Kutipan:
Horas Appara X dan rekan2,
Setelah saya coba baca baik2 tulisan Amang Y dan tulisan appara di bawah, saya kok tidak melihat di tulisan Amang Y apa yang kamu pikirkan tentang pengkotak2an menurut usia. Mungkin saya salah, tapi saya sudah baca beberapa kali. Menurut saya, setelah saya coba pahami, statement Amang Y bahwa "X masih muda" tidak dimaksudkan untuk meng-counter argumen appara dengan memanfaatkan usia. Konteksnya dengan kalimat sebelumnya ("Semula saya kira kau sudah cukup berumur. Karena itu, saya panggil dengan "Amang".") bisa menjelaskan apa maksud sebenarnya dari statement itu. Saya yakin kelas Amang Y dalam berargumen tidak serendah itu, apalagi mengingat pengalaman dan gelar doktor beliau. Tiga atau empat paragraf terakhir dari posting beliau adalah argumen beliau terhadap appara yang perlu kamu pikirkan dan sebaiknya jawab juga :) . Oya, tentang counter meng-counter, Bang Z juga sudah dengan baik menulis beberapa posting tanggapan atas komentar2 mu, tapi saya perhatikan appara belum jawab satu pun. Semoga saya salah.
Jadi apa pesan inti yang saya tangkap dari posting Amang Y? Rasanya bukan soal usia seseorang boleh menyatakan pendapat, tapi tentang
CARA MENYATAKAN PENDAPAT.
Supaya menarik perhatian, sengaja saya tulis dengan huruf kapital cetak tebal dengan size lebih besar, jadi bukan karena saya marah hehehe.Saya share sedikit, semoga berguna. Dalam berkomunikasi, satu yang saya pegang adalah selalu perhatikan NIAT, ISI dan KEMASAN. Isi, yaitu PESAN yang kita ingin sampaikan, niat yaitu ALASAN dan TUJUAN kita menyampaikan pesan itu, dan kemasan adalah cara kita menyampaikan pesan itu. Sampai sekarang saya terus coba belajar untuk punya NIAT baik, ISI yang baik dan KEMASAN yang baik dalam berkomunikasi. Niat baik maksudnya adalah untuk membangun, menjelaskan, menyelesaikan masalah, dll. Isi yang baik adalah pesan yang diusahakan tepat menjawab kebutuhan atau menyelesaikan persoalan. Kemasan yang baik adalah menyampaikannya dengan cara yang tepat sedemikian sehingga pesan yang kita ingin sampaikan diterima lawan bicara tanpa distorsi. Ini tidak mudah, jadi perlu terus belajar, apalagi di media text indirect yang sangat rentan dengan kesalahpahaman seperti email atau SMS. Itu makanya saya biasanya butuh waktu cukup lama untuk menulis email karena biasanya saya baca lagi apa yang saya tulis beberapa kali dan diedit dimana perlu. Saya senang di milis ini sebab ia merupakan tempat yang baik untuk berlatih.
Ada beberapa kesamaan kita appara yang coba aku pakai untuk mengerti latar belakangnya, seperti kita satu alumni yang mungkin kita rasa cukup untuk dibanggakan (karena masuknya susah, keluarnya lebih susah lagi ya hehe (kalau jujur dan tidak nyontek)), kita bisa diberi Tuhan kesempatan punya pengalaman kerja dan belajar di luar negeri di usia muda (karena itu semua dari Tuhan, jadi tak perlu membuat besar kepala ya), kita juga sama2 orang Batak (satu turunan pendekar lagi hehe) dan pernah dibina selama mahasiswa (setahu saya appara di Navigator Bandung kan? Saya dulu di Open House, Perkantas Jawa Barat).
Saya share sedikit lagi lah. Terus terang, seperti yang ditulis Bang B, saya memang orangnya dari dulu cenderung direct, no-nonsense, dan logical kalau bicara, apalagi kalau berdebat. Ditambah dulu agak pendiam dan terkesan serius, jadi saya beberapa kali diingatkan kakak2/abang2 bahwa banyak yang 'takut' kalau ngomong dengan saya. Tapi sekarang soal pendiam dan serius udah lumayan 'bertobat' bahkan sekarang kadang bisa bocor halus, cuma soal direct, logic dan no-nonsense itu masih, tapi sekarang sudah belajar bahwa ternyata humor itu sangat vital dalam berkomunikasi. Bicara direct/to-the- point/logic/ no-nonsense itu makin kuat setelah hampir dua tahun ini saya di Belanda karena memang saya cukup dipengaruhi oleh budaya dan nilai2 mereka yang saya anggap baik dan dibutuhkan di Indonesia.
Menjelang kepulangan ke Indonesia, jika melihat ke belakang, saya melihat cukup banyak hal yang berubah dari diri saya dua tahun lalu dan itu saya syukuri. Lalu saya teringat dengan nasihat seorang kakak senior kita (angkatan 96) yang bertemu saya sebelum saya berangkat studi. Kakak ini waktu itu sudah menggondol gelar MSc dari Universiteit Twente, Belanda. Nasihatnya itu tak pernah saya lupa: "Ritz, culture shock terbesar kamu nanti bukan waktu kamu tiba di Belanda, tapi setelah kamu kembali ke Indonesia selesai studi." Nasihatnya ini lah yang saat ini saya coba ingat terus. Kembali ke NIAT, ISI dan KEMASAN, kalau saya perhatikan, dimanapun kita berada, NIAT dan ISI biasanya selalu sama, tidak ditentukan oleh waktu dan tempat. Tetapi, KEMASAN sangat ditentukan oleh waktu dan tempat, jika kita ingin PESAN kita yang baik itu diterima dengan dan dimengerti dengan baik. Saya bayangkan, jika saya bicara begitu direct kepada kebanyakan orang di Indonesia seperti normalnya di Barat, saya yakin tidak sedikit lawan bicara saya yang tidak siap dan akhirnya gagal menangkap ISI dan NIAT saya sebaik apa pun itu.
Demikian pula dengan adat Batak. Saya sangat bangga menjadi orang Batak dan jika ada kesempatan saya ingin belajar dan mengerti adat dan nilai2 Batak lebih lagi. Benar bahwa dalam adat Batak setahu saya hanya orang yang telah menikah yang boleh terlibat / berbicara, tergantung perannya apa juga tapi saya tahu ada nilai mulia di balik ini. Saya juga setuju bahwa membawa adat Batak ke area dimana seharusnya profesionalitas ditegakkan, seperti di gereja dan tempat kerja (apalagi perusahaan keluarga Batak) kerap kali menciptakan persoalan2/konflik2 baru yang tidak perlu. Prinsip saya pribadi, termasuk di milis ini, adalah (1) saya menghargai hak yang sama dari setiap anggota tak mengenal usia, gender, dll untuk menyatakan pendapat meski berbeda (selama memang ybs punya argumen yang kuat). Yah, mirip lah dengan quote dari Voltaire ini: "I do not agree with what you have to say, but I'll defend to the death your right to say it." Tapi (2) saya juga sangat mendukung KEMASAN atau cara berkomunikasi yang baik dan tepat, juga terlepas dari usia, gender dll.
Sekian dulu dari saya. Semoga berguna.
Salam pembelajaran,
Mauritz Panggabean
No comments:
Post a Comment