedikasi dan berkualitas.
Kalau sedih melihat banyaknya pengangguran, serahkan diri jadi entrepreneur untuk membuka lapangan kerja.
Kalau marah melihat kacaunya hukum di Indonesia, serahkan diri menjadi hakim atau jaksa yang berintegritas dan berani.
Dan lain-lain...

2. Kalau tidak menyerahkan diri untuk yang di atas, mungkin lebih memilih untuk berkarya di tempat2 yang sistemnya sudah baik dan stabil, seperti di perusahaan besar nasional atau asing, cara berkontribusi ya bisa dalam hal dana, tenaga dan waktu untuk tetap terlibat aktif misalnya lewat LSM atau lembaga pendidikan, program beasiswa, atau membantu mereka di no.1. Perhatikan, saya tidak bilang adalah salah untuk bekerja di tempat2 dengan sistem yang sudah baik dan stabil, bahkan di luar negeri. Semua punya peran yang unik untuk turut berkontribusi. Yang penting perlu dijawab adalah apa alasannya, apa tujuannya dan apa kontribusinya buat Indonesia melalui posisi2 itu. Kita butuh orang2 di no. 1 dan 2 untuk membangun Indonesia.

Nah, kalau seseorang punya kapasitas besar, sampai2 bisa sekolah di luar negeri tinggi2, tapi tidak termasuk satu dari kedua jalan di atas, bahkan paling parah sadar atau tidak sadar sudah jadi antek asing (setidaknya dalam pikiran), akan lebih baik kalau orang2 seperti ini tidak usah banyak bicara, stop kritik sana-sini, tak bikin masalah baru atau ya udah langsung aja lah ganti warganegara.

Soal PPI, saya cuma ingin sampaikan satu quote favorit saya dari fim Spiderman ini:

Whatever life holds in store for me, I will never forget these words: "WITH GREAT POWER COMES GREAT RESPONSIBILITY. " This is my gift, my curse. Who am I? I'm Spider-man.

Then, who are we? Who are you? Who am I?
Yang pasti, talk does not cook rice.

Untuk Indonesia,
Mauritz Panggabean

Worship is the submission of all of our nature to God.
It is the quickening of conscience by His holiness,
nourishment of mind by His truth,
purifying of imagination by His beauty,
opening of the heart to His love, and
submission of will to His purpose.
And all this gathered up in adoration
is the greatest of human expressions
of which we are capable.

William Temple, Archbishop of Canterbury, 1881-1944

No comments: