Friday, April 10, 2009

Bahasan bahan PA: Perjamuan Terakhir (1)

Bahasan bahan PA dengan warna oranye. Ayat Alkitab berdasarkan Alkitab LAI Terjemahan Baru yang dapat dibaca secara online di sini. Terjemahan bahasa Inggris dari versi New International Version (NIV).

***

Perjamuan Terakhir (1)

Mauritz Panggabean

Bacaan: Yohanes 13:1-17

Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!

Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.

1. Kapankah peristiwa itu terjadi?

Sebelum hari raya Paskah (Passover Feast) mulai.

2. Mengapa Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk perjamuan malam itu (Bandingkan Lukas 22:7, Matius 26:17, Markus 14:12, Keluaran 12)?

Karena hari itu merupakan hari pertama hari raya Roti Tidak Beragi (the Feast of Unleavened Bread) saat mana sudah menjadi kebiasaan untuk mengorbankan atau menyembelih domba Paskah sebagai Passover meal. Ritual ini diperintahkan oleh Allah melalui Musa menjelang malam tulah kesepuluh dan segera setelah itu bangsa Israel akan keluar dari tanah perbudakan Mesir (Kel. 12:1-11). Hari raya Roti Tidak Beragi mulai “pada hari yang keempat belas bulan itu pada waktu petang … sampai kepada hari yang kedua puluh satu bulan itu, pada waktu petang” (Kel. 12:18). Pada praktiknya di zaman Yesus, Passover meal ini dimakan di malam hari ke-14 sesudah matahari terbenam, yang secara teknis berarti pada hari ke-15, sebab bagi orang Yahudi sebuah hari berakhir saat matahari terbenam (Catatan kaki NIV Study Bible untuk Matius 26:17). Sebab itu dikatakan di atas, bahwa Passover day (hari Paskah Yahudi) merupakan hari pertama hari raya Roti Tidak Beragi.

3. Apakah yang Yesus tahu mengenai diri-Nya dan apa yang akan terjadi pada-Nya (ay. 1, 3, 11)? Apa yang dapat kita kenal tentang Yesus dari ini?

Ayat 1: Yesus tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa (NIV: to leave this world and to go to the Father).

Ayat 3: Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya (NIV: put all things under his power) dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Dalam saat-saat kritis ini pun, Rasul Yohanes menekankan bahwa Yesus, yang datang dari Allah dan kembali kepada Allah, memiliki kuasa dan kontrol atas segala sesuatu. Ini sama artinya bahwa Yesus tetap mahakuasa dan arti implisit dari ini adalah, apa yang akan diputuskan dan dilakukan Yesus sungguh-sungguh merupakan kehendak-Nya sendiri yang juga sama dengan kehendak Bapa-Nya.

Ayat 11: Yesus tahu, siapa yang akan mengkhianati dan menyerahkan Dia. Sekali lagi perhatikan, bahwa Yesus mahakuasa, namun Dia tidak menginterupsi pengkhianatan Yudas yang mengikuti bisikan Iblis (ayat 2). Ini soal misteri kedaulatan Allah, kehendak bebas manusia, dan Iblis yang menggoda. Bahwa Yesus memegang kendali terlihat di ayat 21-28, khususnya perkataan Yesus kepada Yudas Iskariot di ayat 27, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”

Lalu mengapa Yesus dengan kemahatahuan-Nya membiarkan Yudas mengkhianati dan menyerahkan diri-Nya (ayat 18)? Jawab Tuhan Yesus sendiri di ayat 18 yaitu supaya Firman Tuhan di Mazmur 41:9 digenapi, yang berbunyi “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.”

Satu arti dari semua ini adalah bahwa jelas Yesus tahu benar apa yang akan terjadi, dan atas dasar kemahatahuan-Nya ini Dia membuat keputusan dan tindakan selanjutnya hingga mati di kayu salib. Murid-murid-Nya yang sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi tentu tidak mengerti semua ini hingga saatnya Tuhan sendiri memberi mereka pengertian akan kebenaran setelah kebangkitan Kristus dan kedatangan Roh Kudus. Yesus mati bukan sebagai orang yang tidak berdaya, tetapi Ia menyerahkan dan mempersembahkan diri-Nya untuk mati, meski segala sesuatu ada di bawah kuasa-Nya.

4. Dengan apa yang diketahui Yesus tentang diri-Nya dan situasi pada saat itu, apakah yang dilakukan-Nya kemudian?

Yesus bangun dan menanggalkan jubah-Nya, mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkan-Nya pada pinggang-Nya (ayat 4). Ia lalu menuangkan air ke dalam basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya dan menyekanya (mengeringkannya) dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu (ayat 5). Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya (ayat 12). Ia lalu menjelaskan mengapa Ia melakukan semua itu (ayat 13-17).

5. Mengapa kira-kira Petrus menolak Yesus saat hendak membasuh kakinya (ayat 8)? Bandingkan Mat. 16:15-17, Luk. 9:20 Yoh. 7:67-69, Lukas 5:1-10.

Tidak ada jawaban yang eksplisit dari perikop ini, sehingga kita perlu mengerti kebiasaan zaman itu. Setidaknya ada dua jawaban untuk pertanyaan ini, berhubungan dengan tindakan membasuh kaki oleh Yesus yang dianggap lebih dari sekadar seorang guru oleh Petrus. Pertama, pada zaman itu bagi orang Yahudi, membasuh kaki adalah pekerjaan yang rendah dan hina, sehingga biasanya hanya dilakukan oleh hamba atau budak. Kedua, bagi Petrus, Yesus adalah Anak Allah yang layak untuk menerima hormat dan sembah, dan tentu saja bukan untuk melakukan pekerjaan hina seperti membasuh kakinya.

Perhatikan, Petrus tidak tahu sama sekali apa yang akan terjadi malam itu dan sesudahnya, sementara Yesus tahu bahwa Ia akan menanggung apa yang paling hina di mata dunia waktu itu, jauh lebih hina daripada hanya sekadar membasuh kaki, yaitu mengalami rangkaian penyiksaan yang begitu dahsyat dengan sakit tak terperi hingga mati di kayu salib, bersama-sama penjahat pula. Perhatikan pula bahwa Yesus melakukan pekerjaan hina dan rendah ini bukan karena diri-Nya hina, sebab segala sesuatu ada dalam kuasa-Nya. Satu prinsip sederhana yang penting dan praktis dari ini adalah jangan pernah menganggap remeh siapa pun, termasuk dalam hal ini yang melakukan pekerjaan yang (kelihatan) rendah, apalagi kita memang belum tahu siapa sebenarnya orang itu.

6. Apakah maksud Yesus memilih melakukan hal ini dalam saat-saat terakhir-Nya bersama murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya (ayat 12-16)?

Yesus, sebagai Guru dan Tuhan mereka, melakukannya sebagai sebuah teladan (ayat 15) bagi mereka dan memberi perintah agar mereka pun, sebagai murid dan hamba-Nya (kebalikan implisit dari Guru dan Tuhan), untuk SALING membasuh kaki satu sama lain (NIV: wash one another's feet). Penting diingat bahwa perintah ini ditujukan kepada semua dan setiap murid (egaliter). Di saat-saat terakhir ini, berarti Yesus melihat teladan dan perintah ini begitu penting untuk disampaikan kepada murid-murid-Nya. Satu ciri dari seorang murid Kristus adalah bersedia untuk melayani sesamanya, apalagi sesama murid Kristus, termasuk hal-hal yang rendah bahkan hina di mata dunia.

Kualitas seorang pemimpin di mata Allah ternyata dilihat dari bagaimana ia bersedia melayani orang-orang yang dipimpinnya. Petrus menolak kakinya dibasuh oleh Yesus, sebab memang pada masa itu, dan juga pada hari ini, para pemimpin justru hanya ingin dihormati dan dilayani oleh orang-orang yang dipimpinnya, sesuai cara pandang dunia ini. Cara Allah memang kerap kali bukan hanya berbeda, tapi bahkan bertolak belakang dengan cara dunia ini.

7. Apakah yang Yesus maksudkan dengan ayat 16? Bandingkan Yoh. 15:20, Mat. 10:24-25.

Dari ayat-ayat pembanding tersebut, jelas bahwa Yesus memberi pernyataan ini sebagai sebuah penekanan atas perintah-Nya agar murid-murid-Nya saling melayani seperti teladan yang baru Ia berikan. Karena seorang hamba tak lebih besar dari tuannya, dan Yesus adalah Tuhan, yang berarti kita adalah hamba-Nya, maka jika Yesus melayani murid-murid-Nya bahkan sampai membasuh kaki tetapi kita tidak mau melakukannya, maka siapakah kita ini sebenarnya?

8. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari ayat 17? Bandingkan Mat. 7:24-27, Luk. 11:28.

Prinsip penting dari ayat ini adalah bahwa bukan banyaknya pengetahuan akan Firman Tuhan yang penting dan mendatangkan berkat, tetapi apakah kita melakukan Firman Tuhan yang kita sudah dengar dan ketahui itu atau tidak. Jika kita bandingkan dengan Mat. 7:24-27 yang juga Yesus katakan setelah memberikan Firman-Nya dalam khotbah di bukit, maka berkat di sini bisa digambarkan dengan memiliki rumah yang dibangun di atas batu, tetap kokoh meski diterjang hujan deras, banjir, dan angin kencang. Satu tulisan di blog ini yang didasarkan pada perikop tersebut dapat dibaca di sini.

9. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.

Silakan direnungkan, dijawab dan dilakukan sendiri oleh Anda dan saya.

No comments: