Sunday, March 15, 2009

Lagu ciptaanku yang ketiga: Doaku Untukmu, Kawan

Doaku Untukmu, Kawan

Mauritz Panggabean

Kawan, tak terasa waktu ini tibalah,
masa 'tuk bersama kini pun usailah.
'Kankah sia-sia, s'mua perjuangan kita
di tengah deru lautan hidup di dunia?

Kawan, ingatlah Dia denganmu 'kan bersama.
Dia jadi nahkoda hatimu tent'ramlah
Layar t'lah terkembang, lautan ganas menghadang.
Namun dalam doa pada-Nya 'ku berkata

"Selamat jalan Kawan,
setialah layani Dia.
Janganlah putus asa,
meski badai menerpa.
Kunantikan saatnya
kita akan berjumpa dalam bahagia
kar'na hidup dalam Dia."

***

Rangkaian kata-kata di atas merupakan lirik lagu ciptaanku yang ketiga. Aku menyanyikannya pertama kali dengan petikan gitarku sendiri lima tahun yang lalu, 14 Maret 2004 dan kudedikasikan lagu itu untuk beberapa orang teman baik di PMK Open House yang pada hari itu mensyukuri wisuda sarjana mereka bersama dengan teman-teman persekutuan. Beberapa hari sebelumnya, aku memang berpikir-pikir apa hadiah yang akan kuberikan untuk mereka, dan aku pun berpikir tentu akan indah dan spesial kalau hadiah itu unik, tidak bisa ditemukan di mana pun di dunia ini. Akhirnya aku berpikir untuk kembali menggubah sebuah lagu khusus untuk mereka, dengan pesan yang ingin kusampaikan di momen wisuda mereka. Singkat cerita, Tuhan pun begitu baik memberiku inspirasi melodi dan kata-kata, dan voila!, terciptalah lagu itu.

Jelas dari baris pertama di bait pertamanya, lagu itu adalah untuk saat-saat berpisah, dengan kawan dekat yang akan meninggalkan kita dan mungkin tidak akan berjumpa dengan kita untuk waktu yang lama. Sebagai teman yang merasakan pembinaan dan pelayanan bersama-sama, maka aku merasa di saat-saat perpisahan semacam ini, selalu ada pertanyaan yang muncul di pikiran, yang diungkapkan dalam kalimat kedua di bait pertama, "'Kankah sia-sia, s'mua perjuangan kita di tengah deru lautan hidup di dunia?" Perjuangan yang aku maksud adalah perjuangan untuk belajar dan bertumbuh mengenal Tuhan dan menjadi makin serupa dengan-Nya selama pembinaan dan pelayanan (dalam hal ini di PMK Open House). Setelah berjuang belajar dan bertumbuh bersama-sama, lalu ketika tiba saatnya harus pergi ke tempat dimana tidak ada persekutuan dan pembinaan semacam ini, bahkan mungkin kita satu-satunya orang percaya di tempat baru itu, akankah semua perjuangan untuk menjadi murid Kristus itu akan mampu bertahan bahkan mempengaruhi dunia dengan menggarami dan menerangi? Ataukah malah sebaliknya yang terjadi, semuanya sia-sia dan setelah waktu yang tidak lama, kita malah menjadi serupa dengan dunia ini?

Gambaran yang muncul di benakku ketika menggubah lagu ini adalah seseorang yang hendak pergi berlayar dengan kapal ke tempat yang jauh. Bagiku, pantai yang dituju adalah pantai sorgawi, dimana kita akan bertemu muka dengan muka dengan Allah. Dunia ini dengan segala tantangannya ibarat deru lautan yang ganas menghadang, lengkap dengan badai dan hujan deras mengguntur. Bait kedua menggambarkan pesan dan keyakinanku bahwa, seganas apapun lautan yang ada di depan, kita harus tetap ingat janji Tuhan bahwa Dia akan bersama kita jika kita pun setia dan taat berjalan bersama-Nya. Ini berarti dalam kapal hidup kita, kita menyerahkan kuasa dan otoritas kepada Allah untuk menjadi kapten dan hahkoda. Hanya dengan demikianlah, ketenteraman dan damai sejahtera sejati memenuhi hati kita, meski kapal kita sedang ada di lautan dalam nan gelap berkabut, diombang-ambingkan gelombangnya yang dahsyat, diterjang angin kencang di segala sudut.

Layar terkembang menunjukkan kesiapan hati untuk berangkat, tapi bagaimana dengan ketidakramahan samudra yang niscaya siap menyambut? Jika Tuhan sudah memimpin kita untuk mengembangkan layar, akankah hati kita gentar, kalah dan mengurungkan niat untuk pergi? Tidak. Karena itulah refrein berisi doaku untuk mereka (dan sebenarnya juga untukku sendiri). Kesetiaan dan pantang berputus asa, itulah yang kita minta kepada Allah untuk mereka yang hendak meninggalkan kita, dengan diiringi harapan bahwa semoga suatu saat kita dapat bertemu lagi dalam bahagia yang sejati, yaitu kebahagiaan karena tetap hidup dalam Allah yang telah menebus hidup kita dengan darah Anak-Nya di kayu salib. Harapan ini juga bersifat eskatologis, sebab jika kita tetap hidup dalam Tuhan, meski kita tak bertemu lagi di dunia ini, PASTI kita akan bersua lagi dalam dunia baru yang Allah jadikan.

Berikut ini lirik lagunya lengkap dengan not. Paling bawah adalah sebuah rekaman sederhana dari lagu ini dengan peralatan yang tersedia dengan suara dan permainan gitar terbaik yang aku bisa. Semoga semua ini juga menjadi berkat bagi Saudara. Segala kemuliaan hanya bagi Allah Tritunggal.




No comments: