Friday, January 16, 2009

Berpikir Sistematis Secara Kristen (1/7)

Tulisan ini sebagian besar telah disampaikan di Pendidikan Politik Kelompok Diskusi dan Aksi Sosial (KDAS) di Sibolangit Sumatra Utara pada Sabtu, 27 September 2008.

--

Kemampuan untuk berpikir merupakan satu ciri sangat penting dari manusia yang membedakannya dari makhluk ciptaan lainnya. Kemampuan berpikir memampukan manusia untuk terus maju dan berkembang menjadi seperti saat ini. Dengan berpikir, manusia mampu mengemban Amanat Budaya dari Allah untuk menaklukkan bumi dengan mengenali dan mengatasi persoalan-persoalan yang dia hadapi. Dari Kitab Suci kita tahu bahwa manusia telah diberikan kemampuan berpikir sebelum jatuh ke dalam dosa. Namun, kejatuhan manusia ke dalam dosa telah merusak segala sesuatu, termasuk kemampuan berpikir manusia. Setelah manusia berdosa, maka daya pikir, demikian juga segala kemampuan lainnya yang Allah beri, dapat dipergunakan manusia untuk tujuan yang baik atau buruk. Sayangnya, tidak sedikit manusia terkungkung dalam kondisi dimana ia bukan hanya tidak tahu atau tidak mampu mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan berpikir yang ia terima dari Penciptanya, tetapi lebih buruk dari itu, ia tidak tahu sama sekali betapa besarnya potensi daya pikir yang ia terima dari Tuhan Allah dan untuk tujuan apa itu semua telah diberikan. Keterkungkungan ini pun dapat terjadi pada potensi lainnya yang telah Allah beri kepada manusia. Kondisi yang menyedihkan ini sering kali dijadikan alat bagi kelompok manusia tertentu yang secara sengaja dan terencana membodohi kelompok manusia lainnya dengan semangat eksploitasi yang menindas dan membelenggu kemerdekaan seperti yang kerap kita saksikan di banyak tempat dan, barangkali, di sekitar kita juga.

Atas dasar hasil observasi, pembelajaran dan pengalaman hidup saya selama ini, tulisan ini saya susun untuk menjelaskan teknik-teknik berpikir sistematis yang diharapkan dapat mengembangkan potensi daya pikir yang dimiliki untuk menganalisis fenomena umum atau aktual untuk menarik kesimpulan yang tepat guna mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan. Namun, tujuan ini tidak boleh berhenti di sana sebab sangat mungkin, dengan naturnya yang berdosa, manusia yang sudah menguasai dan mengembangkan teknik-teknik ini lebih lanjut akan menggunakannya untuk maksud-maksud yang mendukakan bahkan melawan Allah. Karena itulah, teknik-teknik berpikir sistematis yang dijelaskan di sini dimaksudkan semata-mata untuk menjadi alat dan senjata kebenaran sebagai bentuk penyembahan kepada Allah untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kedua tujuan ini menjadi dasar mengapa judul tulisan ini menjadi seperti di atas, yaitu berpikir sistematis secara Kristen. Jika kedua tujuan ini tercapai, maka saya berharap orang Kristen, khususnya kalangan pemuda dan mahasiswa, mampu berkarya lebih efisien dan efektif di dunia sesuai dengan peran dan misi yang mereka terima dari Allah, semuanya dengan satu dan hanya satu tujuan: agar rencana-Nya digenapi demi kemuliaan-Nya. Mari kita mulai perjalanan ini.

1. KERANGKA BERPIKIR DAN TOLOK UKUR KEBENARAN

Bagian pertama ini memberikan koridor dan kerangka yang tidak hanya mengurung dan membatasi teknik-teknik berpikir sistematis yang akan dijelaskan tetapi juga memberi arah dengan memberikannya tujuan yang tepat sesuai kebenaran. Seluruh tulisan ini didasarkan kepada semangat dan prinsip bahwa berpikir adalah satu bentuk cinta dan penyembahan kepada Allah yang dikehendaki dan disukai-Nya dengan tujuan mengenali dan menaati kehendak Allah bagi manusia sebagai kebenaran demi penggenapan rencana Allah bagi kemuliaan-Nya (Markus 12:30, Roma 12:1-2). Seluruh tulisan ini juga didasarkan pada prinsip bahwa satu-satunya tolok ukur kebenaran yang digunakan adalah Kitab Suci yang dipahami dengan tepat, baik, dan benar. Dengan kata lain, segala yang dipaparkan di sini didasarkan pada Christian worldview. Pikiran dan hati yang dipenuhi, dikuasai dan dipimpin oleh Roh Kudus dan Firman Tuhan menjadi syarat mutlak untuk berpikir sistematis secara Kristen.

Totalitas akal budi yang Tuhan Yesus minta untuk mengasihi Allah seharusnya menjadi dasar semangat untuk terus belajar menggunakan dan mengembangkan daya pikir pemberian Allah yang potensi sebenarnya lebih besar dari yang dapat kita pikirkan. Untuk itu, dengan menerima sepenuhnya dan mencamkan prinsip-prinsip dan tujuan dasar dan paling utama ini, maka kita sudah memiliki bekal cukup untuk memperlengkapi diri untuk mampu berpikir sistematis secara Kristen. Ini penting sebab saya perlu mengingatkan bahwa beberapa konsep dari sumber-sumber non-Kristen akan digunakan dalam tulisan ini, namun semua itu akan tunduk sepenuhnya kepada prinsip-prinsip dan tujuan dasar di atas.

Bersambung...

No comments: