Hari Minggu yang lalu ada gawean besar di Eindhoven. Ribuan orang berlari2 keliling ikutan Eindhoven Marathon dan sebagian dari mereka (terutama yang profesional) melewati jalan di rumahku, jadi persis di depan kamarku hehe. Kudengar hadiahnya dalam bentuk uang dan lumayan lah, puluhan ribu euro gitu. Gara2 marathon, lalu lintas hari itu jadi agak ribet soalnya sebagian jalan di pusat kota ga bisa diterobos. Meski begitu, aku menikmati juga lah melihat segitu banyak orang lari dengan antusiasnya.
Waktu aku bersama banyak orang lain menonton dan kasih semangat buat para peserta maraton, aku jadi kepikiran kalo sebenernya aku juga sedang lari maraton dalam hidupku. Menurutku, life is also a marathon due to its length. Hidup bukan seperti sprint 100 meter yang mengutamakan kecepatan. Karena hidup ini bagiku seperti maraton, jadi yang dibutuhkan adalah attitude yang persis ditunjukkan sama para pelari maraton yang kutonton itu, terutama yang profesional yang hampir semua berkulit hitam, kurus dan mungkin khusus datang dari Afrika sana.
Mereka ketika berlari begitu fokus, pandangannya mengarah ke depan, bukan ke samping apalagi ke belakang. Aku perhatikan mereka lari dengan kecepatan konstan, bukan secepat lari sprint, tapi yang penting stabil sebab jarak yang harus mereka tempuh bermil2 jauhnya. Di sini, konsentrasi, stamina, endurance, persistence, determination menjadi kunci untuk menyelesaikan perlombaan dan menembus garis finish. Karena pemenang cuma ada beberapa orang dari sekian ribu peserta, jadi aku pikir kayanya sih goal utama mereka bukan untuk mendapatkan hadiah, tapi menyelesaikan lomba sampai jarak nol lebih baik dari catatan waktu mereka sebelumnya kupikir udah jadi prestasi tersendiri buat mereka. Sebab mereka pasti udah berlatih keras demikian rupa untuk mengikuti maraton ini. Apalagi buat yang profesional, mungkin semua aspek hidup mereka, seperti diet, istirahat, mental, dll disiapkan buat berlari dan mencapai tujuan akhir dan satu2nya: garis finish.
Kalo menjalani hidup seperti seorang pelari maraton, berarti semua attitude itu pun berlaku dan mutlak perlu. Ini berarti hidup harus punya tujuan akhir yang jelas dan pastinya sih itu masih jauh nun di sana dan ga gampang. Karena itu jauh, sulit tapi berharga buat kita, maka sama seperti para pelari itu, fokus, daya tahan, ketekunan, tekad menjadi vital. Semua aspek hidup pun diatur sedemikian untuk mengabdi kepada pencapaian tujuan itu. Aku ga tahu apa tujuan hidupmu, tapi kalo tujuan itu belum mampu untuk mengobarkan semua sikap itu untuk mencapainya, mungkin kita belum punya tujuan sama sekali atau tujuan kita itu perlu didefinisikan ulang.
Satu tahun ke depan ini bener2 seperti maraton untukku. Aku sadar aku perlu ingatkan diriku tiap hari kalo aku ini seorang pelari maraton dan aku sedang berlomba untuk mencapai tujuan yang udah kutetapkan. Cuma kali ini, lawanku cuma ada dua: diriku sendiri dan waktu. Kalo aku ga bisa sampai garis finish sebelum waktu habis, maka jelas aku kalah. Di ruangan tempat aku menulis blog ini, juga banyak student yang sedang sibuk dengan laptop atau buku mereka, entah apa yang mereka kerjakan. Tapi mereka bukan lawanku berlomba dalam lomba yang kujalani, sebab mereka punya lomba mereka sendiri. Jadi, kasarnya, mereka sama sekali bukan urusanku dan aku ga perlu pusingin mereka. Tapi meski begitu, aku bisa jadi penonton dalam lomba mereka dan aku bisa memberi semangat, cheerleading, menawarkan sebotol air atau mungkin spons untuk melap keringat yang membasahi tubuh mereka yang berlari...
Aku jadi ingat satu tahun yang mirip seperti satu tahun yang sedang kujalani ini. Persis sepuluh tahun yang lalu, aku memulai lari maraton selama setahun dengan satu tujuan pasti: lulus UMPTN dan merebut satu kursi di PTN pilihanku. I still remember clearly those hard days and nights when I stood staying up very late to the dusk preparing myself for the exam. I was so determined and focussed to my goal that I didn't really care about my health, sampe2 temenku pernah bilang kalo waktu itu aku kuruuus banget. Akhirnya aku memang jatuh sakit, tapi syukurlah setelah aku menyelesaikan lomba dengan hasil manis.
Today, ten years later, I find myself running again for my second 'UMPTN' marathon. I know I'm ten years older than before. Minggu lalu temanku bilang kalo dia lihat aku lebih kurus. Aku pun tahu itu sebab cermin di kamarku ga mungkin berbohong. Tapi kalau dulu aku bisa, orang lain bisa, dan aku punya Tuhan, rasanya tak ada alasan bagiku untuk menyerah dan berhenti berlari. I will run in nothing else but His power. He has been my greatest cheerleader through all people who love, pray, encourage and support me along the track, shouting "Come on Ritz, you can do the next mile!"...
Tuesday, October 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment