Dear sweetheart,
I want you to know
that I always miss you and I'm thinking of you.
If there is one thing I can ask God
that He will certainly grant now,
then I will ask him to give me the strongest wings
so that I can fly over seven seas to you.
But the time is coming
and the clock is ticking so faithfully
that I will come to you soon.
I'm counting the days
and I always look forward to that very moment,
the moment that my heart will leap for joy
for my eyes can see your beautiful face again,
in perfect joy
that even all the words in the world
are confused to describe.
I know that I am no superman,
neither a saint.
I am just a mere human being
who sometimes fall
and look to the sky above in anguish
crying out for mercy and grace.
If I do fall, please bear with me and forgive me
and let me see the beauty of your merciful heart.
One thing I assure you honey,
that falling will never be the end for me.
I want to know you more,
to love you
and to protect you.
Teach me then my dear,
teach me how to love you.
Be so kind to teach me,
because it is my great desire
to learn loving you.
Out of my humble voice
and the deepest of my heart,
I sing a song
only for you, my Princess.
I mean each and every word
that I write with my own hands
and that I sing with my own breath.
I believe you know I do.
I believe you do.
I believe you do.
***
Wednesday, April 29, 2009
Sunday, April 26, 2009
If kids write to God... But what if adults do?
If kids write to God... so funny yet inspiring, right?
But, what if adult men and women write to God?
What will they write?
What will YOU and I write to God?
Will you and I see a big difference to what these kids write to God?
Do you write something to God TODAY?
PS:
Modified from an inspiring email forwarded by a good friend.
But, what if adult men and women write to God?
What will they write?
What will YOU and I write to God?
Will you and I see a big difference to what these kids write to God?
Do you write something to God TODAY?
PS:
Modified from an inspiring email forwarded by a good friend.
Thursday, April 16, 2009
Bahan PA: Perjamuan Terakhir (3)
Bahan PA (Penggalian Alkitab) ini berdasarkan Alkitab LAI Terjemahan Baru yang dapat dibaca secara online di sini. Terjemahan bahasa Inggris dari versi New International Version (NIV).
***
Perjamuan Terakhir (3)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:31-32
Bagi orang Kristen umumnya, sangat mungkin istilah 'memuliakan Tuhan' atau yang senada dengan itu sudah tidak asing lagi untuk didengar atau diucapkan, entah misalnya melalui percakapan sehari-hari, khotbah, lagu-lagu atau buku-buku rohani. Namun, apakah kita mengetahui apakah artinya 'memuliakan Tuhan' itu? Di mata Tuhan sendiri, apakah sebenarnya yang Dia kehendaki membawa kemuliaan bagi nama-Nya? Dalam PA kali ini, kita akan belajar satu sisi lagi dari peristiwa perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya yang akan menolong kita untuk menemukan jawaban atas kedua pertanyaan tadi. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu semakin menolong kita bertumbuh dalam perjalanan mengikut Tuhan. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali kedua ayat di atas di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Di ayat 31 dan 32 ini, lima kali disebutkan kata-kata dengan kata dasar glory atau kemuliaan. Tingginya frekuensi sebuah kata digunakan dapat menunjukkan bahwa kata itu penting. Jika diperhatikan, Injil Yohanes memiliki kata ini lebih banyak daripada ketika Injil lainnya. Apakah yang Yesus maksudkan di kedua ayat di atas dengan 'sekarang' dan 'kemuliaan'? Bandingkan Yohanes 7:39, 12:23-33 (bandingkan Yohanes 3:14-15), 17:1-5 (bandingkan Yohanes 3:16-17), 8:50+54, 11:4+40.
2. Dari pertanyaan 1, apakah yang dapat kita kenal lebih jauh tentang pribadi Yesus? Apa pula yang dapat kita pelajari untuk kehidupan kita sebagai orang percaya?
3. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
***
Bahasan bahan PA ini dapat dibaca di sini.
***
Perjamuan Terakhir (3)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:31-32
Bagi orang Kristen umumnya, sangat mungkin istilah 'memuliakan Tuhan' atau yang senada dengan itu sudah tidak asing lagi untuk didengar atau diucapkan, entah misalnya melalui percakapan sehari-hari, khotbah, lagu-lagu atau buku-buku rohani. Namun, apakah kita mengetahui apakah artinya 'memuliakan Tuhan' itu? Di mata Tuhan sendiri, apakah sebenarnya yang Dia kehendaki membawa kemuliaan bagi nama-Nya? Dalam PA kali ini, kita akan belajar satu sisi lagi dari peristiwa perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya yang akan menolong kita untuk menemukan jawaban atas kedua pertanyaan tadi. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu semakin menolong kita bertumbuh dalam perjalanan mengikut Tuhan. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali kedua ayat di atas di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Di ayat 31 dan 32 ini, lima kali disebutkan kata-kata dengan kata dasar glory atau kemuliaan. Tingginya frekuensi sebuah kata digunakan dapat menunjukkan bahwa kata itu penting. Jika diperhatikan, Injil Yohanes memiliki kata ini lebih banyak daripada ketika Injil lainnya. Apakah yang Yesus maksudkan di kedua ayat di atas dengan 'sekarang' dan 'kemuliaan'? Bandingkan Yohanes 7:39, 12:23-33 (bandingkan Yohanes 3:14-15), 17:1-5 (bandingkan Yohanes 3:16-17), 8:50+54, 11:4+40.
2. Dari pertanyaan 1, apakah yang dapat kita kenal lebih jauh tentang pribadi Yesus? Apa pula yang dapat kita pelajari untuk kehidupan kita sebagai orang percaya?
3. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
***
Bahasan bahan PA ini dapat dibaca di sini.
Bahasan bahan PA: Perjamuan Terakhir (3)
Bahasan bahan PA dengan warna oranye. Ayat Alkitab berdasarkan Alkitab LAI Terjemahan Baru yang dapat dibaca secara online di sini. Terjemahan bahasa Inggris dari versi New International Version (NIV).
***
Perjamuan Terakhir (3)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:31-32
Bagi orang Kristen umumnya, sangat mungkin istilah 'memuliakan Tuhan' atau yang senada dengan itu sudah tidak asing lagi untuk didengar atau diucapkan, entah misalnya melalui percakapan sehari-hari, khotbah, lagu-lagu atau buku-buku rohani. Namun, apakah kita mengetahui apakah artinya 'memuliakan Tuhan' itu? Di mata Tuhan sendiri, apakah sebenarnya yang Dia kehendaki membawa kemuliaan bagi nama-Nya? Dalam PA kali ini, kita akan belajar satu sisi lagi dari peristiwa perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya yang akan menolong kita untuk menemukan jawaban atas kedua pertanyaan tadi. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu semakin menolong kita bertumbuh dalam perjalanan mengikut Tuhan. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali kedua ayat di atas di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Di ayat 31 dan 32 ini, lima kali disebutkan kata-kata dengan kata dasar glory atau kemuliaan. Tingginya frekuensi sebuah kata digunakan dapat menunjukkan bahwa kata itu penting. Jika diperhatikan, Injil Yohanes memiliki kata ini lebih banyak daripada ketika Injil lainnya. Apakah yang Yesus maksudkan di kedua ayat di atas dengan 'sekarang' dan 'kemuliaan'? Bandingkan Yohanes 7:39, 12:23-33 (bandingkan Yohanes 3:14-15), 17:1-5 (bandingkan Yohanes 3:16-17), 8:50+54, 11:4+40.
Dengan memperhatikan baik-baik kedua ayat tersebut dan ayat-ayat pembanding, kita mengetahui bahwa tidak pernah Yesus berniat mencari kemuliaan untuk diri-Nya sendiri sebab di mata Yesus kemuliaan yang dicari sendiri dan bukan dari Allah Bapa itu tidak ada artinya (Yohanes 8:50,54). Sebaliknya, Yesus selalu ingin mencari dan membawa kemuliaan bagi Bapa-Nya (Yohanes 17:1-5, 11:4,40) dan melalui itu Allah Bapa memuliakan Yesus. Kita tidak akan mampu memahami sepenuhnya hubungan yang suprarasional antara Allah Bapa dan Allah Anak ini. Namun satu yang pasti, selama Yesus di dunia, Dia mencari kemuliaan untuk Bapa-Nya dan bukan untuk diri-Nya sendiri.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah Yesus membawa kemuliaan bagi Allah Bapa selama di bumi? Dari Yohanes 17:4 sangat jelas bahwa Yesus membawa kemuliaan bagi Allah Bapa selama di bumi dengan menyelesaikan pekerjaan/tugas/misi yang Allah Bapa berikan kepada-Nya. Dari Yohanes 3:16-17, sangat jelas bahwa misi itu adalah untuk menyelamatkan dunia ini melalui Yesus Kristus. Tugas dan misi ini berpuncak pada ketaatan dan karya Yesus Kristus di kayu salib. Yesus taat melakukan semua itu sebab itulah kehendak Bapa-Nya meskipun sangat berat bagi-Nya hingga bergumul sangat hebat di taman Getsemane. Namun, dari Yohanes 12:23-33 dan 13:31-32, kita tahu bahwa dengan ketaatan menyelesaikan misi itulah Anak Allah memuliakan Allah Bapak dan Allah Bapa memuliakan Allah Anak. 'Sekarang' merujuk kepada rangkaian penderitaan dan kematian mengerikan di kayu salib yang akan Yesus jalani hingga kebangkitan-Nya.
2. Dari pertanyaan 1, apakah yang dapat kita kenal lebih jauh tentang pribadi Yesus? Apa pula yang dapat kita pelajari untuk kehidupan kita sebagai orang percaya?
Lirik lagu-lagu rohani banyak berisi kalimat-kalimat seperti 'memuliakan Allah'. Apakah kita sungguh-sungguh mengerti apa makna kalimat tersebut? Dari pertanyaan 1 di atas, kita mengenal Yesus sebagai pribadi yang mencari kemuliaan hanya bagi Bapa-Nya dan tak pernah bagi diri-Nya sendiri. Yesus membawa kemuliaan bagi Bapa-Nya dengan taat menyelesaikan tugas dan misi yang diberikan Bapa-Nya kepada-Nya, meskipun itu sangat berat bagi-Nya. Melalui ketaatan menyelesaikan misi itu, Yesus memuliakan Bapa-Nya dan Allah Bapa pun memuliakan Allah Anak.
Dari sana kita belajar bahwa kita membawa kemuliaan kepada Allah hanya ketika kita taat melakukan kehendak dan misi Allah dalam hidup kita. Bagi manusia dan dunia, kemuliaan identik dengan kehebatan, kekayaan, kekuasaan, ketenaran, kehormatan. Tetapi bagi Allah, tak ada kemuliaan tanpa ketaatan kepada kehendak-Nya, sebab kemuliaan sejati yang dapat manusia miliki bukan kemuliaan menurut dunia yang dicari begitu banyak orang untuk diri mereka. Di mata Allah Sang Pencipta, kemuliaan sejati yang dapat manusia miliki adalah kemuliaan yang Allah berikan kepada mereka setelah mereka taat melakukan kehendak dan tugas yang Dia berikan, meskipun itu berat, sakit, dan jauh dari kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kehebatan, kehormatan. Sekali lagi kita belajar bagaimana cara pandang Allah berbeda bahkan bertolak belakang dengan cara pandang dunia ini. Sehingga ketika kita menyanyikan lagu rohani dengan lirik misalnya 'I want to glorify You' maka itu sama artinya dengan 'I want to obey You and complete the work You have given me', sama seperti kata-kata Yesus kepada Bapa-Nya.
Mari kita ambil waktu untuk refleksi sejenak dari bagian ini di hadapan Tuhan. Sudahkah kita mengetahui apakah kehendak, tugas dan misi Allah bagi diri kita? Apakah hidup kita sekarang adalah untuk menyelesaikan dan menggenapi rencana-Nya itu, meskipun itu berat, sulit dan jauh dari apa yang kita inginkan? Ataukah jauh dalam hati kita, kita justru punya kehendak dan rencana kita sendiri yang ingin kita wujudkan, tetapi mulut kita tetap menyanyikan lagu-lagu rohani seperti di atas? Jika kita menyebut Yesus Kristus itu Tuhan dan berarti kita adalah hamba-Nya, apakah dalam hal 'kemuliaan' ini kita meneladani-Nya sebagai Tuhan?
3. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
Silakan direnungkan, dijawab dan dilakukan sendiri oleh Anda dan saya.
***
Perjamuan Terakhir (3)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:31-32
Bagi orang Kristen umumnya, sangat mungkin istilah 'memuliakan Tuhan' atau yang senada dengan itu sudah tidak asing lagi untuk didengar atau diucapkan, entah misalnya melalui percakapan sehari-hari, khotbah, lagu-lagu atau buku-buku rohani. Namun, apakah kita mengetahui apakah artinya 'memuliakan Tuhan' itu? Di mata Tuhan sendiri, apakah sebenarnya yang Dia kehendaki membawa kemuliaan bagi nama-Nya? Dalam PA kali ini, kita akan belajar satu sisi lagi dari peristiwa perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya yang akan menolong kita untuk menemukan jawaban atas kedua pertanyaan tadi. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu semakin menolong kita bertumbuh dalam perjalanan mengikut Tuhan. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali kedua ayat di atas di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Di ayat 31 dan 32 ini, lima kali disebutkan kata-kata dengan kata dasar glory atau kemuliaan. Tingginya frekuensi sebuah kata digunakan dapat menunjukkan bahwa kata itu penting. Jika diperhatikan, Injil Yohanes memiliki kata ini lebih banyak daripada ketika Injil lainnya. Apakah yang Yesus maksudkan di kedua ayat di atas dengan 'sekarang' dan 'kemuliaan'? Bandingkan Yohanes 7:39, 12:23-33 (bandingkan Yohanes 3:14-15), 17:1-5 (bandingkan Yohanes 3:16-17), 8:50+54, 11:4+40.
Dengan memperhatikan baik-baik kedua ayat tersebut dan ayat-ayat pembanding, kita mengetahui bahwa tidak pernah Yesus berniat mencari kemuliaan untuk diri-Nya sendiri sebab di mata Yesus kemuliaan yang dicari sendiri dan bukan dari Allah Bapa itu tidak ada artinya (Yohanes 8:50,54). Sebaliknya, Yesus selalu ingin mencari dan membawa kemuliaan bagi Bapa-Nya (Yohanes 17:1-5, 11:4,40) dan melalui itu Allah Bapa memuliakan Yesus. Kita tidak akan mampu memahami sepenuhnya hubungan yang suprarasional antara Allah Bapa dan Allah Anak ini. Namun satu yang pasti, selama Yesus di dunia, Dia mencari kemuliaan untuk Bapa-Nya dan bukan untuk diri-Nya sendiri.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah Yesus membawa kemuliaan bagi Allah Bapa selama di bumi? Dari Yohanes 17:4 sangat jelas bahwa Yesus membawa kemuliaan bagi Allah Bapa selama di bumi dengan menyelesaikan pekerjaan/tugas/misi yang Allah Bapa berikan kepada-Nya. Dari Yohanes 3:16-17, sangat jelas bahwa misi itu adalah untuk menyelamatkan dunia ini melalui Yesus Kristus. Tugas dan misi ini berpuncak pada ketaatan dan karya Yesus Kristus di kayu salib. Yesus taat melakukan semua itu sebab itulah kehendak Bapa-Nya meskipun sangat berat bagi-Nya hingga bergumul sangat hebat di taman Getsemane. Namun, dari Yohanes 12:23-33 dan 13:31-32, kita tahu bahwa dengan ketaatan menyelesaikan misi itulah Anak Allah memuliakan Allah Bapak dan Allah Bapa memuliakan Allah Anak. 'Sekarang' merujuk kepada rangkaian penderitaan dan kematian mengerikan di kayu salib yang akan Yesus jalani hingga kebangkitan-Nya.
2. Dari pertanyaan 1, apakah yang dapat kita kenal lebih jauh tentang pribadi Yesus? Apa pula yang dapat kita pelajari untuk kehidupan kita sebagai orang percaya?
Lirik lagu-lagu rohani banyak berisi kalimat-kalimat seperti 'memuliakan Allah'. Apakah kita sungguh-sungguh mengerti apa makna kalimat tersebut? Dari pertanyaan 1 di atas, kita mengenal Yesus sebagai pribadi yang mencari kemuliaan hanya bagi Bapa-Nya dan tak pernah bagi diri-Nya sendiri. Yesus membawa kemuliaan bagi Bapa-Nya dengan taat menyelesaikan tugas dan misi yang diberikan Bapa-Nya kepada-Nya, meskipun itu sangat berat bagi-Nya. Melalui ketaatan menyelesaikan misi itu, Yesus memuliakan Bapa-Nya dan Allah Bapa pun memuliakan Allah Anak.
Dari sana kita belajar bahwa kita membawa kemuliaan kepada Allah hanya ketika kita taat melakukan kehendak dan misi Allah dalam hidup kita. Bagi manusia dan dunia, kemuliaan identik dengan kehebatan, kekayaan, kekuasaan, ketenaran, kehormatan. Tetapi bagi Allah, tak ada kemuliaan tanpa ketaatan kepada kehendak-Nya, sebab kemuliaan sejati yang dapat manusia miliki bukan kemuliaan menurut dunia yang dicari begitu banyak orang untuk diri mereka. Di mata Allah Sang Pencipta, kemuliaan sejati yang dapat manusia miliki adalah kemuliaan yang Allah berikan kepada mereka setelah mereka taat melakukan kehendak dan tugas yang Dia berikan, meskipun itu berat, sakit, dan jauh dari kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kehebatan, kehormatan. Sekali lagi kita belajar bagaimana cara pandang Allah berbeda bahkan bertolak belakang dengan cara pandang dunia ini. Sehingga ketika kita menyanyikan lagu rohani dengan lirik misalnya 'I want to glorify You' maka itu sama artinya dengan 'I want to obey You and complete the work You have given me', sama seperti kata-kata Yesus kepada Bapa-Nya.
Mari kita ambil waktu untuk refleksi sejenak dari bagian ini di hadapan Tuhan. Sudahkah kita mengetahui apakah kehendak, tugas dan misi Allah bagi diri kita? Apakah hidup kita sekarang adalah untuk menyelesaikan dan menggenapi rencana-Nya itu, meskipun itu berat, sulit dan jauh dari apa yang kita inginkan? Ataukah jauh dalam hati kita, kita justru punya kehendak dan rencana kita sendiri yang ingin kita wujudkan, tetapi mulut kita tetap menyanyikan lagu-lagu rohani seperti di atas? Jika kita menyebut Yesus Kristus itu Tuhan dan berarti kita adalah hamba-Nya, apakah dalam hal 'kemuliaan' ini kita meneladani-Nya sebagai Tuhan?
3. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
Silakan direnungkan, dijawab dan dilakukan sendiri oleh Anda dan saya.
Saturday, April 11, 2009
Bahan PA: Perjamuan Terakhir (2)
Bahan PA (Penggalian Alkitab) ini berdasarkan Alkitab LAI Terjemahan Baru yang dapat dibaca secara online di sini. Terjemahan bahasa Inggris dari versi New International Version (NIV).
***
Perjamuan Terakhir (2)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:18-30
Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes dan secara khusus tentang Yudas Iskariot. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Apakah lagi yang Yesus katakan kepada murid-murid-Nya pada perjamuan malam itu (ayat 21)? Bagaimanakah kondisi hati Yesus ketika mengatakannya? Kira-kira mengapa Yesus merasa demikian? Bandingkan ayat 29 dan Yohanes 6:71. Apakah yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini?
2. Mengapakah Yesus memberitahukan apa yang begitu mengejutkan mereka itu (ayat 18-19)? Apa lagi yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini (ayat 20)? Di tengah dunia dimana banyak orang tampil dan mengklaim diri mereka hamba Tuhan dan berani bernubuat, apa yang dapat kita pelajari dari sini sehingga kita dapat mengetahui siapakah hamba Tuhan yang sungguh-sungguh diutus oleh Allah?
3. Dari Yudas Iskariot di ayat 25-30, apakah yang dapat kita pelajari tentang kedaulatan dan kemahatahuan Allah, kehendak bebas manusia, dan Iblis yang menggoda? Bandingkan Yohanes 12:4-6, 6:71, 17:12, Matius 26:14-16, 26:23-25, Markus 14:10-11, Lukas 22:1-6, Matius 27:1-11.
4. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari Yudas dan pertanyaan 3?
5. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
***
Bahasan bahan PA ini dapat dibaca di sini.
***
Perjamuan Terakhir (2)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:18-30
Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes dan secara khusus tentang Yudas Iskariot. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Apakah lagi yang Yesus katakan kepada murid-murid-Nya pada perjamuan malam itu (ayat 21)? Bagaimanakah kondisi hati Yesus ketika mengatakannya? Kira-kira mengapa Yesus merasa demikian? Bandingkan ayat 29 dan Yohanes 6:71. Apakah yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini?
2. Mengapakah Yesus memberitahukan apa yang begitu mengejutkan mereka itu (ayat 18-19)? Apa lagi yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini (ayat 20)? Di tengah dunia dimana banyak orang tampil dan mengklaim diri mereka hamba Tuhan dan berani bernubuat, apa yang dapat kita pelajari dari sini sehingga kita dapat mengetahui siapakah hamba Tuhan yang sungguh-sungguh diutus oleh Allah?
3. Dari Yudas Iskariot di ayat 25-30, apakah yang dapat kita pelajari tentang kedaulatan dan kemahatahuan Allah, kehendak bebas manusia, dan Iblis yang menggoda? Bandingkan Yohanes 12:4-6, 6:71, 17:12, Matius 26:14-16, 26:23-25, Markus 14:10-11, Lukas 22:1-6, Matius 27:1-11.
4. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari Yudas dan pertanyaan 3?
5. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
***
Bahasan bahan PA ini dapat dibaca di sini.
Bahasan bahan PA: Perjamuan Terakhir (2)
Bahasan bahan PA dengan warna oranye. Ayat Alkitab berdasarkan Alkitab LAI Terjemahan Baru yang dapat dibaca secara online di sini. Terjemahan bahasa Inggris dari versi New International Version (NIV).
***
Perjamuan Terakhir (2)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:18-30
Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes dan secara khusus tentang Yudas Iskariot. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Apakah lagi yang Yesus katakan kepada murid-murid-Nya pada perjamuan malam itu (ayat 21)? Bagaimanakah kondisi hati Yesus ketika mengatakannya? Kira-kira mengapa Yesus merasa demikian? Bandingkan ayat 29 dan Yohanes 6:71. Apakah yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini?
Yesus mengatakan bahwa seorang di antara mereka akan menyerahkan-Nya (NIV: betray). Saat mengatakannya, Yesus merasa terharu (NIV: Jesus was troubled in spirit). Dari Yohanes 6:71 kita tahu bahwa Yesus sudah tahu lama sebelum perjamuan tersebut bahwa Yudas akan mengkhianati Dia. Dari ayat tersebut kita juga tahu bahwa Yesus memilih Yudas menjadi murid-Nya meski Ia pun tahu seperti apa hati Yudas, sebab Ia adalah Anak Allah yang mahatahu. Meski Yesus tahu Yudas begitu cinta akan uang sampai-sampai ia tega mengkhianati gurunya, dari ayat 29 Yudas malah diberi kepercayaan menjadi bendahara yang bertanggung jawab terhadap uang.
Apakah artinya ini semua? Ini dapat dilihat sebagai bukti bahwa Yesus mengasihi Yudas seperti murid-murid-Nya yang lain. Karena kasih-Nya itulah Yesus merasa bergumul dalam hatinya (NIV: troubled in spirit) ketika Ia harus memberitahukan bahwa Yudas akhirnya akan mengkhianati-Nya, meskipun ia sudah tiga tahun lebih hidup dan berjalan bersama dengan Yesus. Demikianlah luar biasanya Tuhan Yesus kita itu! Jika Yesus tidak mengasihi Yudas meski ia sudah berniat menjual gurunya, Yesus tidak akan merasa demikian sulit saat menyatakan apa yang akan terjadi.
Satu pelajaran praktis dari peristiwa ini adalah bahwa hanya Tuhanlah yang sungguh-sungguh tahu apa isi hati dan pikiran seseorang sampai ke titik paling dasar. Tuhan lebih tahu siapa kita daripada kita tahu siapa diri kita sendiri. Dari luar melalui kata-kata atau aktifitas, seseorang bisa saja terlihat seperti seorang pengikut Kristus yang baik, seperti halnya Yudas Iskariot. Tetapi Tuhan lah yang melihat dan menguji hati sehingga cepat atau lambat waktu akan menunjukkan siapa yang akan bertahan dan menang, dan siapa yang akan kalah dan terhilang. Mari kita selalu berhati-hati dan waspada sebab penampilan luar manusia bisa menipu, tetapi isi hati paling dalam itulah menujukkan siapakah manusia itu sebenarnya. Ini merupakan ajakan dan peringatan untuk hidup jujur bukan hanya di depan manusia, tetapi paling terutama di depan Allah yang mahakudus dan mahatahu.
2. Mengapakah Yesus memberitahukan apa yang begitu mengejutkan mereka itu (ayat 18-19)? Apa lagi yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini (ayat 20)? Di tengah dunia dimana banyak orang tampil dan mengklaim diri mereka hamba Tuhan dan berani bernubuat, apa yang dapat kita pelajari dari sini sehingga kita dapat mengetahui siapakah hamba Tuhan yang sungguh-sungguh diutus oleh Allah?
Yesus tetap memberitahukan tentang pengkhianatan itu meski mengejutkan para murid. Yesus mengatakan ini agar mereka tahu bahwa nubuat Firman Tuhan di Mazmur 41:9 yang dikutip Yesus di ayat 18 harus digenapi. Selain mengutip ayat di Mazmur itu sebagai nubuat, apa yang Yesus katakan tentang apa yang akan terjadi di masa depan ini sesungguhnya merupakan sebuah nubuat! Mengapa penggenapan ini sangat penting? Sebab di ayat 19, Yesus ingin agar murid-murid PERCAYA bahwa Yesus lah Dia, jika pengkhianatan yang Yesus nubuatkan dan dinubuatkan di Mazmur itu sungguh terjadi dan digenapi. Di ayat 20 Yesus memberikan satu pernyataan yang sangat berani dan sangat menantang, yaitu bahwa barangsiapa menerima-Nya, ia menerima Dia yang mengutus-Nya (yaitu Allah Bapa). Kembali di saat-saat terakhir ini, bagi Yesus adalah satu hal yang sangat penting bahwa akhirnya murid-murid-Nya akhirnya sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah sungguh benar seperti klaim yang Dia serukan tentang siapa Dia, bahwa Dia Anak Allah yang diutus Allah dan datang dari Allah.
Sekarang kita tahu bahwa apa yang dikatakan Yesus dan dinubuatkan itu benar-benar terjadi. Untuk diketahui, kitab Mazmur kemungkinan besar selesai disusun pada abad ketiga sebelum Masehi (Pengantar kitab Mazmur, NIV Study Bible). Bukankah sesuatu yang luar biasa bahwa nubuat yang usianya sudah lebih dari 300 tahun itu digenapi dalam diri Yesus pada malam itu? Jika demikian, sudahkah kita percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang diutus oleh Allah dan datang dari Allah? Mengenai orang-orang yang mengklaim diri hamba Tuhan dan berani bernubuat atas nama Tuhan, dari peristiwa ini kita bisa belajar bahwa SALAH SATU cara sederhana untuk mengetahui apakah mereka memang hamba Tuhan sejati atau hamba palsu adalah apakah SEMUA nubuat mereka itu benar terjadi.
3. Dari Yudas Iskariot di ayat 25-30, apakah yang dapat kita pelajari tentang kedaulatan dan kemahatahuan Allah, kehendak bebas manusia, dan Iblis yang menggoda? Bandingkan Yohanes 12:4-6, 6:71, 17:12, Matius 26:14-16, 26:23-25, Markus 14:10-11, Lukas 22:1-6, Matius 27:1-11.
Relasi dari ketiga hal ini tidak mudah dijelaskan, bahkan mungkin kita tidak akan mampu mengerti seluruhnya dengan lengkap. Tapi kita dapat mencoba mengerti mulai dari fakta-fakta yang ada. Meskipun dalam beberapa ayat pembanding seperti Yohanes 13:27 digunakan istilah seperti “Yudas kerasukan Iblis” (NIV: Satan entered into him), namun kita tahu bahwa Yudas melakukan seluruh pengkhianatan ini secara terencana, yang artinya ia melakukannya dengan penuh kesadaran, bukan tanpa sadar seperti orang dirasuk setan. Sebab itu sepertinya terjemahan NIV di atas lebih tepat dari pada LAI TB. Selain itu, karena Yudas melakukannya dengan kesadaran penuh, maka di Matius 27:1-11 ia sangat menyesal (NIV: he was seized with remorse), seakan-akan semua ini diluar dugaannya.
Dari Yohanes 12:4-6 kita tahu bahwa ternyata Yudas adalah seorang pencuri karena ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Yudas begitu cinta akan uang dan ia tetap memelihara cintanya akan uang, termasuk dengan kejahatan mulai dari yang kecil (mencuri uang kas) hingga klimaksnya saat ia menjual dan mengkhianati Yesus. Meski sehari-harinya ia mengikut Yesus sebagai salah satu murid-Nya, namun ia tidak kunjung bertobat dari cintanya akan uang. Dan kita tahu bahwa Yesus tahu semua ini.
Lalu bagaimana dengan perkataan Yesus di Yohanes 17:12? Yang pasti kita tahu, Allah tidak mungkin bersalah dalam semua yang Dia lakukan. Kita juga tahu Yudas punya kebiasaan buruk dan dosa mencuri akibat cinta uang, hingga ia menjual dan mengkhianati Yesus demi uang dengan kesadaran penuh. Iblis memang berhasil menggoda Yudas yang dalam hatinya tetap memelihara cintanya akan uang. Keputusan untuk mengkhianati Yesus adalah keputusan Yudas dengan penuh kesadaran, bukan keputusan Iblis atau keputusan Allah. Karena Yudas yang membuat keputusan dengan mengikuti keinginan hatinya, ditambah godaan Iblis, meskipun sehari-harinya ia bersama Yesus, maka dalam hal ini jelas Yudas lah yang bersalah hingga ia menyesal dan bunuh diri seperti di Matius 27:1-11. Meski Allah mengetahui semua itu akan terjadi, tetap Yudas yang bersalah sebab dialah yang membuat keputusan, bukan karena paksaan, tetapi dengan niat bulat karena keinginan hatinya yang begitu gelap dan jahat.
4. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari Yudas dan pertanyaan 3?
Dari peristiwa ini kita dapat belajar bahwa orang yang berbuat dengan penuh kesadaran maka dialah yang bersalah. Karena faktanya Tuhan yang menciptakan kita lebih mengenal hati kita daripada kita mengenal diri kita sendiri, maka jika kita mau sungguh-sungguh mengikut Tuhan dengan setia hingga akhir, hal terbaik yang harus kita lakukan secara logis menurut fakta di atas adalah terus membuka seluruh hati, pikiran dan hidup kita untuk terus dipimpin, dikoreksi dan dikuduskan oleh Allah. Ini adalah urusan pribadi antara setiap orang dengan Allah sendiri. Aktifitas-aktifitas atau kata-kata rohani yang terlihat dari luar tidak menjamin sikap hati semacam ini. Yudas Iskariot sudah menunjukkannya dan sudah sepatutnya kita belajar dari hidup Yudas untuk tidak mencontoh apalagi mengulanginya.
Kita juga harus yakin bahwa Iblis hanya bisa menggoda, tetapi tetaplah kita yang membuat keputusan apakah kita mengalahkan godaan itu atau malah kita tunduk kepadanya dan jatuh dalam dosa. Semakin dekat kita dengan Tuhan, semakin jauh pula kita dari Iblis dan lebih mudah bagi kita untuk menang atas dosa. Sebaliknya, semakin jauh kita dari Tuhan, maka makin dekat kita kepada Iblish dan kita lebih mudah untuk kalah atas godaan dan jatuh dalam dosa. Selalu hanya ada dua kemungkinan pilihan itu; tidak ada titik tengah.
5. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
Silakan direnungkan, dijawab dan dilakukan sendiri oleh Anda dan saya.
***
Perjamuan Terakhir (2)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:18-30
Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes dan secara khusus tentang Yudas Iskariot. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Apakah lagi yang Yesus katakan kepada murid-murid-Nya pada perjamuan malam itu (ayat 21)? Bagaimanakah kondisi hati Yesus ketika mengatakannya? Kira-kira mengapa Yesus merasa demikian? Bandingkan ayat 29 dan Yohanes 6:71. Apakah yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini?
Yesus mengatakan bahwa seorang di antara mereka akan menyerahkan-Nya (NIV: betray). Saat mengatakannya, Yesus merasa terharu (NIV: Jesus was troubled in spirit). Dari Yohanes 6:71 kita tahu bahwa Yesus sudah tahu lama sebelum perjamuan tersebut bahwa Yudas akan mengkhianati Dia. Dari ayat tersebut kita juga tahu bahwa Yesus memilih Yudas menjadi murid-Nya meski Ia pun tahu seperti apa hati Yudas, sebab Ia adalah Anak Allah yang mahatahu. Meski Yesus tahu Yudas begitu cinta akan uang sampai-sampai ia tega mengkhianati gurunya, dari ayat 29 Yudas malah diberi kepercayaan menjadi bendahara yang bertanggung jawab terhadap uang.
Apakah artinya ini semua? Ini dapat dilihat sebagai bukti bahwa Yesus mengasihi Yudas seperti murid-murid-Nya yang lain. Karena kasih-Nya itulah Yesus merasa bergumul dalam hatinya (NIV: troubled in spirit) ketika Ia harus memberitahukan bahwa Yudas akhirnya akan mengkhianati-Nya, meskipun ia sudah tiga tahun lebih hidup dan berjalan bersama dengan Yesus. Demikianlah luar biasanya Tuhan Yesus kita itu! Jika Yesus tidak mengasihi Yudas meski ia sudah berniat menjual gurunya, Yesus tidak akan merasa demikian sulit saat menyatakan apa yang akan terjadi.
Satu pelajaran praktis dari peristiwa ini adalah bahwa hanya Tuhanlah yang sungguh-sungguh tahu apa isi hati dan pikiran seseorang sampai ke titik paling dasar. Tuhan lebih tahu siapa kita daripada kita tahu siapa diri kita sendiri. Dari luar melalui kata-kata atau aktifitas, seseorang bisa saja terlihat seperti seorang pengikut Kristus yang baik, seperti halnya Yudas Iskariot. Tetapi Tuhan lah yang melihat dan menguji hati sehingga cepat atau lambat waktu akan menunjukkan siapa yang akan bertahan dan menang, dan siapa yang akan kalah dan terhilang. Mari kita selalu berhati-hati dan waspada sebab penampilan luar manusia bisa menipu, tetapi isi hati paling dalam itulah menujukkan siapakah manusia itu sebenarnya. Ini merupakan ajakan dan peringatan untuk hidup jujur bukan hanya di depan manusia, tetapi paling terutama di depan Allah yang mahakudus dan mahatahu.
2. Mengapakah Yesus memberitahukan apa yang begitu mengejutkan mereka itu (ayat 18-19)? Apa lagi yang dapat kita kenal tentang Yesus dari peristiwa ini (ayat 20)? Di tengah dunia dimana banyak orang tampil dan mengklaim diri mereka hamba Tuhan dan berani bernubuat, apa yang dapat kita pelajari dari sini sehingga kita dapat mengetahui siapakah hamba Tuhan yang sungguh-sungguh diutus oleh Allah?
Yesus tetap memberitahukan tentang pengkhianatan itu meski mengejutkan para murid. Yesus mengatakan ini agar mereka tahu bahwa nubuat Firman Tuhan di Mazmur 41:9 yang dikutip Yesus di ayat 18 harus digenapi. Selain mengutip ayat di Mazmur itu sebagai nubuat, apa yang Yesus katakan tentang apa yang akan terjadi di masa depan ini sesungguhnya merupakan sebuah nubuat! Mengapa penggenapan ini sangat penting? Sebab di ayat 19, Yesus ingin agar murid-murid PERCAYA bahwa Yesus lah Dia, jika pengkhianatan yang Yesus nubuatkan dan dinubuatkan di Mazmur itu sungguh terjadi dan digenapi. Di ayat 20 Yesus memberikan satu pernyataan yang sangat berani dan sangat menantang, yaitu bahwa barangsiapa menerima-Nya, ia menerima Dia yang mengutus-Nya (yaitu Allah Bapa). Kembali di saat-saat terakhir ini, bagi Yesus adalah satu hal yang sangat penting bahwa akhirnya murid-murid-Nya akhirnya sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah sungguh benar seperti klaim yang Dia serukan tentang siapa Dia, bahwa Dia Anak Allah yang diutus Allah dan datang dari Allah.
Sekarang kita tahu bahwa apa yang dikatakan Yesus dan dinubuatkan itu benar-benar terjadi. Untuk diketahui, kitab Mazmur kemungkinan besar selesai disusun pada abad ketiga sebelum Masehi (Pengantar kitab Mazmur, NIV Study Bible). Bukankah sesuatu yang luar biasa bahwa nubuat yang usianya sudah lebih dari 300 tahun itu digenapi dalam diri Yesus pada malam itu? Jika demikian, sudahkah kita percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang diutus oleh Allah dan datang dari Allah? Mengenai orang-orang yang mengklaim diri hamba Tuhan dan berani bernubuat atas nama Tuhan, dari peristiwa ini kita bisa belajar bahwa SALAH SATU cara sederhana untuk mengetahui apakah mereka memang hamba Tuhan sejati atau hamba palsu adalah apakah SEMUA nubuat mereka itu benar terjadi.
3. Dari Yudas Iskariot di ayat 25-30, apakah yang dapat kita pelajari tentang kedaulatan dan kemahatahuan Allah, kehendak bebas manusia, dan Iblis yang menggoda? Bandingkan Yohanes 12:4-6, 6:71, 17:12, Matius 26:14-16, 26:23-25, Markus 14:10-11, Lukas 22:1-6, Matius 27:1-11.
Relasi dari ketiga hal ini tidak mudah dijelaskan, bahkan mungkin kita tidak akan mampu mengerti seluruhnya dengan lengkap. Tapi kita dapat mencoba mengerti mulai dari fakta-fakta yang ada. Meskipun dalam beberapa ayat pembanding seperti Yohanes 13:27 digunakan istilah seperti “Yudas kerasukan Iblis” (NIV: Satan entered into him), namun kita tahu bahwa Yudas melakukan seluruh pengkhianatan ini secara terencana, yang artinya ia melakukannya dengan penuh kesadaran, bukan tanpa sadar seperti orang dirasuk setan. Sebab itu sepertinya terjemahan NIV di atas lebih tepat dari pada LAI TB. Selain itu, karena Yudas melakukannya dengan kesadaran penuh, maka di Matius 27:1-11 ia sangat menyesal (NIV: he was seized with remorse), seakan-akan semua ini diluar dugaannya.
Dari Yohanes 12:4-6 kita tahu bahwa ternyata Yudas adalah seorang pencuri karena ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Yudas begitu cinta akan uang dan ia tetap memelihara cintanya akan uang, termasuk dengan kejahatan mulai dari yang kecil (mencuri uang kas) hingga klimaksnya saat ia menjual dan mengkhianati Yesus. Meski sehari-harinya ia mengikut Yesus sebagai salah satu murid-Nya, namun ia tidak kunjung bertobat dari cintanya akan uang. Dan kita tahu bahwa Yesus tahu semua ini.
Lalu bagaimana dengan perkataan Yesus di Yohanes 17:12? Yang pasti kita tahu, Allah tidak mungkin bersalah dalam semua yang Dia lakukan. Kita juga tahu Yudas punya kebiasaan buruk dan dosa mencuri akibat cinta uang, hingga ia menjual dan mengkhianati Yesus demi uang dengan kesadaran penuh. Iblis memang berhasil menggoda Yudas yang dalam hatinya tetap memelihara cintanya akan uang. Keputusan untuk mengkhianati Yesus adalah keputusan Yudas dengan penuh kesadaran, bukan keputusan Iblis atau keputusan Allah. Karena Yudas yang membuat keputusan dengan mengikuti keinginan hatinya, ditambah godaan Iblis, meskipun sehari-harinya ia bersama Yesus, maka dalam hal ini jelas Yudas lah yang bersalah hingga ia menyesal dan bunuh diri seperti di Matius 27:1-11. Meski Allah mengetahui semua itu akan terjadi, tetap Yudas yang bersalah sebab dialah yang membuat keputusan, bukan karena paksaan, tetapi dengan niat bulat karena keinginan hatinya yang begitu gelap dan jahat.
4. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari Yudas dan pertanyaan 3?
Dari peristiwa ini kita dapat belajar bahwa orang yang berbuat dengan penuh kesadaran maka dialah yang bersalah. Karena faktanya Tuhan yang menciptakan kita lebih mengenal hati kita daripada kita mengenal diri kita sendiri, maka jika kita mau sungguh-sungguh mengikut Tuhan dengan setia hingga akhir, hal terbaik yang harus kita lakukan secara logis menurut fakta di atas adalah terus membuka seluruh hati, pikiran dan hidup kita untuk terus dipimpin, dikoreksi dan dikuduskan oleh Allah. Ini adalah urusan pribadi antara setiap orang dengan Allah sendiri. Aktifitas-aktifitas atau kata-kata rohani yang terlihat dari luar tidak menjamin sikap hati semacam ini. Yudas Iskariot sudah menunjukkannya dan sudah sepatutnya kita belajar dari hidup Yudas untuk tidak mencontoh apalagi mengulanginya.
Kita juga harus yakin bahwa Iblis hanya bisa menggoda, tetapi tetaplah kita yang membuat keputusan apakah kita mengalahkan godaan itu atau malah kita tunduk kepadanya dan jatuh dalam dosa. Semakin dekat kita dengan Tuhan, semakin jauh pula kita dari Iblis dan lebih mudah bagi kita untuk menang atas dosa. Sebaliknya, semakin jauh kita dari Tuhan, maka makin dekat kita kepada Iblish dan kita lebih mudah untuk kalah atas godaan dan jatuh dalam dosa. Selalu hanya ada dua kemungkinan pilihan itu; tidak ada titik tengah.
5. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
Silakan direnungkan, dijawab dan dilakukan sendiri oleh Anda dan saya.
Friday, April 10, 2009
Bahan PA: Perjamuan Terakhir (1)
Bahan PA (Penggalian Alkitab) ini berdasarkan Alkitab LAI Terjemahan Baru yang dapat dibaca secara online di sini. Terjemahan bahasa Inggris dari versi New International Version (NIV).
***
Perjamuan Terakhir (1)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:1-17
Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Kapankah peristiwa itu terjadi?
2. Mengapa Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk perjamuan malam itu (Bandingkan Lukas 22:7, Matius 26:17, Markus 14:12, Keluaran 12)?
3. Apakah yang Yesus tahu mengenai diri-Nya dan apa yang akan terjadi pada-Nya (ay. 1, 3, 11)? Apa yang dapat kita kenal tentang Yesus dari ini?
4. Dengan apa yang diketahui Yesus tentang diri-Nya dan situasi pada saat itu, apakah yang dilakukan-Nya kemudian?
5. Mengapa kira-kira Petrus menolak Yesus saat hendak membasuh kakinya (ayat 8)? Bandingkan Mat. 16:15-17, Luk. 9:20 Yoh. 7:67-69, Lukas 5:1-10.
6. Apakah maksud Yesus memilih melakukan hal ini dalam saat-saat terakhir-Nya bersama murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya (ayat 12-16)?
7. Apakah yang Yesus maksudkan dengan ayat 16? Bandingkan Yoh. 15:20, Mat. 10:24-25.
8. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari ayat 17? Bandingkan Mat. 7:24-27, Luk. 11:28.
9. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
***
Bahasan bahan PA ini dapat dibaca di sini.
***
Perjamuan Terakhir (1)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:1-17
Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Kapankah peristiwa itu terjadi?
2. Mengapa Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk perjamuan malam itu (Bandingkan Lukas 22:7, Matius 26:17, Markus 14:12, Keluaran 12)?
3. Apakah yang Yesus tahu mengenai diri-Nya dan apa yang akan terjadi pada-Nya (ay. 1, 3, 11)? Apa yang dapat kita kenal tentang Yesus dari ini?
