Friday, January 16, 2009

Memerangi Kebodohan dan Obesitas Rohani

Aku diminta menulis untuk INFO Perkantas Jabar edisi Januari 2009 dan ini tulisan yang aku submit. Ga tahu juga apa bakal diterima, moga2 ga terlalu keras. Semoga berguna.

--

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang membangun rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya. (Matius 7:24-27)

Ada satu hal yang sangat menarik dari perkataan Tuhan Yesus di atas. Baik orang bijaksana dan orang bodoh sama-sama mendengar Firman Tuhan. Perbedaan antara orang bijaksana dan orang bodoh di mata Tuhan Yesus bukan apakah mereka mendengar atau tidak mendengar Firman Tuhan, tetapi apakah mereka melakukan atau tidak melakukan Firman Tuhan yang telah mereka dengar. Bagi Tuhan, yang membuat segala sesuatu berbeda bukan soal mendengar, tapi soal melakukan Firman-Nya.

Dari sini kita dapat membuat empat kuadran. Kuadran Pertama yaitu orang yang tidak mendengar dan juga tidak melakukan Firman Tuhan. Ini sebuah keniscayaan. Di Kuadran Kedua adalah orang yang tidak mendengar Firman Tuhan tapi melakukannya. Ini adalah sebuah kemustahilan. Tuhan Yesus membicarakan dua kuadran terakhir. Orang yang mendengar Firman Tuhan tapi tidak melakukannya berada di Kuadran Ketiga yang, dalam istilah saya, mengalami obesitas rohani. Tentu kita tahu siapa yang berada di Kuadran Keempat, bukan?

Berbeda dengan manusia, Tuhan menilai manusia dengan cara pandang rohani. Secara sederhana kita dapat mendefinisikan tingkat kebijaksanaan, kesehatan atau kedewasan rohani sebagai rasio pendengaran/pengetahuan seseorang akan Firman Tuhan terhadap penerapan Firman Tuhan yang telah diketahui. Obesitas rohani adalah kondisi jika nilai rasio itu sudah kelewat besar. Ibarat orang yang mengalami obesitas fisik akibat terlalu banyak makan tetapi terlalu sedikit bergerak, maka orang yang mengidap obesitas rohani 'terlalu banyak' mendengar Firman Tuhan tetapi 'terlalu sedikit' melakukan Firman Tuhan yang telah didengarnya itu.

Jika kita mencoba sejenak menggunakan cara pandang Tuhan tadi untuk melihat kepada siswa/mahasiswa yang telah menikmati pelayanan Perkantas dan alumni Perkantas, bagaimanakah yang paling banyak kita lihat? Apakah secara rohani mereka bertubuh kekar, tegap dan siap berperang, ataukah tubuh mereka justru miskin akan otot-otot rohani yang terlatih dan malah kaya akan timbunan lemak-lemak rohani? Bukan sekali dua kita mendengar keluhan dan pertanyaan mengapa dari begitu banyak mahasiswa yang telah dibina di Perkantas, jumlah mereka yang menggenapi visi Perkantas saat menjadi alumni masih jauh dari yang diharapkan? Dari segi pendengaran dan pengetahuan akan Firman Tuhan, siswa/mahasiswa binaan Perkantas bisa dikatakan termasuk berkelimpahan. Bukankah kelompok kecil katanya ujung tombak pelayanan Perkantas dari dulu, lengkap dengan berbagai buku-buku penuntunnya? Lihat saja persekutuan mingguan, berbagai eksposisi, pembinaan doktrin, pelatihan, retret dan kamp berhari-hari yang berbiaya tidak sedikit, yang dilayani oleh staf-staf lapangan penuh waktu yang berdedikasi dan kompeten. Cukup tepat jika Perkantas diibaratkan sebagai lumbung makanan rohani kaya gizi. Lalu, mengapa keluhan dan pertanyaan di atas tidak jarang terdengar sampai sekarang?

Tahun 2009 telah terbentang di depan kita. Dengan semangat baru, mari kita menjadi semakin bijaksana dan bukan semakin bodoh. Mari kita semakin bersungguh-sungguh melatih dan memperkuat otot-otot rohani kita dengan melakukan Firman Tuhan yang sudah kita pelajari dan ketahui. Mari kita hidup tidak hanya menjadi pendengar Firman tapi, yang terutama dan paling penting, menjadi pelaku Firman, sehingga rumah hidup kita, rumah keluarga kita, rumah pekerjaan dan rumah pelayanan kita, semuanya kita bangun di atas batu dan bukan di atas pasir, siap menantang segala hujan, banjir dan angin di tahun baru ini, yang menurut banyak pengamat merupakan tahun yang sulit. Semuanya untuk satu dan hanya satu tujuan, yaitu
kemuliaan Allah Tritunggal. Selamat Tahun Baru. Semoga Tuhan menolong Anda dan saya.

No comments: