Sunday, January 25, 2009

Pesan buat master's students

Aku bersyukur banget bisa menyelesaikan studi S2 tepat waktu di TU/e. Dalam pertemuan dan perbincangan dengan mahasiswa master junior ku di TU/e waktu itu, khususnya dari Indonesia, sering mereka menanyakan tips2 atau nasihat2 apa yang perlu dan penting buat mereka selama S2. Karena aku rasa mungkin bisa berguna juga buat yang lain, aku tulis di sini apa aja yang kira2 udah kusampaikan ke mereka. Tips2 ini juga sebagian berupa pelajaran2 penting yang kudapat selama studi S2, jadi bukan hanya soal teknis kuliah, tapi juga gimana hidup di tanah orang. Oya, konteksnya ini sih di Belanda, tapi moga2 tetap bermanfaat di tempat lain. Kemudian semua ini didasarkan pada pengalaman, pemikiran dan pengamatanku, jadi kalo ga setuju, silakan aja. Semoga berguna.
  1. Studi lanjut S2 itu merupakan sesuatu yang serius. Jadi, sama seperti melakukan apapun, entah kecil apalagi yang besar dan berdampak panjang, make sure that you start with the end in mind. Maksudku, pastikan kau memiliki tujuan yang benar2 tepat kenapa kau ingin S2. Tujuan ini nantinya yang akan menguatkanmu ketika kau tiba pada saat2 yang sulit dalam studimu. Kalau tujuanmu ga jelas dan fuzzy, misalnya studi S2 just for the sake of it, aku takut di saat2 sulit itu kau akan limbung, atau bahkan menyerah. Waktu aku menjejakkan kakiku pertama kali di Schiphol Amsterdam (bahkan jauh sebelum itu, waktu aku apply S2), aku sudah punya tujuan jelas: aku mau berjuang untuk dapatkan beasiswa S3 begitu lulus. Soal kenapa aku punya tujuan itu, well I'll save it for another blog. Tujuan jelas itu menolong sebagai pemandu dalam membuat keputusan2 dan pilihan2 penting dalam studimu nanti, khususnya di tahun terakhir. Waktu aku tesis, karena aku mau PhD, ya aku mengerjakan topik yang content research nya lebih tinggi yang punya potensi untuk menghasilkan publikasi ilmiah. Trus, setelah lulusan S2 di TU/e ditawarin untuk ikut program postmaster (PDEng). Aku ditawarin juga waktu itu, cuma karena ga sesuai dengan tujuanku, ya aku ga hiraukan. So that's it, begin your journey with the end in mind.
  2. Bulan2 pertama itu sangat krusial. Pastikan kau udah mulai pijak gas di saat2 ini dan jauhkan berleha2. Carilah teman kerja yang pas di kelasmu dan cobalah belajar kelompok. Yah, buatku sih itu cara belajar yang paling efektif. Trus, pelajari baik2 semua peraturan yang ada, soal grading system, tentang ujian, dll. Pegang prinsip ini baik2: DALAM HIDUP INI, BERHATI2LAH DENGAN ASUMSI! Apalagi soal peraturan, karena kita ini orang pendatang di negeri orang, so kalo ada yang ga jelas, langsung tanyakan ke pihak yang berwewenang. Jangan pernah menduga2 atau berasumsi atau percaya langsung apa kata orang. Don't be lazy, go move your ass and ask the right person who can give you the right answer. Knowing the truth and the rules of the game soon will save you from many unnecessary problems in the coming days. Believe me. So once more, beware of assumptions.
  3. Waktu S2 kita akan punya kesempatan untuk belajar banyak hal dan berkenalan dengan hal2 baru, termasuk yang berbeda dengan bidang program master kita. Nah, untuk memilih topik riset buat tesis, di tahun pertama dimana banyak kuliah adalah kesempatan untuk menguji dan menemukan apa passion mu dalam riset, dan juga apa yang paling sesuai dengan tujuanmu. Mungkin aja, kau menemukan bahwa sebenarnya kau punya passion yang lebih besar bukan di program master mu yang utama. Tanyakan ke pihak berwewenang gimana kau bisa riset dalam bidang itu. Again, jangan cepat2 berasumsi itu ga bisa. Programku dulu sebenernya di bidang broadband telecommunication technologies, fokusnya di optical and wireless communications. TU/e memang salah satu center of excellence bidang optical communications, di Eropa dan di dunia. Cuma di tahun kedua, aku lakukan semua internship dan tesisku bukan di bidang itu, tapi justru di bidang image and video processing, di Philips Research Eindhoven. Kenapa? Ada dua alasan. Pertama, setelah aku ikuti dua kuliah bidang image dan video (yang merupakan kuliah pilihan), aku makin yakin di sinilah passion ku. Kedua, karena tujuanku mau membangun pendidikan tinggi di Indonesia yang jelas dana risetnya terbatas, so aku harus fokus di tesis S2 dan S3 ku di bidang yang bisa melakukan riset berkualitas dengan dana riset terbatas. Nah, optical and wireless communication agak susah, karena dananya muahall. Aku ingat kami kunjungan ke lab optical communication, dan kami tanya berapa harga alat2nya. Ada satu alat kecil, harganya udah di atas EUR 10,000! Trus ada alat yang gede, kek lemari gitu, profesornya bilang alat ini cuma ada 10 di dunia! So jelas, optical communication is not the one. Beda banget sama riset di bidang image dan video, atau multimedia. Aku perhatikan di research group prof pembimbingku, paling mereka cuma perlu komputer, kamera, teknologi open source, atau implementasi di FPGA, yang jelas terjangkau buat kantong Indonesia. Modal utama ya matematika. Itu makanya, selama tahun keduaku aku 'pindah jalur'. Tapi semua kuliah master ku di bidang telekomunikasi ya kuselesaikan juga sebaik mungkin, meaning I know more knowledge than my peers in class, right? Hehehe.
  4. Oya, satu yang sangat penting juga, usahakan pada tahun pertama setelah kau tahu apa bidang yang jadi passion mu dan sesuai dengan tujuanmu, kau harus segera cari dan kontak research group yang sesuai dengan bidang itu dan prof yang paling top di bidang itu. Aku dulu langsung hubungi prof yang akhirnya jadi pembimbingku waktu aku masih di tahun pertama. Membangun kontak itu penting, so that he/she knows you, but don't just be nice, be productive and show results. Beliau bersedia jadi pembimbingku dan coach ku. Kalo udah begini, tinggal kau aja yang harus kerja keras to deliver results. Aku juga udah bilang intention ku untuk PhD dan aku langsung tanya apa syaratnya untuk diterima PhD di groupnya. Begitu beliau kasih tahu syaratnya, aku sempat keder juga. Tapi itu memacuku justru untuk berusaha memberi yang terbaik. Like one wise man says, anything that doesn't kill us just makes us strong. Trus, jangan juga cari prof yang gampangan, carilah yang top dan the best. Put your bar high. Siapa yang ga bangga bisa lulus dengan nilai sangat baik dan bisa punya publikasi di conference internasional yang top dari tesis master dengan pembimbing IEEE Fellow kan? But it's all because of God's grace, so all glory must be to the Lord.
  5. Kesempatan di luar negeri perlu dimanfaatkan sebaik mungkin. Ada yang kerjanya jalan2 keliling Eropa atau belanja beli ini itu, habisin duit. Aku sih ga gitu, yah hidup sederhana aja lah. Aku jalan2 juga sih, tapi strategiku lebih baik fokus untuk bisa PhD, jadi punya waktu dan uang lebih banyak buat bisa jalan2 kan? Hehehe. Menurutku, kalo selama S2 yang kita dapat cuma ijazah dan pengetahuan dari kuliah dan riset tok, wah itu rugi besar. Aku pengen lebih dari itu. Aku pengen mengenal nilai2 dari bangsa2 lain yang lebih maju dan membawanya pulang sebagai bagian dari hidup dan diriku, sehingga aku pun dengan menghidupi nilai2 itu bisa maju seperti mereka. Soal nilai2 ini, aku rencanakan akan tulis blog khusus. Belajar nilai2 yang baik ini hanya bisa kalau kita berinteraksi dengan orang2 dari bangsa lain, berkomunikasi, share, keep on asking why. Makanya kerjaku waktu S2 bukan hanya belajar, tapi aku juga coba terlibat di pelayanan Kristen untuk mahasiswa internasional (bagian dari IFES), trus jadi anggota worship band di gereja, dan juga punya part-time job tiap Sabtu malam di sebuah restoran top. Tiga itu yang cukup dengan kapasitasku, tapi dari ketiganya itu, aku banyak banget belajar. Dari yang terakhir, ya aku ga hanya punya pengalaman dan belajar, tapi juga dapat duit lumayan. Trus, aku juga lakukan internship pertama ku di research group di universitas supaya aku tahu gimana rasanya lakukan riset di kampus. Tapi udah itu aku lakukan internship kedua dan tesisku (total selama 12 bulan) di Philips Research Eindhoven di High Tech Campus, jadi aku punya pengalaman gimana rasanya melakukan riset di perusahaan kelas dunia. Besides that, I also got good money from there and it makes CV more competitive hehehe. Intinya, belajarlah sebanyak2nya dari orang2 lain dan hidup mereka. Jangan cuma habiskan waktu belajar, belajar dan belajar, atau tahunya cuma rumah, ruang kuliah, dan perpustakaan, dan ngumpulnya cuma sama orang2 Indonesia aja. Beh, amit-amit. Kalo cuma itu nya yang kau dapat selama S2 jauh2 di negeri orang, rugi kali kau kurasa.
  6. Ini juga penting. Seraplah nilai2 yang baik dari bangsa lain, tapi keep maintaining your identity and pride as Indonesians! Kalau bukan kita yang bangga dan bela bangsa sendiri, lalu siapa lagi. Jangan kek orang dari kampung pelosok sana yang baru seminggu di Jakarta udah ngomong "loe gue". Gitu juga, jangan baru berapa bulan di negeri orang, langsung cepet banget berubah bahkan lebih londo daripada londo. In the increasingly flatting world that turns into a global village, having a good grip on your true identity is becoming more and more important. Pokoknya, jangan kampungan lah! It is good to always have an open mind and open life, but always know the limit when you are already too open.
  7. At the end of the day, aku belajar bahwa faktor yang paling menentukan untuk menyelesaikan dengan sebaik mungkin apa yang sudah kita mulai bukanlah brilliance atau intelligence, tapi determination and persistence, bukan cuma mimpi, plans and strategies, tapi action and unwavering commitment to get things done well ASAP. Itu makanya, dari beberapa lagu yang sering menyemangatiku selama ini, dua di antaranya adalah "Hey" dari KLA Project dan "Hidup adalah perjuangan" dari Dewa. Always keep the faith man!
Good luck with your master's study! May God bless you.

2 comments:

Anonymous said...

nice post. Sukses Ritz.

mauritz panggabean said...

Thanks Kang Abet. Tetap semangat dan sukses juga di sana bro.