Thursday, June 12, 2008

Indonesian Christian or Christian Indonesian?

Ini tulisan kukutip dari emailku di sebuah mailing list... Semoga berguna.

Halo Bung [...],

Terimakasih untuk notulensinya, truly a good job. Saya sudah baca dan ikuti diskusi di dalamnya, sangat menarik, seru dan menginspirasi.

Topik yang dibahas memang penting dan urgen. Tapi terus terang, saya melihat diskusinya akhir2nya sudah terlalu meluas sampai membahas [...] segala. Saya tahu ini isu kompleks dan justru semakin kompleks ia, fokus itu semakin penting.

Pertanyaan2 yang dibahas juga menjadi pertanyaan2 saya sebagai orang Kristen dan orang Indonesia. Saya tidak punya jawaban yang tuntas, tapi saya punya jawaban saya sendiri. Mari kita mulai dari dua status itu: orang Kristen dan orang Indonesia. Ada dua status composite yang dapat kita miliki setiap saat: are we Indonesian Christian or Christian Indonesian? Ketika menjadi Indonesian Christian, maka kita menjadi orang Kristen yang bangga dan berani menunjukkan ke-Indonesia- annya. Ini terutama terasa kalau berada di komunitas internasional. Namun jika kita di Indonesia dan ingin berkarya di Indonesia, maka status kedua ini yang paling vital, yaitu menjadi Christian Indonesian. Tesis saya adalah, bahwa tidak cukup menjadi Kristen untuk memberi kontribusi bagi Indonesia. Perubahan hanya bisa dibawa oleh Christian Indonesian sejati. Maaf saya belum bisa temukan padanan yang pas dalam bahasa Indonesia.

Menjadi Christian Indonesian sejati menuntut dua hal yang SAMA KUAT dan SEMAKIN KUAT seiring waktu: ke-Kristen-an dan ke-Indonesia- an dalam diri. Dalam hal ini, dari pengamatan dan pengalaman saya, saya sudah melihat ketidakseimbangan dari kebanyakan orang Kristen di Indonesia. Umumnya, aspek ke-Kristen-annya jauh lebih kuat daripada ke-Indonesia-annya. Apa sebab? Lihat saja apa yang dipelajari dan diajarkan di gereja, persekutuan kampus, sekolah, kampus, dll. Melihat itu semua, wajar jika ini terjadi.

Seperti apakah seorang Christian Indonesian itu? Bagi saya, ia adalah seorang Kristen yang punya pemahaman teologi yang cukup kuat, mampu "mencari makan" rohani sendiri dengan menggali dari Alkitab sendiri sehingga mampu "memberi makan", menunjukkan trend positif dalam grafik pertumbuhan rohani, seorang murid Kristus yang belajar hidup berintegritas dan peka akan kesempatan untuk memberitakan kabar baik. Pada saat yang sama, ia pun adalah seorang Indonesia sejati, dalam arti mengenal cukup baik dirinya dan bangsanya dan ingin lebih lagi, punya hasrat untuk mengikuti dan mencermati fenomena2 dan isu2 di tengah2 bangsanya, dan bersedia memberi diri atau setidaknya suara sebagai bagian dari solusi terhadap permasalahan yang ada. Seorang Christian Indonesian akan mencermati kondisi bangsanya lalu membawanya dalam pikiran dan hatinya ketika ia melihat kepada Allah melalui doa dan firmannya yang melaluinya lalu melihat kepada dirinya. Ketika ia mengenal bangsanya, mengenal Allahnya dan mengenal dirinya, ia tidak hanya ingin mencari tahu apa visi, kehendak dan pimpinan Allah untuk dirinya bagi bangsanya, tapi ia juga akan belajar taat kepada panggilan dan visi itu, apapun harganya. Bahasa puitisnya, jika dada seorang Christian Indonesian sejati dibelah, kita temukan dua hal ini: salib Anak Maria itu dan untaian nusantara dari Sabang sampai Merauke. Itu saja, tak ada yang lain.

Yang jadi pertanyaan bagi saya adalah, dari semua orang Kristen di Indonesia ini, berapa banyak kah Christian Indonesian sejati yang ada? Dari semua mahasiswa dan pemuda Kristen yang telah dibina melalui gereja dan persekutuan kampus, berapa banyak kah Christian Indonesian sejati yang dihasilkan? Dari semua peserta kamp dan konferensi rohani, berapa banyak Christian Indonesian sejati yang dihasilkan?

Saya ingat satu kalimat begini: SATU orang sulit membawa perubahan besar, tapi satu ORANG dapat membawa perubahan. Jika kita fokus kepada SATU dan mengabaikan orang, tidak banyak perubahan memang. Tetapi Christian Indonesian sejati dapat menjadi instrumen yang powerful di tangan Allah untuk membawa perubahan, meski ia hanya seorang diri. Bagaimana jika jumlahnya semakin banyak dan bersinergi dengan kuat? Rasanya tidak ada yang tidak mungkin.... Jika seorang seperti Munir saja demikian luar biasa, bagaimana lagi dengan seorang Christian Indonesian yang dipenuhi dan dipimpin Roh Kudus?

Bicara soal perubahan, penting memang untuk mengenal kondisi sekitar, seperti mendiskusikan Islam, misalnya. Tapi menurut saya, terus terang itu bukan urusan kita. Dalam hal ini lah konsep Lingkaran Kepedulian dan Lingkaran Pengaruh selalu menolong saya untuk bersikap. Saya sudah tulis lebih dalam tentang kedua lingkaran ini di http://mauritzpangg abean.blogspot. com/2007/ 09/two-circles. html. Dari sini, dengan mengenal potensi diri, mengenal kondisi bangsa, dan mengenal Allah, pilihan untuk mempengaruhi sebagai Christian Indonesian sebenarnya cuma ada dua:

1. Beri diri untuk langsung terjun sebagai bagian dari solusi atas masalah bangsa. Misalnya, jika kesal dengan birokrasi yang korup, serahkan diri jadi PNS atau karyawan BUMN yang benar dan jujur; prihatin dengan kondisi pendidikan yang kacau balau? Serahkan diri jadi guru atau dosen yang berkualitas; sesak dengan banyaknya pengangguran? Serahkan diri menjadi entrepreneur, dll, dll...

2. Jika memang tidak langsung memberi diri (harus yakin bahwa ini pimpinan Allah dan bukan dibuat2 atas keinginan daging), misalnya bekerja di perusahaan nasional atau asing yang secara sistem sudah baik, dukunglah orang2 di atas yang memberi diri sambil tetap terlibat dalam aktifitas2 sosial kebangsaan.

Keduanya melibatkan diri, waktu, tenaga, dana, semuanya. Kalau tidak termasuk kedua itu, bagi saya ia berarti bukan seorang Christian Indonesian sejati. Akan sangat membantu kalau orang2 demikian cukup diam saja, tak usah tambah masalah baru, tak bikin rusak dan tidak usah sibuk kritik sana kritik sini.

Dua quotes dari dua legenda ini sebagai penutup:
Each of us must be the change we want to see in the world. [Mahatma Gandhi]
You can never have an impact on society if you have not changed yourself. [Nelson Mandela]

Sekian dulu dari saya.

Salam perjuangan,
Mauritz Panggabean

1 comment:

Justine Chung said...

nice post.. hmm. integritas. ituh yg sangaaattt penting! :D

btw, pnah program scholar di stuned?? aku berminat nih... can u help me? see you soon in my blog.. :D