4. Dengan apa yang diketahui Yesus tentang diri-Nya dan situasi pada saat itu, apakah yang dilakukan-Nya kemudian?
5. Mengapa kira-kira Petrus menolak Yesus saat hendak membasuh kakinya (ayat 8)? Bandingkan Mat. 16:15-17, Luk. 9:20 Yoh. 7:67-69, Lukas 5:1-10.
6. Apakah maksud Yesus memilih melakukan hal ini dalam saat-saat terakhir-Nya bersama murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya (ayat 12-16)?
7. Apakah yang Yesus maksudkan dengan ayat 16? Bandingkan Yoh. 15:20, Mat. 10:24-25.
8. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari ayat 17? Bandingkan Mat. 7:24-27, Luk. 11:28.
9. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
***
Bahasan bahan PA ini dapat dibaca di sini.
Bahasan bahan PA: Perjamuan Terakhir (1)
Bahasan bahan PA dengan warna oranye. Ayat Alkitab berdasarkan Alkitab LAI Terjemahan Baru yang dapat dibaca secara online di sini. Terjemahan bahasa Inggris dari versi New International Version (NIV).
***
Perjamuan Terakhir (1)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:1-17
Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Kapankah peristiwa itu terjadi?
Sebelum hari raya Paskah (Passover Feast) mulai.
2. Mengapa Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk perjamuan malam itu (Bandingkan Lukas 22:7, Matius 26:17, Markus 14:12, Keluaran 12)?
Karena hari itu merupakan hari pertama hari raya Roti Tidak Beragi (the Feast of Unleavened Bread) saat mana sudah menjadi kebiasaan untuk mengorbankan atau menyembelih domba Paskah sebagai Passover meal. Ritual ini diperintahkan oleh Allah melalui Musa menjelang malam tulah kesepuluh dan segera setelah itu bangsa Israel akan keluar dari tanah perbudakan Mesir (Kel. 12:1-11). Hari raya Roti Tidak Beragi mulai “pada hari yang keempat belas bulan itu pada waktu petang … sampai kepada hari yang kedua puluh satu bulan itu, pada waktu petang” (Kel. 12:18). Pada praktiknya di zaman Yesus, Passover meal ini dimakan di malam hari ke-14 sesudah matahari terbenam, yang secara teknis berarti pada hari ke-15, sebab bagi orang Yahudi sebuah hari berakhir saat matahari terbenam (Catatan kaki NIV Study Bible untuk Matius 26:17). Sebab itu dikatakan di atas, bahwa Passover day (hari Paskah Yahudi) merupakan hari pertama hari raya Roti Tidak Beragi.
3. Apakah yang Yesus tahu mengenai diri-Nya dan apa yang akan terjadi pada-Nya (ay. 1, 3, 11)? Apa yang dapat kita kenal tentang Yesus dari ini?
Ayat 1: Yesus tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa (NIV: to leave this world and to go to the Father).
Ayat 3: Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya (NIV: put all things under his power) dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Dalam saat-saat kritis ini pun, Rasul Yohanes menekankan bahwa Yesus, yang datang dari Allah dan kembali kepada Allah, memiliki kuasa dan kontrol atas segala sesuatu. Ini sama artinya bahwa Yesus tetap mahakuasa dan arti implisit dari ini adalah, apa yang akan diputuskan dan dilakukan Yesus sungguh-sungguh merupakan kehendak-Nya sendiri yang juga sama dengan kehendak Bapa-Nya.
Ayat 11: Yesus tahu, siapa yang akan mengkhianati dan menyerahkan Dia. Sekali lagi perhatikan, bahwa Yesus mahakuasa, namun Dia tidak menginterupsi pengkhianatan Yudas yang mengikuti bisikan Iblis (ayat 2). Ini soal misteri kedaulatan Allah, kehendak bebas manusia, dan Iblis yang menggoda. Bahwa Yesus memegang kendali terlihat di ayat 21-28, khususnya perkataan Yesus kepada Yudas Iskariot di ayat 27, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”
Lalu mengapa Yesus dengan kemahatahuan-Nya membiarkan Yudas mengkhianati dan menyerahkan diri-Nya (ayat 18)? Jawab Tuhan Yesus sendiri di ayat 18 yaitu supaya Firman Tuhan di Mazmur 41:9 digenapi, yang berbunyi “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.”
Satu arti dari semua ini adalah bahwa jelas Yesus tahu benar apa yang akan terjadi, dan atas dasar kemahatahuan-Nya ini Dia membuat keputusan dan tindakan selanjutnya hingga mati di kayu salib. Murid-murid-Nya yang sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi tentu tidak mengerti semua ini hingga saatnya Tuhan sendiri memberi mereka pengertian akan kebenaran setelah kebangkitan Kristus dan kedatangan Roh Kudus. Yesus mati bukan sebagai orang yang tidak berdaya, tetapi Ia menyerahkan dan mempersembahkan diri-Nya untuk mati, meski segala sesuatu ada di bawah kuasa-Nya.
4. Dengan apa yang diketahui Yesus tentang diri-Nya dan situasi pada saat itu, apakah yang dilakukan-Nya kemudian?
Yesus bangun dan menanggalkan jubah-Nya, mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkan-Nya pada pinggang-Nya (ayat 4). Ia lalu menuangkan air ke dalam basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya dan menyekanya (mengeringkannya) dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu (ayat 5). Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya (ayat 12). Ia lalu menjelaskan mengapa Ia melakukan semua itu (ayat 13-17).
5. Mengapa kira-kira Petrus menolak Yesus saat hendak membasuh kakinya (ayat 8)? Bandingkan Mat. 16:15-17, Luk. 9:20 Yoh. 7:67-69, Lukas 5:1-10.
Tidak ada jawaban yang eksplisit dari perikop ini, sehingga kita perlu mengerti kebiasaan zaman itu. Setidaknya ada dua jawaban untuk pertanyaan ini, berhubungan dengan tindakan membasuh kaki oleh Yesus yang dianggap lebih dari sekadar seorang guru oleh Petrus. Pertama, pada zaman itu bagi orang Yahudi, membasuh kaki adalah pekerjaan yang rendah dan hina, sehingga biasanya hanya dilakukan oleh hamba atau budak. Kedua, bagi Petrus, Yesus adalah Anak Allah yang layak untuk menerima hormat dan sembah, dan tentu saja bukan untuk melakukan pekerjaan hina seperti membasuh kakinya.
Perhatikan, Petrus tidak tahu sama sekali apa yang akan terjadi malam itu dan sesudahnya, sementara Yesus tahu bahwa Ia akan menanggung apa yang paling hina di mata dunia waktu itu, jauh lebih hina daripada hanya sekadar membasuh kaki, yaitu mengalami rangkaian penyiksaan yang begitu dahsyat dengan sakit tak terperi hingga mati di kayu salib, bersama-sama penjahat pula. Perhatikan pula bahwa Yesus melakukan pekerjaan hina dan rendah ini bukan karena diri-Nya hina, sebab segala sesuatu ada dalam kuasa-Nya. Satu prinsip sederhana yang penting dan praktis dari ini adalah jangan pernah menganggap remeh siapa pun, termasuk dalam hal ini yang melakukan pekerjaan yang (kelihatan) rendah, apalagi kita memang belum tahu siapa sebenarnya orang itu.
6. Apakah maksud Yesus memilih melakukan hal ini dalam saat-saat terakhir-Nya bersama murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya (ayat 12-16)?
Yesus, sebagai Guru dan Tuhan mereka, melakukannya sebagai sebuah teladan (ayat 15) bagi mereka dan memberi perintah agar mereka pun, sebagai murid dan hamba-Nya (kebalikan implisit dari Guru dan Tuhan), untuk SALING membasuh kaki satu sama lain (NIV: wash one another's feet). Penting diingat bahwa perintah ini ditujukan kepada semua dan setiap murid (egaliter). Di saat-saat terakhir ini, berarti Yesus melihat teladan dan perintah ini begitu penting untuk disampaikan kepada murid-murid-Nya. Satu ciri dari seorang murid Kristus adalah bersedia untuk melayani sesamanya, apalagi sesama murid Kristus, termasuk hal-hal yang rendah bahkan hina di mata dunia.
Kualitas seorang pemimpin di mata Allah ternyata dilihat dari bagaimana ia bersedia melayani orang-orang yang dipimpinnya. Petrus menolak kakinya dibasuh oleh Yesus, sebab memang pada masa itu, dan juga pada hari ini, para pemimpin justru hanya ingin dihormati dan dilayani oleh orang-orang yang dipimpinnya, sesuai cara pandang dunia ini. Cara Allah memang kerap kali bukan hanya berbeda, tapi bahkan bertolak belakang dengan cara dunia ini.
7. Apakah yang Yesus maksudkan dengan ayat 16? Bandingkan Yoh. 15:20, Mat. 10:24-25.
Dari ayat-ayat pembanding tersebut, jelas bahwa Yesus memberi pernyataan ini sebagai sebuah penekanan atas perintah-Nya agar murid-murid-Nya saling melayani seperti teladan yang baru Ia berikan. Karena seorang hamba tak lebih besar dari tuannya, dan Yesus adalah Tuhan, yang berarti kita adalah hamba-Nya, maka jika Yesus melayani murid-murid-Nya bahkan sampai membasuh kaki tetapi kita tidak mau melakukannya, maka siapakah kita ini sebenarnya?
8. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari ayat 17? Bandingkan Mat. 7:24-27, Luk. 11:28.
Prinsip penting dari ayat ini adalah bahwa bukan banyaknya pengetahuan akan Firman Tuhan yang penting dan mendatangkan berkat, tetapi apakah kita melakukan Firman Tuhan yang kita sudah dengar dan ketahui itu atau tidak. Jika kita bandingkan dengan Mat. 7:24-27 yang juga Yesus katakan setelah memberikan Firman-Nya dalam khotbah di bukit, maka berkat di sini bisa digambarkan dengan memiliki rumah yang dibangun di atas batu, tetap kokoh meski diterjang hujan deras, banjir, dan angin kencang. Satu tulisan di blog ini yang didasarkan pada perikop tersebut dapat dibaca di sini.
9. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
Silakan direnungkan, dijawab dan dilakukan sendiri oleh Anda dan saya.
***
Perjamuan Terakhir (1)
Mauritz Panggabean
Bacaan: Yohanes 13:1-17
Andaikata kita tahu bahwa dalam waktu 24 jam dari sekarang kita akan menemui ajal kita dan sebelum waktu itu kita sehat-sehat saja, maka apakah yang akan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita cintai? Dengan akal sehat, seharusnya kita akan menggunakan jam-jam dan menit-menit terakhir itu untuk menyampaikan hal-hal paling penting, bukan? Dalam rangkaian PA kali ini, kita akan belajar mengenal siapa Yesus lebih dalam lagi melalui bagaimana Ia melalui saat-saat terakhir-Nya sebelum kematian-Nya di Golgata. Kali ini kita akan menggali tentang perjamuan terakhir yang dituliskan di Injil Yohanes. Semoga melalui PA ini, kita belajar mengenal Yesus lebih baik, mengetahui apakah yang hal begitu penting bagi Yesus, dan mengerti bagaimana itu mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen. Selamat menggali Alkitab!
Bacalah kembali perikop di atas, lalu jawablah dan diskusikanlah rangkaian pertanyaan berikut ini.
1. Kapankah peristiwa itu terjadi?
Sebelum hari raya Paskah (Passover Feast) mulai.
2. Mengapa Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul untuk perjamuan malam itu (Bandingkan Lukas 22:7, Matius 26:17, Markus 14:12, Keluaran 12)?
Karena hari itu merupakan hari pertama hari raya Roti Tidak Beragi (the Feast of Unleavened Bread) saat mana sudah menjadi kebiasaan untuk mengorbankan atau menyembelih domba Paskah sebagai Passover meal. Ritual ini diperintahkan oleh Allah melalui Musa menjelang malam tulah kesepuluh dan segera setelah itu bangsa Israel akan keluar dari tanah perbudakan Mesir (Kel. 12:1-11). Hari raya Roti Tidak Beragi mulai “pada hari yang keempat belas bulan itu pada waktu petang … sampai kepada hari yang kedua puluh satu bulan itu, pada waktu petang” (Kel. 12:18). Pada praktiknya di zaman Yesus, Passover meal ini dimakan di malam hari ke-14 sesudah matahari terbenam, yang secara teknis berarti pada hari ke-15, sebab bagi orang Yahudi sebuah hari berakhir saat matahari terbenam (Catatan kaki NIV Study Bible untuk Matius 26:17). Sebab itu dikatakan di atas, bahwa Passover day (hari Paskah Yahudi) merupakan hari pertama hari raya Roti Tidak Beragi.
3. Apakah yang Yesus tahu mengenai diri-Nya dan apa yang akan terjadi pada-Nya (ay. 1, 3, 11)? Apa yang dapat kita kenal tentang Yesus dari ini?
Ayat 1: Yesus tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa (NIV: to leave this world and to go to the Father).
Ayat 3: Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya (NIV: put all things under his power) dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Dalam saat-saat kritis ini pun, Rasul Yohanes menekankan bahwa Yesus, yang datang dari Allah dan kembali kepada Allah, memiliki kuasa dan kontrol atas segala sesuatu. Ini sama artinya bahwa Yesus tetap mahakuasa dan arti implisit dari ini adalah, apa yang akan diputuskan dan dilakukan Yesus sungguh-sungguh merupakan kehendak-Nya sendiri yang juga sama dengan kehendak Bapa-Nya.
Ayat 11: Yesus tahu, siapa yang akan mengkhianati dan menyerahkan Dia. Sekali lagi perhatikan, bahwa Yesus mahakuasa, namun Dia tidak menginterupsi pengkhianatan Yudas yang mengikuti bisikan Iblis (ayat 2). Ini soal misteri kedaulatan Allah, kehendak bebas manusia, dan Iblis yang menggoda. Bahwa Yesus memegang kendali terlihat di ayat 21-28, khususnya perkataan Yesus kepada Yudas Iskariot di ayat 27, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”
Lalu mengapa Yesus dengan kemahatahuan-Nya membiarkan Yudas mengkhianati dan menyerahkan diri-Nya (ayat 18)? Jawab Tuhan Yesus sendiri di ayat 18 yaitu supaya Firman Tuhan di Mazmur 41:9 digenapi, yang berbunyi “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.”
Satu arti dari semua ini adalah bahwa jelas Yesus tahu benar apa yang akan terjadi, dan atas dasar kemahatahuan-Nya ini Dia membuat keputusan dan tindakan selanjutnya hingga mati di kayu salib. Murid-murid-Nya yang sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi tentu tidak mengerti semua ini hingga saatnya Tuhan sendiri memberi mereka pengertian akan kebenaran setelah kebangkitan Kristus dan kedatangan Roh Kudus. Yesus mati bukan sebagai orang yang tidak berdaya, tetapi Ia menyerahkan dan mempersembahkan diri-Nya untuk mati, meski segala sesuatu ada di bawah kuasa-Nya.
4. Dengan apa yang diketahui Yesus tentang diri-Nya dan situasi pada saat itu, apakah yang dilakukan-Nya kemudian?
Yesus bangun dan menanggalkan jubah-Nya, mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkan-Nya pada pinggang-Nya (ayat 4). Ia lalu menuangkan air ke dalam basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya dan menyekanya (mengeringkannya) dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu (ayat 5). Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya (ayat 12). Ia lalu menjelaskan mengapa Ia melakukan semua itu (ayat 13-17).
5. Mengapa kira-kira Petrus menolak Yesus saat hendak membasuh kakinya (ayat 8)? Bandingkan Mat. 16:15-17, Luk. 9:20 Yoh. 7:67-69, Lukas 5:1-10.
Tidak ada jawaban yang eksplisit dari perikop ini, sehingga kita perlu mengerti kebiasaan zaman itu. Setidaknya ada dua jawaban untuk pertanyaan ini, berhubungan dengan tindakan membasuh kaki oleh Yesus yang dianggap lebih dari sekadar seorang guru oleh Petrus. Pertama, pada zaman itu bagi orang Yahudi, membasuh kaki adalah pekerjaan yang rendah dan hina, sehingga biasanya hanya dilakukan oleh hamba atau budak. Kedua, bagi Petrus, Yesus adalah Anak Allah yang layak untuk menerima hormat dan sembah, dan tentu saja bukan untuk melakukan pekerjaan hina seperti membasuh kakinya.
Perhatikan, Petrus tidak tahu sama sekali apa yang akan terjadi malam itu dan sesudahnya, sementara Yesus tahu bahwa Ia akan menanggung apa yang paling hina di mata dunia waktu itu, jauh lebih hina daripada hanya sekadar membasuh kaki, yaitu mengalami rangkaian penyiksaan yang begitu dahsyat dengan sakit tak terperi hingga mati di kayu salib, bersama-sama penjahat pula. Perhatikan pula bahwa Yesus melakukan pekerjaan hina dan rendah ini bukan karena diri-Nya hina, sebab segala sesuatu ada dalam kuasa-Nya. Satu prinsip sederhana yang penting dan praktis dari ini adalah jangan pernah menganggap remeh siapa pun, termasuk dalam hal ini yang melakukan pekerjaan yang (kelihatan) rendah, apalagi kita memang belum tahu siapa sebenarnya orang itu.
6. Apakah maksud Yesus memilih melakukan hal ini dalam saat-saat terakhir-Nya bersama murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya (ayat 12-16)?
Yesus, sebagai Guru dan Tuhan mereka, melakukannya sebagai sebuah teladan (ayat 15) bagi mereka dan memberi perintah agar mereka pun, sebagai murid dan hamba-Nya (kebalikan implisit dari Guru dan Tuhan), untuk SALING membasuh kaki satu sama lain (NIV: wash one another's feet). Penting diingat bahwa perintah ini ditujukan kepada semua dan setiap murid (egaliter). Di saat-saat terakhir ini, berarti Yesus melihat teladan dan perintah ini begitu penting untuk disampaikan kepada murid-murid-Nya. Satu ciri dari seorang murid Kristus adalah bersedia untuk melayani sesamanya, apalagi sesama murid Kristus, termasuk hal-hal yang rendah bahkan hina di mata dunia.
Kualitas seorang pemimpin di mata Allah ternyata dilihat dari bagaimana ia bersedia melayani orang-orang yang dipimpinnya. Petrus menolak kakinya dibasuh oleh Yesus, sebab memang pada masa itu, dan juga pada hari ini, para pemimpin justru hanya ingin dihormati dan dilayani oleh orang-orang yang dipimpinnya, sesuai cara pandang dunia ini. Cara Allah memang kerap kali bukan hanya berbeda, tapi bahkan bertolak belakang dengan cara dunia ini.
7. Apakah yang Yesus maksudkan dengan ayat 16? Bandingkan Yoh. 15:20, Mat. 10:24-25.
Dari ayat-ayat pembanding tersebut, jelas bahwa Yesus memberi pernyataan ini sebagai sebuah penekanan atas perintah-Nya agar murid-murid-Nya saling melayani seperti teladan yang baru Ia berikan. Karena seorang hamba tak lebih besar dari tuannya, dan Yesus adalah Tuhan, yang berarti kita adalah hamba-Nya, maka jika Yesus melayani murid-murid-Nya bahkan sampai membasuh kaki tetapi kita tidak mau melakukannya, maka siapakah kita ini sebenarnya?
8. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari ayat 17? Bandingkan Mat. 7:24-27, Luk. 11:28.
Prinsip penting dari ayat ini adalah bahwa bukan banyaknya pengetahuan akan Firman Tuhan yang penting dan mendatangkan berkat, tetapi apakah kita melakukan Firman Tuhan yang kita sudah dengar dan ketahui itu atau tidak. Jika kita bandingkan dengan Mat. 7:24-27 yang juga Yesus katakan setelah memberikan Firman-Nya dalam khotbah di bukit, maka berkat di sini bisa digambarkan dengan memiliki rumah yang dibangun di atas batu, tetap kokoh meski diterjang hujan deras, banjir, dan angin kencang. Satu tulisan di blog ini yang didasarkan pada perikop tersebut dapat dibaca di sini.
9. Berikanlah satu atau dua contoh tindakan praktis yang hendak Anda lakukan dalam hidup Anda berdasarkan pelajaran dari PA ini.
Silakan direnungkan, dijawab dan dilakukan sendiri oleh Anda dan saya.
Sunday, April 05, 2009
Kenapa capek-capek sampai doktor?
Di masa sudah hampir tiga bulan aku menjalani program PhD, saat aku sudah mulai merasakan tantangan-tantangannya, kembali muncul pertanyaan di atas, yang menjadi judul tulisanku ini. Jika ada orang yang bertanya kepadaku, kenapa sih mau capek2 studi lagi sampai minimal empat tahun untuk jadi doktor? Dalam tulisanku ini, aku akan jawab pertanyaan itu, juga untuk menenangkan segala riak kerisauan dalam hatiku sendiri.
Aku hendak menjawab pertanyaan tadi dengan satu prinsip yang kupegang hingga detik ini, yaitu mulailah segala sesuatu dari akhir. Akhir di sini yaitu tujuan, visi, atau mimpi yang hendak kucapai dan kuwujudkan. Bicara soal mimpi, dua hari yang lalu, aku menerima email dari seorang mahasiswa di kampus tempatku dulu mengajar. Email itu cukup mengejutkan tapi menggugahku juga, isinya masih tentang mimpi. I really appreciate that.
Aku ini memang seorang pemimpi. Menurutku, kemampuan bermimpi itu suatu pemberian Tuhan yang hanya dimiliki manusia yang dicipta menurut gambar-Nya. Anehnya, tidak banyak orang yang mau atau berani bermimpi, apalagi orang Indonesia. Aku tak tahu apa sebabnya dan tulisan kali ini tidak membahas itu. Kenapa aku sebut diriku seorang pemimpi? Sebab aku ingin hidupku bisa jadi berkat bagi banyak orang. Aku suka pelajari hidup orang2 hebat, yang jadi berkat bagi banyak orang, dan satu hal yang sering kali sama yang biasa kudapati dari mereka adalah, mereka berani punya mimpi, bahkan mimpi besar. Aku yakin, kalau mau menjadi orang yang 'hebat', cara logisnya adalah pelajari apa yang sama dari hidup orang2 seperti itu, lalu tirulah.
Satu lagi hal yang sama dari mereka, yaitu mereka bukan hanya berani bermimpi besar, tapi mereka juga mau membayar segala harga untuk mewujudkannya, dengan kerja keras dan kerja cerdas. Inilah yang membedakan seorang pemimpi sejati dan seorang besar. Seorang pemimpi sejati, seperti namanya, ya hanya bermimpi dan berhenti di sana. Sebaliknya, seorang besar terus bermimpi sepanjang nafas masih dikandung badan, dan tak pernah berhenti membuat mimpi baru tiap kali mimpinya dia capai dan wujudkan.
Aku capek2 studi doktor ini juga dimulai dari impian. Dulu aku masuk teknik elektro ITB juga karena sebuah impian. Lalu aku bisa lanjut studi master di Belanda dengan beasiswa juga karena impian. Dulu waktu aku mau ujian UMPTN tahun 1998, seorang kakak pembimbing rohaniku memberiku pertanyaan yang tak akan pernah kulupa, yaitu "dimanakah kau dek sepuluh tahun lagi?" Tahun 2008 yang lalu, sepuluh tahun kemudian, aku sempat ngobrol dengan kakakku itu dan kami bicara soal pertanyaan itu lagi. Tentu saja, aku bisa memberi jawaban, dan aku tak menyesal dengan jawabanku itu. Dan sekarang, aku ingin pakai pertanyaan yang sama ketika bicara soal impian, yaitu dimanakah aku ingin aku berada sepuluh tahun yang akan datang dari sekarang?
Jika Tuhan berkehendak dan berkenan, maka sepuluh tahun dari sekarang, aku ingin menjadi seorang dosen di sebuah universitas yang modern dan berpikiran maju di Indonesia. Aku ingin melihat diriku menjadi seorang ahli dan pakar dalam bidang digital multimedia signal processing (2D/3D image, video, juga speech dan audio), computer vision, networked multimedia systems, teknologi kamera dan display, serta hardware design dan instrumentasi. Aku ingin menjawab kegundahanku akan sangat kurangnya dosen yang benar2 berkualitas, kompeten dan berdedikasi di Indonesia dalam ketiga tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Jadi, daripada hanya mengeluh dan bersungut-sungut, bagiku cara paling baik adalah menyerahkan dan mempersiapkan diri menjadi (bagian dari) solusi dari krisis tersebut.
Dalam darma pendidikan, aku ingin menjadi dosen yang benar2 berdedikasi dalam mengajar dan membimbing mahasiswa. Aku sudah belajar banyak dari teladan dosen2 ku di luar negeri soal dedikasi dalam mendidik dan mengajar. Aku ingin mahasiswa yang kuajar tidak hanya tahu, tapi terutama mengerti, dan lebih lagi mereka tertarik dengan ilmu yang kuajarkan. Aku ingin mengajar dengan passion, mengajar dengan cinta, menunjukkan kepada mahasiswa keindahan dari ilmu yang kuajarkan. Selain itu aku ingin mengajar dengan kreatif, menarik, dan menolong mahasiswa melihat bahwa ilmu yang mereka pelajari itu penting dan relevan dengan kehidupan mereka. Seperti biasa, aku juga akan sisipkan nilai2 berharga dalam hidup sebagai motivasi dalam kuliahku, karena kan namanya pendidikan yang artinya lebih luas daripada mengajar. Tentu saja, kuliahku itu menjadi sarana promosi untuk menarik mahasiswa2 yang berbakat dan passionate untuk melakukan penelitian lebih lanjut di bawah bimbinganku. Nah, soal ini, aku akan cerita lebih banyak nanti soal penelitian.
Dalam ruang kelas, aku akan dorong mahasiswa untuk kritis, untuk berani bertanya, berdiskusi, berargumentasi, kreatif, dan menciptakan kelas menjadi society of learning, komunitas pembelajar. Aku akan desain tiap tugas dan ujian memang untuk menolong dan memantau mahasiswa untuk mengerti, bukan untuk kejar nilai. Aku akan junjung tinggi fairness dan nilai2 kejujuran dalam mata kuliah yang kuasuh. Segala hak mahasiswa akan kuhormati dengan memandang diriku sebagai pelayan dan mereka sebagai klien (tapi bukan juga aku jadi diinjak2 seenak udel ya). Dengan antusias dan senang hati, aku akan berikan waktu mahasiswa untuk bertanya dan diskusi denganku melalui appointment atau office hour, empat mata sekalipun, termasuk diskusi di luar materi kuliah, misalnya kalau mereka ada masalah pribadi. Aku ingin, selesai mengikuti kuliah yang kusampaikan hingga akhir, mereka tidak hanya mengerti ilmunya, tapi mereka juga tertarik dan mampu melihat keindahan dan relevansinya, serta mereka dibangun secara mental melalui motivasi2 yang kusisipkan dalam pertemuan2 kuliah. Aku ingin mereka akan tetap ingat mata kuliah itu sampai mereka tua, sebab mereka mengalami betapa berbedanya kuliahku dengan kuliah2 lainnya yang mereka ikuti.
Sekarang, soal darma penelitian. Tentang ini, aku memang punya satu niat yang ingin kulakukan kalau aku selesai PhD dan bergabung sebagai staf pengajar di satu universitas modern dan berpikiran maju di Indonesia. Niatku itu adalah aku ingin memulai sebuah research group yang fokusnya dalam bidang2 yang sudah kesebutkan di atas. Di research group itu, maka aku tentu menjadi kepala dan pemimpinnya. Disana aku ingin memulai dan memimpin proyek-proyek penelitian yang berkualitas tinggi secara akademik, memiliki potensi secara komersial, tapi berbiaya terjangkau untuk konteks Indonesia. Dalam bidang2 yang kusebutkan di atas, berdasarkan pengamatanku selama ini di Eropa dan research group semacam itu universitas2 lainnya di dunia, kita di Indonesia mampu melakukan penelitian dengan tiga kriteria di atas dengan komputer, teknologi open source, scanner, proyektor, kamera, dan alat-alat lainnya yang jelas masih terjangkau untuk kantong Indonesia. Modal paling utama yaitu MATEMATIKA. Dengan ini, apalagi ditambah akses ke database publikasi internasional dan pergi ke konferensi2 ilmiah (yang pasti butuh biaya lumayan besar), maka posisi dan daya saing research group ku di Indonesia tak kalah dengan research group serupa di universitas2 yang lebih maju, minimal sebutlah di Asia Tenggara, seperti di Singapura dan Malaysia.
Setelah itu, aku ingin research group ku ini dimulai dengan semangat untuk mampu independen, tidak terlalu tergantung secara finansial dari kampus, dan mampu mencari dana untuk riset dan kegiatan operasional dengan usahanya sendiri. Untuk ini aku harus bisa menjadi manajer yang baik, membangun kerjasama saling menguntungkan dengan industri, institusi lainya dan pemerintah, dalam dan luar negeri. Paling ideal sih, mereka memberikan dana riset ke group, lalu kita bertanggung jawab memberikan hasil penelitian yang menyelesaikan masalah mereka, lalu hasilnya bisa dipublikasikan di konferensi atau jurnah ilmiah. Cara paling primitif untuk pendanaan yang terpikir saat ini mungkin adalah melalui melakukan pelatihan-pelatihan, dan ini bisa melibatkan mahasiswa, tentu dengan ada honor buat mereka.
Dengan skema penelitian semacam ini, aku akan post lowongan untuk proyek tugas akhir kepada mahasiswa di papan pengumuman lab, homepage atau lewat milis. Tentu saja, di mata kuliah yang terkait, aku akan promosikan ini juga. Apa aja benefit yang kutawarkan kepada mahasiswa jika mereka bergabung melakukan penelitian tugas akhir di lab ku? Ini beberapa di antaranya.
Now back to work.
Aku hendak menjawab pertanyaan tadi dengan satu prinsip yang kupegang hingga detik ini, yaitu mulailah segala sesuatu dari akhir. Akhir di sini yaitu tujuan, visi, atau mimpi yang hendak kucapai dan kuwujudkan. Bicara soal mimpi, dua hari yang lalu, aku menerima email dari seorang mahasiswa di kampus tempatku dulu mengajar. Email itu cukup mengejutkan tapi menggugahku juga, isinya masih tentang mimpi. I really appreciate that.
Aku ini memang seorang pemimpi. Menurutku, kemampuan bermimpi itu suatu pemberian Tuhan yang hanya dimiliki manusia yang dicipta menurut gambar-Nya. Anehnya, tidak banyak orang yang mau atau berani bermimpi, apalagi orang Indonesia. Aku tak tahu apa sebabnya dan tulisan kali ini tidak membahas itu. Kenapa aku sebut diriku seorang pemimpi? Sebab aku ingin hidupku bisa jadi berkat bagi banyak orang. Aku suka pelajari hidup orang2 hebat, yang jadi berkat bagi banyak orang, dan satu hal yang sering kali sama yang biasa kudapati dari mereka adalah, mereka berani punya mimpi, bahkan mimpi besar. Aku yakin, kalau mau menjadi orang yang 'hebat', cara logisnya adalah pelajari apa yang sama dari hidup orang2 seperti itu, lalu tirulah.
Satu lagi hal yang sama dari mereka, yaitu mereka bukan hanya berani bermimpi besar, tapi mereka juga mau membayar segala harga untuk mewujudkannya, dengan kerja keras dan kerja cerdas. Inilah yang membedakan seorang pemimpi sejati dan seorang besar. Seorang pemimpi sejati, seperti namanya, ya hanya bermimpi dan berhenti di sana. Sebaliknya, seorang besar terus bermimpi sepanjang nafas masih dikandung badan, dan tak pernah berhenti membuat mimpi baru tiap kali mimpinya dia capai dan wujudkan.
Aku capek2 studi doktor ini juga dimulai dari impian. Dulu aku masuk teknik elektro ITB juga karena sebuah impian. Lalu aku bisa lanjut studi master di Belanda dengan beasiswa juga karena impian. Dulu waktu aku mau ujian UMPTN tahun 1998, seorang kakak pembimbing rohaniku memberiku pertanyaan yang tak akan pernah kulupa, yaitu "dimanakah kau dek sepuluh tahun lagi?" Tahun 2008 yang lalu, sepuluh tahun kemudian, aku sempat ngobrol dengan kakakku itu dan kami bicara soal pertanyaan itu lagi. Tentu saja, aku bisa memberi jawaban, dan aku tak menyesal dengan jawabanku itu. Dan sekarang, aku ingin pakai pertanyaan yang sama ketika bicara soal impian, yaitu dimanakah aku ingin aku berada sepuluh tahun yang akan datang dari sekarang?
Jika Tuhan berkehendak dan berkenan, maka sepuluh tahun dari sekarang, aku ingin menjadi seorang dosen di sebuah universitas yang modern dan berpikiran maju di Indonesia. Aku ingin melihat diriku menjadi seorang ahli dan pakar dalam bidang digital multimedia signal processing (2D/3D image, video, juga speech dan audio), computer vision, networked multimedia systems, teknologi kamera dan display, serta hardware design dan instrumentasi. Aku ingin menjawab kegundahanku akan sangat kurangnya dosen yang benar2 berkualitas, kompeten dan berdedikasi di Indonesia dalam ketiga tridarma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Jadi, daripada hanya mengeluh dan bersungut-sungut, bagiku cara paling baik adalah menyerahkan dan mempersiapkan diri menjadi (bagian dari) solusi dari krisis tersebut.
Dalam darma pendidikan, aku ingin menjadi dosen yang benar2 berdedikasi dalam mengajar dan membimbing mahasiswa. Aku sudah belajar banyak dari teladan dosen2 ku di luar negeri soal dedikasi dalam mendidik dan mengajar. Aku ingin mahasiswa yang kuajar tidak hanya tahu, tapi terutama mengerti, dan lebih lagi mereka tertarik dengan ilmu yang kuajarkan. Aku ingin mengajar dengan passion, mengajar dengan cinta, menunjukkan kepada mahasiswa keindahan dari ilmu yang kuajarkan. Selain itu aku ingin mengajar dengan kreatif, menarik, dan menolong mahasiswa melihat bahwa ilmu yang mereka pelajari itu penting dan relevan dengan kehidupan mereka. Seperti biasa, aku juga akan sisipkan nilai2 berharga dalam hidup sebagai motivasi dalam kuliahku, karena kan namanya pendidikan yang artinya lebih luas daripada mengajar. Tentu saja, kuliahku itu menjadi sarana promosi untuk menarik mahasiswa2 yang berbakat dan passionate untuk melakukan penelitian lebih lanjut di bawah bimbinganku. Nah, soal ini, aku akan cerita lebih banyak nanti soal penelitian.
Dalam ruang kelas, aku akan dorong mahasiswa untuk kritis, untuk berani bertanya, berdiskusi, berargumentasi, kreatif, dan menciptakan kelas menjadi society of learning, komunitas pembelajar. Aku akan desain tiap tugas dan ujian memang untuk menolong dan memantau mahasiswa untuk mengerti, bukan untuk kejar nilai. Aku akan junjung tinggi fairness dan nilai2 kejujuran dalam mata kuliah yang kuasuh. Segala hak mahasiswa akan kuhormati dengan memandang diriku sebagai pelayan dan mereka sebagai klien (tapi bukan juga aku jadi diinjak2 seenak udel ya). Dengan antusias dan senang hati, aku akan berikan waktu mahasiswa untuk bertanya dan diskusi denganku melalui appointment atau office hour, empat mata sekalipun, termasuk diskusi di luar materi kuliah, misalnya kalau mereka ada masalah pribadi. Aku ingin, selesai mengikuti kuliah yang kusampaikan hingga akhir, mereka tidak hanya mengerti ilmunya, tapi mereka juga tertarik dan mampu melihat keindahan dan relevansinya, serta mereka dibangun secara mental melalui motivasi2 yang kusisipkan dalam pertemuan2 kuliah. Aku ingin mereka akan tetap ingat mata kuliah itu sampai mereka tua, sebab mereka mengalami betapa berbedanya kuliahku dengan kuliah2 lainnya yang mereka ikuti.
Sekarang, soal darma penelitian. Tentang ini, aku memang punya satu niat yang ingin kulakukan kalau aku selesai PhD dan bergabung sebagai staf pengajar di satu universitas modern dan berpikiran maju di Indonesia. Niatku itu adalah aku ingin memulai sebuah research group yang fokusnya dalam bidang2 yang sudah kesebutkan di atas. Di research group itu, maka aku tentu menjadi kepala dan pemimpinnya. Disana aku ingin memulai dan memimpin proyek-proyek penelitian yang berkualitas tinggi secara akademik, memiliki potensi secara komersial, tapi berbiaya terjangkau untuk konteks Indonesia. Dalam bidang2 yang kusebutkan di atas, berdasarkan pengamatanku selama ini di Eropa dan research group semacam itu universitas2 lainnya di dunia, kita di Indonesia mampu melakukan penelitian dengan tiga kriteria di atas dengan komputer, teknologi open source, scanner, proyektor, kamera, dan alat-alat lainnya yang jelas masih terjangkau untuk kantong Indonesia. Modal paling utama yaitu MATEMATIKA. Dengan ini, apalagi ditambah akses ke database publikasi internasional dan pergi ke konferensi2 ilmiah (yang pasti butuh biaya lumayan besar), maka posisi dan daya saing research group ku di Indonesia tak kalah dengan research group serupa di universitas2 yang lebih maju, minimal sebutlah di Asia Tenggara, seperti di Singapura dan Malaysia.
Setelah itu, aku ingin research group ku ini dimulai dengan semangat untuk mampu independen, tidak terlalu tergantung secara finansial dari kampus, dan mampu mencari dana untuk riset dan kegiatan operasional dengan usahanya sendiri. Untuk ini aku harus bisa menjadi manajer yang baik, membangun kerjasama saling menguntungkan dengan industri, institusi lainya dan pemerintah, dalam dan luar negeri. Paling ideal sih, mereka memberikan dana riset ke group, lalu kita bertanggung jawab memberikan hasil penelitian yang menyelesaikan masalah mereka, lalu hasilnya bisa dipublikasikan di konferensi atau jurnah ilmiah. Cara paling primitif untuk pendanaan yang terpikir saat ini mungkin adalah melalui melakukan pelatihan-pelatihan, dan ini bisa melibatkan mahasiswa, tentu dengan ada honor buat mereka.
Dengan skema penelitian semacam ini, aku akan post lowongan untuk proyek tugas akhir kepada mahasiswa di papan pengumuman lab, homepage atau lewat milis. Tentu saja, di mata kuliah yang terkait, aku akan promosikan ini juga. Apa aja benefit yang kutawarkan kepada mahasiswa jika mereka bergabung melakukan penelitian tugas akhir di lab ku? Ini beberapa di antaranya.
- Topik proyek yang akan mereka kerjakan PASTI berkualitas tinggi dan menantang secara akademik, tentu disesuaikan dengan durasi dan tingkatnya (S1 atau S2 misalnya). Satu proyek cukup besar bisa dipecah menjadi beberapa topik tugas akhir untuk beberapa orang. Karena cukup menantang dan ada aspek orisinalnya, aku akan dorong dan fasilitasi mereka untuk membuat paper berdasarkan laporan tugas akhir yang akan di-submit ke konferensi ilmiah, minimal di level nasional. Aku akan pikirkan dan usahakan agar lab bisa memfasilitasi ini, terutama aspek finansialnya. Dengan makin banyak paper yang bagus, ini memperkuat porto folio lab ku di homepage lab. Publikasi ilmiah, konten dan kualitasnya, dan demo hasil2 penelitian secara visual (video) sangat penting ada di homepage sebuah research group.
- Aku ingin dorong dan motivasi mereka untuk lanjut S2 begitu selesai sarjana, khususnya untuk mereka yang memiliki prestasi akademik di atas rata2. Aku akan berusaha untuk dorong mereka apply beasiswa ke luar negeri, membangkitkan kepercayaan diri untuk berani bersaing dan tak minder, dan menjelaskan banyaknya benefit kalau bisa studi lanjut di luar negeri, apalagi dengan beasiswa. Aku akan usahakan menggunakan segala jaringan yang ada dan beri rekomendasi sehingga mereka yang potensial bisa melanjutkan S2 mereka, terutama dengan meraih beasiswa. Untuk memperbesar kans mereka diterima, makanya aku dorong supaya dari studi S1 mereka bisa punya publikasi ilmiah, minimal satu buah, di konferensi level nasional. It will look very good on their CVs. Dengan begini, aku pastikan hasil penelitian mereka tidak akan mengendap hanya di lemari perpustakaan departemen, berdebu dan berabu, entah kapan akan dibaca orang... I definitely detest such waste practices very common to be found in many Indonesian universities!
- Kalau proyek itu ada dana penelitiannya, misalnya dari perusahaan atau pemerintah, aku akan berikan insentif finansial kepada mahasiswa supaya mereka tambah semangat dan bersungguh2, selain karena kupikir itu perlu dan memang hak mereka, because they are who will fight with the devil in the details of the research. Dengan begini, aku bisa yakinkan mereka bahwa ini penelitian serius, real project, not dummy, dan bagus buat mereka, sebab kemungkinan besar akan dipakai, dan bisa berguna buat memperluas jaringan mereka. Because I hate dummy low-quality research.
- Yang join lab ku akan punya akses ke fasilitas2 yang dimiliki lab, dan karena lab juga punya proyek2 profit untuk mendukung dana riset dan operasional lab, mereka tentu juga bisa dilibatkan di sana dengan honor lumayan buat biaya makan dan biaya mereka nraktir waktu pacaran malam Minggu hehe. Tentu saja penelitian mereka tidak boleh terganggu. Kusarankan sih, supaya bisa fokus, mereka sebaiknya kerja full-time di lab seperti orang ngantor, dan tiap orang punya satu meja kerja. Kalau mereka harus nginap dan tidur di lab karena kerja sampai malam, aku akan sediakan kasur, selimut dan bantal yang bersih di lab (soal mencuci sprei dan sarung, ya didelegasikan ke mahasiswa lah heheheh).
- Aku sebagai pembimbing akan sediakan availability dan approachability dalam membimbing mereka untuk menjamin pembimbingan berkualitas. Minimal progress meeting sekali seminggu tiap orang atau tiap team project, lalu ada rutin meeting di lab sekali seminggu dimana mereka harus hadir. Trus aku ingin dalam meeting rutin itu ada satu presentasi ilmiah juga, mungkin dari mereka yang mau maju sidang sebagai latihan sidang, atau pembicara tamu dari luar lab, atau ya dari aku lah.
- Bagaimana suasana keseharian di lab ku itu? Aku ingin suasanya informal, santai, tapi tetap serius. Mahasiswa boleh pakai kaos, celana pendek asal sopan, pokoknya yang nyaman buat mereka bisa kerja efektif dan produktif, tentu dengan saling menghormati. Aku ingin lab ku dan orang2 di dalamnya dikenal helpful, saling membantu teman, tidak egois, apalagi oportunis, mantap dalam teamwork, dikenal menguasai bidangnya secara teori dan praktis, kreatif, humoris, dan rada bocor halus seperti pembimbingnya juga hehe. Aku ingin secara berkala ada acara keakraban untuk seluruh anggota lab, termasuk aku, misalnya main futsal bareng, BBQ, jalan2, main bowling bareng, atau mewakili lab sama2 ikut kompetisi. So it's a lot fun too to be there. Tapi ada hal lainnya juga yang aku ingin menjadi citra dari anak2 yang ikut lab ku, yaitu mereka dikenal sebagai mahasiswa yang bekerja keras, banyak waktu di lab untuk riset, layaknya orang kerja. Jadi kalau seorang anak labku ditanya pembimbingnya siapa dan dia jawab Pak Mauritz Panggabean, orang akan tahu, "Wah, mantap kali kau bisa di lab itu ya..." Yep, I want them to have that pride joining my lab and work with me and their colleagues.
- Oya, soal suasana, karena aku ingin dorong mereka untuk studi lanjut, maka bahasa nasional dan sehari2 di lab yaitu bahasa Inggris. Aku akan biasakan ngomong bahasa Inggris, juga kalau mereka mau bicara denganku dan sesama anak lainnya. Tentu semangatnya di sini untuk belajar bahasa Inggris dan meningkatkan kemampuan mereka. Jadi English campur2 ga masalah, asal jangan pure bahasa Indonesia tok. So in my lab people are allowed to make mistakes in speaking English and let other help them by giving kind corrections. Jadi, kalau orang tahu seorang mahasiswa itu bimbinganku, mereka pasti tahu ini anak pasti bisa dan mau belajar bahasa Inggris.
Now back to work.
Subscribe to:
Posts (Atom)