Saudara-saudara, kategori pertama dan kedua tadi umumnya lebih mengenai individu mahasiswa itu sendiri. Nah, dua kategori terakhir ini lebih banyak tentang mahasiswa dan rakyat. Kategori ketiga dari ciri umum mahasiswa Indonesia ini saya sebut sebagai pola pikir dan cara hidup tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya. Mahasiswa Indonesia umumnya semakin kejangkitan semangat yang penting studi saja. Mahasiswa Indonesia ini, kalau di kampus, paling tahunya cuma jurusannya, lalu perpustakan, setelah itu ya udah, pulang ke rumahnya atau tempat kosnya. Mahasiswa Indonesia kelas ini pikirannya cuma belajar melulu, sehingga mereka tidak merasa perlu untuk membangun diri dengan terlibat di unit kegiatan mahasiswa atau organisasi yang baik di luar kampus. Bahkan kadang, mahasiswa Indonesia ini menganggap segala aktifitas di luar ruang kelas atau perpustakaan itu adalah pemborosan waktu. Dengan nilai dan IP yang wajar kalau lebih bagus dari nilai atau IP mahasiswa yang juga aktif berorganisasi, mahasiswa Indonesia ini bahkan bisa menilai mahasiswa lainnya dari tinggi rendahnya nilai atau IP! Begitu bangganya mereka dengan prestasi akademik mereka, seolah-olah kesuksesan hidup setelah lulus kuliah seluruhnya ditentukan oleh angka-angka itu. Mending kalau nilai atau IP mengkilat itu diperoleh dengan cara jujur dan menunjukkan penguasaan mereka yang tinggi akan materi kuliah! Kalau angka-angka itu toh diperoleh dengan jurus-jurus menyontek, mengopek, plagiat dan suap, lantas apa yang sebenarnya patut dibanggakan oleh mahasiswa Indonesia ini? Silakan Saudara-saudara sendiri yang menjawabnya.
Ketidakpedulian yang umum ditemui di mahasiswa Indonesia tidak hanya sampai di sana saja. Mahasiswa Indonesia tidak hanya kehilangan minat untuk terlibat di unit kegiatan mahasiswa atau organisasi positif di luar kampus sebagai kesempatan membentuk pribadi mereka. Tetapi, mungkin saking begitu fokusnya kepada studi atau, lebih tepatnya mungkin, fokus mencari nilai bagus dan cepat-cepat lulus, mahasiswa Indonesia punya kehausan intelektual yang rendah untuk peduli dan memikirkan isu-isu aktual yang terjadi di sekelilingnya dan di tengah-tengah bangsanya. Boro-boro peduli dan memikirkan, mahasiswa Indonesia macam ini untuk tahu dan meng-update dirinya tentang isu-isu aktual terkini pun malas. Lihat saja dari apa yang tertarik mereka bicarakan dengan mahasiswa lainnya atau teman-temannya.
Mahasiswa Indonesia jenis inilah yang paling cepat terjangkit virus egois stadium tinggi ketika menentukan pilihan-pilihan mereka setelah mereka lulus dan menjadi alumni. Mahasiswa Indonesia yang terjangkit virus ini pokoknya sudah tidak peduli lagi antara kesesuaian pekerjaan yang hendak dilamarnya dengan bidang studi yang dipelajarinya di kampus dan dengan prinsip-prinsip mereka, kalau mereka masih punya prinsip. Entah mungkin karena tak percaya diri dan takut jadi pengangguran, pikiran mahasiswa Indonesia ini inginnya cepat-cepat dapat kerja yang gajinya paling gede dan fasilitasnya paling oke di perusahaan-perusahaan, apalagi multinational company, tanpa mempelajari baik-baik bagaimana profil perusahaan itu dan hubungannya dengan rakyat. Atau kalau tidak, ya begitu lulus mereka berbondong-bondong ikut tes jadi pegawai negeri semata-mata demi gaji tetap, pensiun, lahan basah dan kesempatan memperkaya diri, tanpa sedikit pun niat melayani rakyat. Saya teringat dengan seorang teman yang dulu waktu mahasiswa menentang rokok dengan lantang, tetapi begitu lulus akhirnya bekerja di sebuah perusahaan rokok asing raksasa di republik ini. Dengan jurus tebar surat lamaran dan CV ke sekian ratus perusahaan, mahasiswa Indonesia yang miskin kepedulian ini sudah tidak lagi menentukan masa depannya sendiri, tapi sudah menyerahkan masa depannya kepada tangan perusahaan mana yang paling cepat mempekerjakannya, meski sebenarnya pekerjaan di perusahaan itu bukan yang paling pas dengan minat dan potensinya. Kalau sudah begitu, tidak usahlah kita tanyakan soal entrepreneurship sama mahasiswa Indonesia jenis ini. Apakah ini sebabnya bangsa ini dikenal dari zaman VOC dulu sebagai bangsa pegawai? Silakan Saudara-saudara jawab sendiri.
Bersambung...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment