Wednesday, October 31, 2007

Oleh-oleh dari Den Haag (1): kabar dari medan perang

Selama aku menikmati pembinaan selama aku sekolah dan kuliah dulu, aku memiliki satu metafora yang aku suka dan aku pakai hingga sekarang tentang pembinaan rohani seperti itu, istilahnya PSK (Persekutuan Siswa Kristen) atau PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen), dan dunia alumni Kristen. Aku melihat tempat2 pembinaan itu seperti akademi militer dan dunia alumni itu seperti medan pertempuran. Di akademi militer itu siswa dan mahasiswa dibina agar siap bertempur di medan perang alumni setelah lulus, meski sendirian. Mereka dibina agar memiliki prinsip2 dan visi hidup serta dilengkapi dengan berbagai skill agar mampu bersaksi sebagai seorang pemimpin Kristen yang efektif di mana pun Tuhan memimpin langkahnya pergi, terutama saat hanya ia sendiri yang Kristen di tempatnya bekerja. Jika disana sudah ada pelayanan, maka ia akan memberi diri untuk mengembangkannya, tapi jika disana belum ada pelayanan sama sekali, seluruh skill yang dia pelajari di akademi akan menolongnya untuk memulai dari nol.

Aku sudah memiliki metafora itu sejak aku masih dibina waktu kuliah dulu. Waktu itu, karena aku sendiri belum pernah mengalami gimana dunia alumni itu, kadang2 aku ga ngerti bagaimana aplikasi dari semua yang diajarkan dan dilatih selama aku dibina itu. Kadang aku berpikir, buat apa kami diajarin supaya punya disiplin doa, saat teduh, ikut kelompok kecil, dilatih PA dan memimpin PA, dan semuanya yang kadang butuh banyak waktu dan tenaga, padahal waktu itu juga kami harus belajar menyelesaikan kuliah yang berat dengan baik. Karena itulah, menurutku, satu yang paling menggembirakan, menyegarkan dan melengkapi buatku selama dibina adalah kisah2 perjuangan dan kemenangan dari alumni akademi militer yang telah bertahun2 berjuang di medan tempur alumni. Itu efeknya lebih daripada 'sekadar' khotbah. Sayangnya, dari semua yang 'diluluskan dan diutus' oleh akademi tempatku dibina, rasanya jumlah mereka yang tidak hanya mampu bertahan tapi juga menyerang dan berhasil meraih kemenangan2 di medan tempur itu tidak banyak. Namun aku bersyukur karena aku bertemu dan berbincang2 cukup lama dengan dua orang di antara mereka yang sedikit itu selama kunjunganku di Den Haag.

Aku udah dengar kiprah abang dan kakak ini waktu aku masih dibina di Bandung dulu. Tapi baru minggu lalu aku bertemu dengan mereka langsung. Aku senang sekali bertemu dengan mereka dan dari saat pertama aku disambut di depan pintu, aku tidak merasa adanya beda usia dan angkatan yang cukup jauh antara kami. Selama dua hari dua malam itu kami banyak sharing, terutama dari abang yang kayanya memang senang bercerita. Aku pun manfaatkan kesempatan itu untuk lebih banyak mendengar dan menyerap prinsip2 berharga supaya aku pun nanti bisa seperti mereka, apalagi jika suatu saat Tuhan memimpinku untuk menikah dan membangun keluarga.

Aku ga akan ceritakan semuanya, tapi aku akan bagikan prinsip2 berharga apa aja yang kupelajari dari hidup abang dan kakak ini selama perbincangan kami.

1. Ada dua keputusan maha penting dan sangat krusial yang sering menentukan menang kalahnya alumni di medan perang: MEMILIH PEKERJAAN / KARIR dan MEMILIH TEMAN HIDUP. Abang itu kerja di sebuah perusahaan multinasional asing dengan fasilitas dan reward finansial yang pasti jadi dambaan banyak alumni terutama di Indonesia. Dalam percakapanku dengan abang itu, akhirnya aku tahu bagaimana pergumulannya dengan Tuhan untuk memilih pekerjaan itu . Yang pasti, aku akhirnya tahu bahwa motivasi abang itu paling pertama bukan uang, tetapi bagaimana Tuhan dapat membawanya ke tempat2 dimana dia dapat memberitakan Injil dan melayani. Dan memang Tuhan membawanya ke tempat2 yang jauh, terpencil dan sulit, dan disana memang abang itu dipakai Tuhan dengan waktu, tenaga dan uang untuk melayani-Nya. Aku juga akhirnya tahu kalau abang itu ga hanya cari uang untuk diri dan keluarga sendiri, tetapi lebih dari itu awalnya untuk mendukung pelayanan yang jelas tetap butuh dukungan dana.

Terus terang, dulu awalnya aku sempat punya pikiran negatif sama rekan2 alumni yang pengen masuk ke perusahaan multinasional yang aku tahu menawarkan reward yang menggiurkan secara finansial dan karir. Tapi sekarang, aku yakin kalau di posisi2 itu pun Allah dapat menggunakan anak2nya untuk kemuliaan-Nya, SELAMA MEMANG TUHAN MEMIMPIN DIA KE SANA, contohnya ya seperti abang ini. Nah, yang selalu jadi pertanyaan penting adalah, apakah MOTIVASI dan TUJUAN UTAMA di dalam lubuk hati terdalam waktu memilih jenis pekerjaan dan tempat bekerja itu? Jika motivasi dan tujuan pertama dan utama HANYA untuk UANG, UANG dan UANG, maka sangat disayangkan jika keputusan itu masih dibuat oleh mereka yang sudah pernah menikmati pembinaan, apalagi terlibat aktif.

Kenapa bisa terjadi demikian? Entahlah, aku pun ga punya jawaban pasti. Aktif jadi pengurus atau jadi ketua sekalipun, aktif di banyak kepanitian, ikut atau bahkan mimpin kelompok kecil, KTB atau apapun itu, ikut atau bahkan kasih training ini itu, ikut retret atau kamp sana sini berkali2, semua itu tidak menjamin siapapun akhirnya tidak memilih keputusan yang keliru di saat ujian pertama: di pagi saat ia WISUDA! Apa yang muncul dan menguasai hati kita pada pagi hari kita wisuda sering kali menunjukkan diri kita yang sebenarnya, meski selama dibina selama mahasiswa, ia tersimpan rapi dan rapat di lubuk hati kita yang terdalam. Bagiku, memilih keputusan yang tepat semuanya adalah karya Roh Kudus yang mampu mengubah hati, selama kita mau membiarkan-Nya berkarya penuh dan seluas2nya dalam hati dan itu dapat terjadi dan dimulai hanya oleh satu kali mendengar khotbah, atau sekali membaca dan mendengar Firman, atau dalam sebuah percakapan. Tapi selama hati kita yang terdalam tak mau kita serahkan kepada pemerintahan dan kedaulatan penuh Yesus Kristus sebagai raja, maka semua aktifitas dan kegiatan yang menyita banyak waktu, tenaga dan uang selama dibina di siswa dan mahasiswa tidak akan mengubah siapa yang sebenarnya berkuasa di pusat hati kita: DIRI KITA SENDIRI dengan segala keinginannya.

2. Kunci kemenangan di medan tempur alumni: persekutuan pribadi dan keluarga yang berkualitas setiap hari dalam doa dan firman, memilih teman hidup yang tepat dan saling mendukung sesuai pimpinan Tuhan, hati yang berkobar2 memberitakan Injil dan memberi diri untuk tetap terlibat melayani di mana pun Tuhan memimpin, dan akhirnya ketaatan penuh kepada Tuhan dan kekudusan hidup khususnya dalam hal2 kecil dan yang kata dunia 'abu-abu'. No compromise, no problem, no sin.

Kesempatan untuk disegarkan secara rohani di Belanda ini rasanya lebih sedikit daripada di Indonesia, apalagi di kota2 besar seperti Jakarta dan Bandung. Tetapi, perbincangan kami selama beberapa hari itu sungguh menyegarkanku untuk mengikuti teladannya dan terus bertempur, tidak hanya bertahan, tapi juga menyerang dan menyatakan terang. Ibarat seorang letnan yang baru lulus dari akademi dikuatkan bukan oleh teori2 yang udah diperoleh di ruang2 kelas tapi oleh perbincangan penuh inspirasi selama satu malam dengan jenderal binaan akademi (yang sama juga), yang sudah kaya dengan berbagai pengalaman, luka2 bekas bertempur di sana sini yang sudah kering dan, tentu saja, kisah2 kemenangan di medan perang.

Semoga Tuhan menolong, menguatkan dan memimpin setiap kita dimana pun Tuhan tempatkan kita. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan yang telah memberi kita keselamatan, arti dan tujuan hidup yang sejati!

No comments: