Saturday, April 11, 2009

Bahasan bahan PA: Perjamuan Terakhir (2)

Bahasan bahan PA dengan warna oranye. Ayat Alkitab berdasarkan Alkitab LAI Terjemahan Baru yang dapat dibaca secara online di sini. Terjemahan bahasa Inggris dari versi New International Version (NIV).

***

Perjamuan Terakhir (2)

Mauritz Panggabean

Bacaan: Yohanes 13:18-30

Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes dan secara khusus tentang Yudas Iskariot. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!

Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.

1. Apakah lagi yang Yesus katakan kepada murid-murid-Nya pada perjamuan malam itu (ayat 21)? Bagaimanakah kondisi hati Yesus ketika mengatakannya? Kira-kira mengapa Yesus merasa demikian? Bandingkan ayat 29 dan Yohanes 6:71. Apakah yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini?

Yesus mengatakan bahwa seorang di antara mereka akan menyerahkan-Nya (NIV: betray). Saat mengatakannya, Yesus merasa terharu (NIV: Jesus was troubled in spirit). Dari Yohanes 6:71 kita tahu bahwa Yesus sudah tahu lama sebelum perjamuan tersebut bahwa Yudas akan mengkhianati Dia. Dari ayat tersebut kita juga tahu bahwa Yesus memilih Yudas menjadi murid-Nya meski Ia pun tahu seperti apa hati Yudas, sebab Ia adalah Anak Allah yang mahatahu. Meski Yesus tahu Yudas begitu cinta akan uang sampai-sampai ia tega mengkhianati gurunya, dari ayat 29 Yudas malah diberi kepercayaan menjadi bendahara yang bertanggung jawab terhadap uang.

Apakah artinya ini semua? Ini dapat dilihat sebagai bukti bahwa Yesus mengasihi Yudas seperti murid-murid-Nya yang lain. Karena kasih-Nya itulah Yesus merasa bergumul dalam hatinya (NIV:
troubled in spirit) ketika Ia harus memberitahukan bahwa Yudas akhirnya akan mengkhianati-Nya, meskipun ia sudah tiga tahun lebih hidup dan berjalan bersama dengan Yesus. Demikianlah luar biasanya Tuhan Yesus kita itu! Jika Yesus tidak mengasihi Yudas meski ia sudah berniat menjual gurunya, Yesus tidak akan merasa demikian sulit saat menyatakan apa yang akan terjadi.

Satu pelajaran praktis dari peristiwa ini adalah bahwa hanya Tuhanlah yang sungguh-sungguh tahu apa isi hati dan pikiran seseorang sampai ke titik paling dasar. Tuhan lebih tahu siapa kita daripada kita tahu siapa diri kita sendiri. Dari luar melalui kata-kata atau aktifitas, seseorang bisa saja terlihat seperti seorang pengikut Kristus yang baik, seperti halnya Yudas Iskariot. Tetapi Tuhan lah yang melihat dan menguji hati sehingga cepat atau lambat waktu akan menunjukkan siapa yang akan bertahan dan menang, dan siapa yang akan kalah dan terhilang. Mari kita selalu berhati-hati dan waspada sebab penampilan luar manusia bisa menipu, tetapi isi hati paling dalam itulah menujukkan siapakah manusia itu sebenarnya. Ini merupakan ajakan dan peringatan untuk hidup jujur bukan hanya di depan manusia, tetapi paling terutama di depan Allah yang mahakudus dan mahatahu.

2. Mengapakah Yesus memberitahukan apa yang begitu mengejutkan mereka itu (ayat 18-19)? Apa lagi yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini (ayat 20)? Di tengah dunia dimana banyak orang tampil dan mengklaim diri mereka hamba Tuhan dan berani bernubuat, apa yang dapat kita pelajari dari sini sehingga kita dapat mengetahui siapakah hamba Tuhan yang sungguh-sungguh diutus oleh Allah?

Yesus tetap memberitahukan tentang pengkhianatan itu meski mengejutkan para murid. Yesus mengatakan ini agar mereka tahu bahwa nubuat Firman Tuhan di Mazmur 41:9 yang dikutip Yesus di ayat 18 harus digenapi. Selain mengutip ayat di Mazmur itu sebagai nubuat, apa yang Yesus katakan tentang apa yang akan terjadi di masa depan ini sesungguhnya merupakan sebuah nubuat! Mengapa penggenapan ini sangat penting? Sebab di ayat 19, Yesus ingin agar murid-murid PERCAYA bahwa Yesus lah Dia, jika pengkhianatan yang Yesus nubuatkan dan dinubuatkan di Mazmur itu sungguh terjadi dan digenapi. Di ayat 20 Yesus memberikan satu pernyataan yang sangat berani dan sangat menantang, yaitu bahwa barangsiapa menerima-Nya, ia menerima Dia yang mengutus-Nya (yaitu Allah Bapa). Kembali di saat-saat terakhir ini, bagi Yesus adalah satu hal yang sangat penting bahwa akhirnya murid-murid-Nya akhirnya sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah sungguh benar seperti klaim yang Dia serukan tentang siapa Dia, bahwa Dia Anak Allah yang diutus Allah dan datang dari Allah.

Sekarang kita tahu bahwa apa yang dikatakan Yesus dan dinubuatkan itu benar-benar terjadi. Untuk diketahui, kitab Mazmur kemungkinan besar selesai disusun pada abad ketiga sebelum Masehi (Pengantar kitab Mazmur,
NIV Study Bible). Bukankah sesuatu yang luar biasa bahwa nubuat yang usianya sudah lebih dari 300 tahun itu digenapi dalam diri Yesus pada malam itu? Jika demikian, sudahkah kita percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang diutus oleh Allah dan datang dari Allah? Mengenai orang-orang yang mengklaim diri hamba Tuhan dan berani bernubuat atas nama Tuhan, dari peristiwa ini kita bisa belajar bahwa SALAH SATU cara sederhana untuk mengetahui apakah mereka memang hamba Tuhan sejati atau hamba palsu adalah apakah SEMUA nubuat mereka itu benar terjadi.

3. Dari Yudas Iskariot di ayat 25-30, apakah yang dapat kita pelajari tentang kedaulatan dan kemahatahuan Allah, kehendak bebas manusia, dan Iblis yang menggoda? Bandingkan Yohanes 12:4-6, 6:71, 17:12, Matius 26:14-16, 26:23-25, Markus 14:10-11, Lukas 22:1-6, Matius 27:1-11.

Relasi dari ketiga hal ini tidak mudah dijelaskan, bahkan mungkin kita tidak akan mampu mengerti seluruhnya dengan lengkap. Tapi kita dapat mencoba mengerti mulai dari fakta-fakta yang ada. Meskipun dalam beberapa ayat pembanding seperti Yohanes 13:27 digunakan istilah seperti “Yudas kerasukan Iblis” (NIV: Satan entered into him), namun kita tahu bahwa Yudas melakukan seluruh pengkhianatan ini secara terencana, yang artinya ia melakukannya dengan penuh kesadaran, bukan tanpa sadar seperti orang dirasuk setan. Sebab itu sepertinya terjemahan NIV di atas lebih tepat dari pada LAI TB. Selain itu, karena Yudas melakukannya dengan kesadaran penuh, maka di Matius 27:1-11 ia sangat menyesal (NIV: he was seized with remorse), seakan-akan semua ini diluar dugaannya.

Dari Yohanes 12:4-6 kita tahu bahwa ternyata Yudas adalah seorang pencuri karena ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Yudas begitu cinta akan uang dan ia tetap memelihara cintanya akan uang, termasuk dengan kejahatan mulai dari yang kecil (mencuri uang kas) hingga klimaksnya saat ia menjual dan mengkhianati Yesus. Meski sehari-harinya ia mengikut Yesus sebagai salah satu murid-Nya, namun ia tidak kunjung bertobat dari cintanya akan uang. Dan kita tahu bahwa Yesus tahu semua ini.


Lalu bagaimana dengan perkataan Yesus di Yohanes 17:12? Yang pasti kita tahu, Allah tidak mungkin bersalah dalam semua yang Dia lakukan. Kita juga tahu Yudas punya kebiasaan buruk dan dosa mencuri akibat cinta uang, hingga ia menjual dan mengkhianati Yesus demi uang dengan kesadaran penuh. Iblis memang berhasil menggoda Yudas yang dalam hatinya tetap memelihara cintanya akan uang. Keputusan untuk mengkhianati Yesus adalah keputusan Yudas dengan penuh kesadaran, bukan keputusan Iblis atau keputusan Allah. Karena Yudas yang membuat keputusan dengan mengikuti keinginan hatinya, ditambah godaan Iblis, meskipun sehari-harinya ia bersama Yesus, maka dalam hal ini jelas Yudas lah yang bersalah hingga ia menyesal dan bunuh diri seperti di Matius 27:1-11. Meski Allah mengetahui semua itu akan terjadi, tetap Yudas yang bersalah sebab dialah yang membuat keputusan, bukan karena paksaan, tetapi dengan niat bulat karena keinginan hatinya yang begitu gelap dan jahat.


4. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari Yudas dan pertanyaan 3?

Dari peristiwa ini kita dapat belajar bahwa orang yang berbuat dengan penuh kesadaran maka dialah yang bersalah. Karena faktanya Tuhan yang menciptakan kita lebih mengenal hati kita daripada kita mengenal diri kita sendiri, maka jika kita mau sungguh-sungguh mengikut Tuhan dengan setia hingga akhir, hal terbaik yang harus kita lakukan secara logis menurut fakta di atas adalah terus membuka seluruh hati, pikiran dan hidup kita untuk terus dipimpin, dikoreksi dan dikuduskan oleh Allah. Ini adalah urusan pribadi antara setiap orang dengan Allah sendiri. Aktifitas-aktifitas atau kata-kata rohani yang terlihat dari luar tidak menjamin sikap hati semacam ini. Yudas Iskariot sudah menunjukkannya dan sudah sepatutnya kita belajar dari hidup Yudas untuk tidak mencontoh apalagi mengulanginya.

Kita juga harus yakin bahwa Iblis hanya bisa menggoda, tetapi tetaplah kita yang membuat keputusan apakah kita mengalahkan godaan itu atau malah kita tunduk kepadanya dan jatuh dalam dosa. Semakin dekat kita dengan Tuhan, semakin jauh pula kita dari Iblis dan lebih mudah bagi kita untuk menang atas dosa. Sebaliknya, semakin jauh kita dari Tuhan, maka makin dekat kita kepada Iblish dan kita lebih mudah untuk kalah atas godaan dan jatuh dalam dosa. Selalu hanya ada dua kemungkinan pilihan itu; tidak ada titik tengah.


5. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.

Silakan direnungkan, dijawab dan dilakukan sendiri oleh Anda dan saya.

No comments: