Friday, January 16, 2009

Berpikir Sistematis Secara Kristen (2/7)

2. AWAL DAN AKHIR

Satu prinsip sangat penting dalam berpikir sistematis saya pinjam dari Stephen Covey * yaitu memulai dari akhir. Prinsip ini memang asing dari pemahaman orang pada umumnya yaitu memulai dari awal. Namun untuk dapat berpikir sistematis, kita perlu dan bahkan harus memulai dari akhir. Akhir yang saya maksud di sini adalah tujuan dari seluruh proses berpikir itu. Misalnya, kita berpikir tentang suatu sistem dengan tujuan memahami dengan baik bagaimana sistem tersebut bekerja sesuai dengan fungsinya. Maka akhir dari proses berpikir kita tentang sistem itu adalah ketika kita sepenuhnya mencapai tujuan.

Memulai dari akhir ini sangat penting dan berguna bagi kita dalam berpikir sebab titik akhir akan menentukan arah dan tujuan dari aktifitas berpikir kita. Fokus kepada tujuan akan mencegah kita dari ketersesatan dan memimpin kita menolak segala godaan untuk melenceng dari tujuan, semenarik apapun godaan itu. Arah akan menolong kita dalam menentukan pilihan-pilihan yang harus kita ambil saat berpikir, sementara tujuan akan memberitahu kita apakah proses berpikir kita sudah berhasil atau tidak. Dengan mengetahui akhir, kita juga akan mampu memperkirakan skala persoalan yang hendak kita pikirkan. Jika kita mengibaratkan proses berpikir sebagai perjalanan dari satu tempat ke tempat tujuan, maka mengetahui tempat tujuan itu menolong kita mengetahui berapa jauh jarak yang harus kita tempuh dan mengalkulasi persiapan dan perjuangan yang harus dilakukan untuk tiba di sana. Untuk merancang rute yang menghubungkan titik awal dan titik akhir, kita dapat menggunakan dua cara, yaitu bergerak dari awal ke akhir dan/atau dari akhir ke awal. Kalkulasi ini sangat menentukan semangat dan moral kita sebelum memulai perjalanan berpikir. Tidak ada yang lebih melemahkan semangat daripada mengetahui dari awal bahwa perjalanan mencapai titik akhir itu begitu panjang dan berat melebihi kemampuan kita seolah-olah ia merupakan perjalanan tanpa akhir. Sebaliknya, jika dari awal kita sudah tahu dan yakin bahwa kita mampu mencapai titik akhir, tentu kita akan bersemangat bukan? Ketika titik akhir berhasil kita capai, maka tidak hanya semangat kita makin menggelora, tetapi kita juga sudah melengkapi arti dari seluruh perjalanan berpikir tersebut.

Mungkin muncul pertanyaan, bagaimana kita dapat menentukan akhir tersebut? Pertanyaan itu jelas mengasumsikan bahwa kitalah yang bertugas menentukan akhirnya. Tentu saja, ada saat orang lain menentukannya bagi kita dan jika demikian, akhir itu sudah jelas bagi kita. Tetapi jika kita yang harus menentukan titik akhir dari perjalanan berpikir tersebut, maka menurut saya, kita perlu mengenal dengan baik titik awalnya yang tidak lain merupakan kondisi kita saat kita hendak mulai berpikir. Karena kita tentu ingin agar pemanfaatan sumber daya yang kita miliki (waktu, tenaga, uang) untuk berpikir itu menjadi produktif, maka akhir proses berpikir itu seharusnya memenuhi kebutuhan penting atau keinginan yang belum terpenuhi saat kita hendak mulai berpikir. Jadi, sebenarnya memulai dari akhir saja belum tentu benar sebab pernyataan itu mengasumsikan bahwa kita sudah tahu titik akhirnya. Jika asumsi itu tidak terpenuhi, maka tentu kita harus mulai dengan mengenal titik awal dulu untuk dapat memulai dari akhir.

Kebutuhan yang saat ini belum terpenuhi itu tentu saja bergantung kepada kita masing-masing dan ini juga berarti bahwa titik akhir atau tujuan dari orang-orang yang berpikir tentang satu hal yang sama sangat mungkin berbeda-beda. Misalnya, tujuan seorang ketua partai politik dan seorang rakyat biasa yang memiliki hak pilih saat menganalisis Pemilu 2009 tentu bisa berbeda. Ketua partai politik itu bisa saja bertujuan untuk memperkirakan bagaimana partainya dapat mencapai target jumlah kursi legislatif, sementara tujuan rakyat biasa itu hanya untuk mengetahui apakah sebaiknya ia menggunakan hak pilihnya atau lebih baik ia golput saja. Karena itu, dalam berargumentasi atau berdiskusi, sangat penting untuk mencari tahu dua titik penting dari setiap pihak yang terlibat dalam diskusi, yaitu titik awal dan titik akhir dalam berpikir.

Secara singkat saya menyimpulkan bahwa dalam berpikir kita perlu menentukan dan memiliki dua titik yang tentunya terpisah satu sama lain, yaitu titik awal, atau kondisi saat kita hendak mulai berpikir, dan titik akhir, yaitu tujuan dan kondisi ideal yang hendak kita capai seusai berpikir. Bergerak dari sini, saya dapat mendefinisikan proses berpikir sebagai proses efektif untuk menentukan rute paling efisien yang menghubungkan dua titik tersebut dengan bergerak dari titik awal ke titik akhir dan/atau bergerak dari titik akhir menuju titik awal. Pada dasarnya, kita perlu mengenal titik awal dengan baik untuk mampu mendefinisikan titik akhir secara baik pula.

Sebagai renungan dan refleksi singkat dari bagian ini, jika Anda memandang hidup Anda dengan setiap tarikan dan hembusan nafasnya sebagai sebuah perjalanan, apakah Anda sudah mengetahui dengan jelas titik akhir hidup Anda yang Anda kehendaki? Dengan kata lain, apakah visi dan tujuan hidup Anda? Jika Anda telah memilikinya, dengan cara bagaimanakah Anda mengetahuinya? Apakah Anda yang menentukannya sendiri atau Anda mengetahuinya dari Sang Sumber Hidup? Seperti apakah akhir hidup yang Anda inginkan sehingga, jika akhirnya Anda mencapainya, Anda yakin Anda telah menjalani sebuah perjalanan hidup yang berarti? Singkatnya, apakah Anda memulai dari akhir dalam hidup Anda?

* Covey, S., Seven Habits of Highly Effective People.

Bersambung...

No comments: